Paus Fransiskus menyampaikan pandangan soal pemidanaan LGBT dalam pesawat meningalkan Sudan Selatan, Ahad (5/2/2023). | Reuters

Kabar Utama

Gereja Melunak Terkait LGBT, Muslim Protes

Umat Islam Inggris khawatir soal materi pelajaran LGBT.

SUDAN -- Sejak dua ribu tahun lalu, pandangan umat Kristiani selalu menentang terhadap hubungan sesama jenis alias homoseksualitas. Dalam Alkitab juga disebutkan hukuman-hukuman terhadap perilaku tersebut.

Di Perjanjian Lama, misalnya, Imamat (20:13) mengatur hukuman mati bila ada lelaki kedapatan bersetubuh dengan lelaki lain. Sementara ancaman hukuman Tuhan atas tingkah laku itu juga tersebar di bagian lain Injil.

Berdasarkan ajaran-ajaran dalam Injil tersebut, sejumlah negara Barat menerapkan hukuman untuk tindakan homoseksualitas. Di Inggris, misalnya, dekriminalisasi homoseksualitas baru dicabut pada 1967. Sementara di Jerman, marak terjadi pembunuhan terhadap kaum homoseksual selama masa Nazi Jerman.

Namun, belakangan sikap negara-negara Barat berubah. Homoseksualitas tak lagi dianggap sebagai kejahatan. Sikap gereja kemudian mulai menuju ke arah yang sama.

photo
Paus Fransiskus berangkat menuju Sudan Selatan dari Kinshasa, Kongo, Jumat (3/2/2023). - ( AP Photo/Jerome Delay)

Paus Fransiskus selepas kunjungan ke Sudan Selatan pada Ahad (5/2) menyatakan secara terbuka bahwa undang-undang yang mengkriminalkan orang-orang LGBT adalah dosa. Menurutnya, hal itu adalah bentuk ketidakadilan karena Tuhan mengasihi dan menyertai orang-orang yang memiliki ketertarikan sesama jenis.

Fransiskus, yang memberikan pernyataannya sebagai tanggapan atas pertanyaan seorang reporter di atas pesawat yang kembali dari perjalanan dua negara ke Afrika, mendapat dukungan penuh atas komentarnya dari dua pemimpin Kristen lainnya di pesawat bersamanya.

"Kriminalisasi homoseksualitas adalah masalah yang tidak dapat diabaikan," kata pemimpin umat Katolik tersebut dilansir Reuters, kemarin. Ia kemudian mengutip statistik yang menyatakan bahwa 50 negara mengkriminalisasi LGBT "dengan satu atau lain cara" dan sekitar 10 lainnya memiliki undang-undang termasuk hukuman mati bagi mereka.

Enam puluh enam negara anggota PBB sejauh ini masih mengkriminalisasi hubungan seksual sesama jenis, menurut data dari Asosiasi LGBTI Dunia (ILGA). "Ini tidak benar. Orang dengan kecenderungan homoseksual adalah anak-anak Tuhan. Tuhan mencintai mereka. Tuhan menyertai mereka ... mengutuk orang seperti ini adalah dosa. Mengkriminalisasi orang dengan kecenderungan homoseksual adalah ketidakadilan," kata Francis.

photo
Paus Fransiskus berangkat menuju Sudan Selatan dari Kinshasa, Kongo, Jumat (3/2/2023). - (AP Photo/Samy Ntumba Shambuyi)

Dia mencatat bahwa katekismus Gereja Katolik atau kitab ajaran mengatakan, ketertarikan sesama jenis bukanlah dosa. Meski demikian, tindakan seksual berdasarkan dorongan itu tetap merupakan dosa. Ia mengatakan bahwa orang-orang LGBT tidak boleh terpinggirkan.

Fransiskus menyebutkan, fase yang sekarang terkenal segera setelah dia menjadi paus pada 2013 bahwa dia tidak dapat menghakimi orang-orang dengan kecenderungan sesama jenis yang mencari Tuhan. Dia juga mencatat, saat mengunjungi Irlandia pada 2018, dia mengatakan bahwa orang tua tidak dapat memungkiri anak LGBT mereka, tetapi harus menjaga mereka dalam keluarga yang penuh kasih.

Fransiskus mengulangi bahwa gereja Katolik tidak dapat mengizinkan pernikahan sakramental pasangan sesama jenis. Meski begitu, dia mendukung apa yang disebut undang-undang sipil yang memberikan perlindungan hukum kepada pasangan sesama jenis dalam masalah-masalah, seperti pensiun, warisan, dan perawatan kesehatan.

Paus melakukan perjalanan ke Sudan Selatan, negara kedua dalam tur itu sebagai ziarah damai bersama Uskup Agung Canterbury Justin Welby dan Moderator Majelis Umum Gereja Skotlandia Iain Greenshields.

Lonjakan HIV/AIDS pada Homoseksual - (Republika)  ​

Kedua pemimpin Kristen berada di pesawat yang kembali dari sana dan berpartisipasi dalam konferensi pers biasa paus dengan wartawan, yang pertama dalam perjalanan kepausan. Keduanya memuji komentar paus.

"Saya sepenuhnya setuju dengan setiap kata yang dia katakan di sana," kata Welby.

Ia mencatat bahwa persekutuan Anglikan itu terbagi atas hak-hak gay dan bahwa dua resolusi melawan kriminalisasi orang LGBT "tidak benar-benar mengubah pikiran banyak orang".

Welby menambahkan, "Saya pasti akan mengutip Bapa Suci. Dia mengatakannya dengan sangat indah dan akurat."

Mengekspresikan dukungannya terhadap Francis, Greenshields mengacu pada Alkitab, mengatakan,

"Tidak ada tempat dalam pembacaan saya tentang keempat Injil di mana saya melihat Yesus memalingkan siapa pun. Tidak ada di manapun dalam empat Injil yang saya lihat selain Yesus mengungkapkan cinta kepada siapa pun yang dia temui dan sebagai orang Kristen itulah satu-satunya ungkapan yang kita bisa. Berikan kepada setiap manusia dalam keadaan apa pun".

photo
Uskup Agung Canterbury Justin Welby dan Moderator Majelis Umum Gereja Skotlandia Iain Greenshields menyampaikan dukungan atas pandangan Paus Fransiskus dalam pesawat meningalkan Sudan Selatan, Ahad (5/2/2023). - (Reuters)

Protes Muslim

Sementara, para pemimpin Muslim Inggris telah menulis surat kepada Uskup Agung Canterbury. Mereka berbagi keprihatinan tentang pengajaran politik identitas seksual di sekolah-sekolah Gereja Inggris.

Surat tersebut, oleh Asosiasi Muslim Inggris (BAM), merujuk pada kurangnya diskusi terbuka dan inklusif mengenai pemahaman tradisional pernikahan dalam komunitas agama.

Pengiriman surat itu terkait dengan polemik soal pernikahan sejenis di Gereja Anglikan. Sikap gereja itu menolak seruan untuk mengizinkan pernikahan sesama jenis di gereja pada pertemuan di Januari lalu, setelah enam tahun perdebatan dan konsultasi. Sebaliknya, mereka setuju untuk memberikan berkat kemitraan sipil atau pernikahan sipil homoseksual.

Sikap normalisasi tersebut dikhawatirkan akan menjalar ke pengajaran di sekolah-sekolah yang dinaungi Gereja Anglikan. Sebagian anak-anak Muslim di Inggris belajar di sekolah-sekolah itu.

"Jika proposal saat ini dari para uskup dilaksanakan, setiap sekolah dasar gereja Inggris akan mengajarkan bahwa pernikahan heteroseksual dan homoseksual memiliki keabsahan yang sama," kata surat yang ditulis oleh Direktur Pelaksana BAM Paul Salahuddin Armstrong, dilansir Telegraph, kemarin.

photo
Uskup Agung Canterbury Justin Welby (tengah) , memimpin misa di Katedral Canterbury, pada 2022 lalu. - (AP/Gareth Fuller)

Armstrong menekankan, meskipun hukum Inggris Raya mengakui keabsahan kedua jenis pernikahan, penting untuk dicatat bahwa banyak komunitas agama, baik secara lokal maupun global, masih berpegang pada definisi pernikahan tradisional sebagaimana didefinisikan oleh Oxford English.

"Persatuan formal pria dan wanita, sebagaimana diakui oleh hukum, dengan mana mereka menjadi suami dan istri," bunyi definisi tersebut.

“Sebagai orang beriman, penting untuk memastikan bahwa kita memiliki suara dalam hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan dan praktik kita. Ini termasuk struktur keluarga tradisional, yang dianggap banyak orang sebagai aspek fundamental dari kepercayaan kami.”

Pelajar Muslim

Pendeta Paul Eddy, juru bicara kelompok Ortodoks Anglikan, juga memperingatkan bahwa pemungutan suara yang mendukung dapat menyebabkan anak-anak Muslim meninggalkan sekolah-sekolah gereja Inggris. Kelompok tersebut menggalang kampanye akar rumput dari pendeta dan jemaat gereja yang menentang usulan para uskup.

“Sekarang ada potensi yang mengkhawatirkan dari orang tua Muslim yang mulai menarik anak-anak dari sekolah gereja Inggris untuk melindungi mereka dari etika seksual yang bertentangan dengan keyakinan mereka dan itu jelas dapat menyebabkan pemisahan anak-anak dari agama yang berbeda di beberapa kota mayoritas Muslim," katanya.

 
Sekarang ada potensi yang mengkhawatirkan dari orang tua Muslim yang mulai menarik anak-anak dari sekolah Gereja Inggris.
 
 

Islam, Kristen, dan semua agama samawi melarang hubungan sesama jenis dan pernikahan sesama jenis. Islam mengajarkan bahwa orang beriman tidak boleh melakukan perbuatan cabul atau dengan cara apapun memanjakan penyebarannya.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa homoseksualitas bukanlah dosa, melainkan menganggap hubungan homoseksual sebagai dosa.

Masalah membawa materi LGBT ke sekolah telah menjadi perhatian banyak orang tua Muslim. Awal bulan ini, orang tua Muslim di wilayah Redbridge, London Timur, bertekad untuk mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah karena maraknya kampanye LGBT.

Catatan di Balik Pertumbuhan Ekonomi 2022

Harga komoditas global menunjukkan tren pelemahan.

SELENGKAPNYA

MATH: Jigoku

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya