
Peristiwa
Monumen Presiden Sukarno di Pertokoan Banceuy
Sel penjara Banceuy menjadi saksi bisu penyusunan naskah Indonesia Menggugat.
BANDUNG -- Monumen Penjara Banceuy, Braga, Kota Bandung, Jawa Barat, menjadi saksi sejarah perjuangan presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno. Tempat ini kini menjadi destinasi sejarah tidak jauh dari Gedung Merdeka dan Museum Konferensi Asia Afrika Bandung.

Monumen ini merupakan sel penjara Banceuy No. 5 Blok F asli yang tersisa dari bangunan penjara sejak masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1929 Sukarno dan sejumlah tokoh pergerakan dipenjara hingga akhir tahun 1931.

Selama masa tahanan inilah Sukarno muda menyusun pledoi bersejarah yang akan dibacakan di Gedung Landraad Bandung. Ruangan sempit penjara ini menjadi saksi Naskah Indonesia Menggoegat dilahirkan.

Pada tahun 83 Lapas Banceuy dipindahkan ke daerah Soekarno Hatta, di sisi barat daya kota Bandungl. Sementara bangunan lama diubah menjadi kawasan pertokoan. Beberapa sudut bangunan penjara lama dibiarkan dan menjadi monumen penanda bekas lapas ini.

Pada tahun 1983 bangun penjara banceuy dirobohkan untuk pembangunan pertokoan Banceuy Permai. Selain bekas sel yang dihuni Sukarno, juga terdapat menara pengawas petugas lapas yang berada di persis pinggir jalan Banceuy sekarang.

Bangunan ruang sel Sukarno sempat direnovasi pada 1985. Seiring kemunculan bangunan-bangunan baru rumah toko (ruko) sel penjara bekas Sukarno tmapak terkepung, Hingga akhirnya menjadi lebih mirip pos ronda tanpa penghuni dengan bau pesing di sana-sini. Hal ini berlangsung selama puluhan tahun.

Adalah Walikota Ridwan Kamil yang merevitalisasi area ini. Di dekat bangunan sel penjara kini terdapat sosok patung Sukarno tengah merenung dengan latar dinding batu granit. Masih tamap terkepung oleng bangunan ruko. Namun tampak lebih segar dan asri.

Peresmian monumen ini bersamaan dengan persemian nama Jalan Cikapundung di samping Gedung Merdeka menjadi Jalan Ir Sukarno. Soal ejaan nama ini pun menjadi catatan sejarah tersendiri. Hal ini merujuk pada buku biografi Sukarno yang ingin mengunakan nama Sukarno dengan huruf U sesuai EYD Bahasa Indonesia. Bukan OE yang diserap dari tata bahas Belanda.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Pasukan Tambahan Mulai Diterjunkan ke Nduga
Operasi TNI di Nduga dinilai memerlukan perpres.
SELENGKAPNYADari Hudaibiyah ke Kemenangan Nyata
Berbagai peristiwa terjadi menjelang Pembebasan Kota Makkah oleh Nabi Muhammad SAW.
SELENGKAPNYA