
Sehat
Kerokan dan Kontroversi Tiada Henti
Jika anak demam, segera kompres dengan air hangat serta penuhi asupan cairan, baik air putih maupun susu.
Baru-baru ini kembali viral berita mengenai ibu yang melakukan kerokan pada bayinya untuk meredakan masuk angin. Sebenarnya, metode kerokan ini sudah banyak digunakan sejak zaman dulu kala.
Banyak orang tua yang mengerok anaknya dengan bawang merah saat masuk angin atau perut kembung. Sedangkan, pada orang dewasa, kerokan umumnya dilakukan dengan koin logam.
Apakah benar kerokan bermanfaat untuk mengurangi keluhan, baik pada bayi maupun orang dewasa? Praktisi kesehatan yang juga akademisi Prof Ari Fahrial Syam mengungkapkan, secara ilmiah, kita tidak mengenal istilah kerokan. Metode itu sama seperti relaksasi, yaitu ketika seseorang merasa pegal atau istilah medisnya dikenal myalgia otot.
"Dengan relaksasi, diberikan minyak atau obat gosok untuk relaksasi, kemudian dilakukan kerokan dan pasien merasa lebih nyaman," ujarnya kepada Republika, Rabu (1/2/2023).
Menurut dia, itu jelas akan berdampak pada seseorang yang dikerok, baik dewasa maupun bayi. "Kita harus hati-hati, terutama bagi pasien yang kebetulan mengonsumsi obat pengencer darah. Terus terang saja, kalau dia sensitif, dia bisa saja kerokan tersebut menyebabkan perdarahan di bawah kulit yang luas," katanya memaparkan.

Selain itu, bahaya kerokan juga mungkin menimpa orang-orang yang memang mengalami permasalahan pada pembekuan darahnya. "Walaupun bagaimana, kerokan itu melakukan suatu tindakan yang merusak jaringan pada saat dikerok. Di satu sisi, orang memang merasa lebih nyaman, relaksasi, dan segala macam," ujarnya.
Jadi, orang melakukan kerokan memang untuk relaksasi. Namun, harus diperhatikan dampak-dampak dan efek sampingnya.
Bagaimana jika kerokan diberikan pada bayi dan anak? "Pada dewasa saja bermasalah, apalagi anak-anak," ujar Prof Ari.
Daripada melakukan kerokan untuk mengatasi keluhan pegal, menurut dia, lebih baik menggunakan balsem saja. Tapi, ia mengatakan, pada beberapa orang yang sensitif dengan obat gosok, penggunaan balsem bisa menyebabkan alergi pada kulit.
"Kalau belum berkurang selama tiga hari, tentu harus berobat ke dokter. Mungkin perlu obat-obatan minum yang diberikan oleh dokter untuk mengatasi kondisi pegal atau tidak nyaman tersebut," ujarnya.
Pada dewasa saja bermasalah, apalagi anak-anak.PROFESOR ARI FAHRIAL SJAM, Praktisi kesehatan
Potensi Melukai Kulit Bayi
View this post on Instagram
Kerokan dipercaya masyarakat Indonesia bisa mengatasi gejala masuk angin, perut kembung, demam, bahkan pegal-pegal. Umumnya, orang dewasa yang melakukan hal itu mengaku lebih fit setelah dikerok. Namun, apa jadinya bila yang dikerok justru bayi?
Dokter Nadia Alaydrus baru-baru ini menanggapi unggahan ibu yang mengerok anaknya di media sosial. Dia merasa heran dengan hal yang dilakukan ibu tersebut dan memberikan klarifikasi soal manfaat dan dampak kerokan sebenarnya di akun media sosialnya.
"Omaigat, ini apaan lagi sih. Masa, bayi sudah dikerokin," ujarnya terheran-heran, seperti dikutip dari unggahannya di akun Instagram @nadialaydrus, Rabu (1/2).
Nadia menjelaskan, kerokan memberikan gesekan atau parutan di kulit. Tindakan itu diharapkan bisa melebarkan pembuluh darah yang ada di kulit sehingga muncul rasa nyaman pada tubuh. "Tapi, kerokan sendiri itu tidak boleh diberikan pada bayi," ujarnya.
Apalagi, menurut dr Nadia, kalau usia bayi itu masih di bawah satu tahun. Itu karena kulit bayi masih tipis dan sensitif. "Sehingga bisa menimbulkan nyeri, luka, bahkan bengkak pada lokasi kerokan," ujarnya.
Ia menambahkan, apalagi kalau minyak atau zat yang digunakan untuk itu panas, itu bisa menyebabkan iritasi pada kulit bayi. "Parahnya lagi, luka yang ditimbulkan akibat kerokan bisa menjadi media masuknya virus, kuman, dan bakteri sehingga bisa menimbulkan sejumlah penyakit," katanya.
Nadia menegaskan, yang perlu dilakukan jika anak mengalami demam, yaitu kompres air hangat serta penuhi asupan cairan, baik air putih maupun susu. Selain itu, berikan mandi air hangat dan berikan baju yang nyaman.
"Jadi, enggak usah ngadi-ngadi, ya, untuk memberikan kerokan pada bayi, karena enggak ada manfaatnya, malah justru bisa meningkatkan risiko sejumlah penyakit," ujarnya.
Pada bayi, kerokan bisa menimbulkan nyeri, luka, bahkan bengkak pada lokasi kerokan.DR NADIA ALAYDRUS
AS Kembali Buka Front di Pasifik
Sejak 2019 Cina memburu pengaruh sekutu-sekutu di Pasifik.
SELENGKAPNYAOperasi Pasar Vs Mafia Beras
Presiden Jokowi janjikan operasi pasar kendalikan harga beras.
SELENGKAPNYAKrisis Myanmar Kian Parah, Darurat Militer Diperpanjang
AS menyatakan militer Myanmar telah melakukan kampanye bumi hangus.
SELENGKAPNYA