Hikmah hari ini | Republika

Hikmah

Ma Wara An-Nahar

Kelezatan hidup itu ada pada kesungguhan dalam usaha dan upaya.

Oleh UMAIR FAHMIDDIN

OLEH UMAIR FAHMIDDIN

Ceret panas beralaskan besi, mengeluarkan asap. Sepertinya baru diturunkan dari kompor. Isinya teh.

Disajikan saat musim dingin, menambah kenikmatan. Namaya teh Hayah, artinya "kehidupan". Meski tawar rasanya, tapi nikmat sekali.

Berjumpa dengan orang-orang baik di manapun adalah anugerah. Apalagi dipertemukan di tanah perantauan. Saat kita jauh dari keluarga, jauh dari Tanah Air. Bahasa ibunya pun tidak sama. Mungkin tanpa izin Allah, kemudian faktor al-Azhar, dan bahasa Arab, tidak akan terjadi percakapan ini.

Ia sudah meninggalkan kampung halamannya sejak 8 tahun lalu. Itu bukan waktu yang singkat. Pergi ke Mesir untuk belajar dimulai dari titik nol. Bahasa pengantar yang digunakan pun tidak paham. Tapi ia paham tujuan. Cuma satu: belajar ilmu syariah. Titik. Hanya dengan keyakinan dan ikhtiar. Akhirnya mampu juga.

Islam memang hadir di tanah Arab. Namun para pembesar atau paku bumi keilmuan Islam tidak semuanya berasal dari tanah Arab. Sebagian, justru lahir dari jazirah non-Arab. Sebut saja Spanyol, Indonesia, Rusia, India, Turkiye, Pakistan, Uzbekistan, Iran, dan lainnya.

 
Imam al-Bukhari merupakan ulama yang lahir dari tanah non-Arab.
 
 

Imam al-Bukhari adalah salah satunya. Nama aslinya, Muhammad bin Ismail. Ia adalah ulama yang lahir dari tanah non-Arab. Namun penguasaannya terhadap ilmu bahasa Arab dan Islam tidak diragukan. Utamanya dalam bidang hadis. Semua mengakui, dan semua menjadikannya rujukan.

Ia lahir di kota Bukhara. Letaknya di negara Uzbekistan. Lahir pada tahun 194 H. Menutup mata pada usia 62 tahun. Masterpeace-nya adalah kitab al-Jami' as-Shahih yang lebih populer dengan nama Shahih al-Bukhari. Kitab paling sahih setelah Alquran.

Tidak membayangkan. Bagaimana perjalanan Imam al-Bukhari dari satu negara ke negara lain. Di zaman itu, transportasi tidak semudah hari ini. Hanya karena kecintaan pada agama Islam dan ilmu, mendorong ia menembus ribuan kilometer untuk belajar.

Pada usia 29 tahun. Dikisahkan, ia pergi ke Mesir. Setiba di Mesir, ia kehabisan bekal. Ia pun makan rumput selama dua hari untuk bertahan hidup. Perjuangan yang tidak mudah.

Pada hari ketiga, datang sorang dermawan memberikannya uang. Ia pun segera melanjutkan perjalanan.

 
Tanah kelahiran Imam al-Bukhari, dulu, punya istilah khusus, yaitu negara ma wara an-nahar: tempat di belakang sungai.
 
 

Tanah kelahiran Imam al-Bukhari (Uzbekistan), kemudian Kazakhstan, Kyrgistan, dan Tajikistan yang dikenal hari ini, dulu, punya istilah khusus, yaitu negara ma wara an-nahar: tempat di belakang sungai. Sungai yang dimaksud Sungai Amu Darya dan Sungai Syr Darya.

Negeri itu kaya dengan sejarah. Namun siapa sangka ia menyimpan kekayaan kuliner yang begitu lezat. Monte, fincuza, napaleon, none, dan teh hayah (kehidupan). Kelezatannya tidak bisa dijelaskan dengan kata. Menyantapnya, seolah-olah memberikan kesan sedang berada di kota Imam al-Bukhari.

Sejenak teringat syair dari Imam Syafi'i: "Berkelanalah, niscaya kan kau temukan pengganti orang-orang yang kau tinggalkan. Bersungguh-sungguh lah dalam usaha dan upaya, karena sesungguhnya kelezatan hidup itu ada pada kesungguhan dalam usaha dan upaya."

Menjaga Aurat Bagi Muslimah Saat Berenang

Perlu berhati-hati agar kegiatan yang penuh manfaat ini tidak menimbulkan dosa.

SELENGKAPNYA

Menyikapi Kegagalan

Pola pikir mengenai kegagalan perlu ditinjau kembali. Kegagalan tidak selalu buruk.

SELENGKAPNYA

Nikah di KUA dan Kisah Armand Maulana

Fenomena nikah di KUA tak lepas dari program revitalisasi KUA yang dicanangkan Kemenag.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya