
Kabar Utama
Empati Jacinda Selepas Christchurch
Cara Jacinda Ardern menangani tragedi Christchuch jadi legasi kepemimpinannya.
OLEH RIZKY JARAMAYA
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern secara mengejutkan mengumumkan pengunduran dirinya. Dalam pertemuan kaukus tahunan Partai Buruh pada Kamis (19/1/2023), Ardern mengatakan dia tidak lagi memiliki cukup tenaga untuk melakukan pekerjaan sebagai perdana menteri.
"Sudah waktunya. Saya pergi," ujar Ardern, sambil menahan air matanya, dilaporkan the Guardian. Ardern mengatakan dia telah merenungkan pengunduran dirinya selama liburan musim panas.
Ardern terus mempertanyakan apakah dia memiliki energi untuk melanjutkan tugasnya sebagai perdana menteri. Pada akhirnya Ardern menyimpulkan bahwa dia tidak bisa melanjutkan tugasnya. "Ini adalah lima setengah tahun yang paling memuaskan dalam hidup saya,” kata Ardern, dikutip New Zealand Herald.
Masa jabatan Ardern sebagai perdana menteri akan berakhir paling lambat 7 Februari. Ardern menjadi kepala pemerintahan wanita termuda di dunia ketika dia terpilih sebagai perdana menteri pada 2017 di usia 37 tahun. Dia telah memimpin Selandia Baru melewati pandemi Covid-19, dan peristiwa besar lainnya termasuk serangan teror di dua masjid di Christchurch, dan erupsi vulkanik di White Island.
Ardern mengatakan tidak ada skandal rahasia di balik pengunduran dirinya. Dia menegaskan bahwa pengunduran dirinya murni karena keputusan pribadi. Ardern mengatakan, keputusan ini mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya.
“Saya pergi karena dengan pekerjaan istimewa seperti ini ada tanggung jawab besar. Tanggung jawab untuk mengetahui kapan Anda adalah orang yang tepat untuk memimpin, dan juga kapan Anda tidak. Saya tahu kapan saya memiliki cukup sisa energi untuk melakukannya dengan adil," ujar Ardern.
Jacinda Ardern dan Christchurch
Pada 15 Maret 2019, dunia dikejutkan dengan aksi terorisme keji yang dilakukan ekstremis sayap kanan di Christchurch, Wellington, Selandia Baru. Ratusan Muslim yang tengah mengikuti shalat Jumat di dua masjid di wilayah itu ditembaki secara sadis, menyebabkan sedikitnya 49 di antara para jamaah meninggal dunia.
Sebanyak 41 orang meninggal dunia seketika dalam penembakan di Masjid an-Noor di Deans Avenue di pusat Kota Christchurch dan tujuh lainnya di masjid kedua di pinggiran Linwood yang jaraknya berdekatan. Dari 40 orang yang dirawat di Rumah Sakit Christchurch, satu di antaranya kemudian meninggal dunia. Tak lama menyusul dua korban lagi.

Aksi tersebut disiarkan pelaku secara langsung melalui media sosial. Dalam siaran itu, pelaku awalnya tampak menyiapkan sejumlah senjata laras panjang. Ia kemudian menuju Masjid an-Noor, turun dari mobil, dan menembak seseorang yang baru masuk masjid dengan senapan sebar (shotgun). Ia beralih ke senapan otomatis dan masuk ke dalam masjid lalu melakukan pembantaian. Sang pembunuh tampak tenang melakukan aksi biadab tersebut.
Pria pelaku penembakan dalam video itu kemudian diidentifikasi bernama Brenton Tarrant dan merupakan seorang warga Australia. Ia menganut paham supremasi kulit putih dan menyimpan kebencian mendalam terhadap umat Islam dan imigran.
Jacinda Ardern sejak awal menegaskan, penembakan di masjid merupakan serangan terorisme yang terencana dengan baik. "Ini adalah orang-orang yang menurut saya memiliki paham ekstremis, yang jelas-jelas tidak punya tempat di Selandia Baru," ujar Ardern pada hari penembakan.
Ini berkebalikan dengan sikap pemerintah Barat yang kerap menyematkan motif pribadi dalam serangan yang menyasar minoritas.
Ardern juga langsung merangkul komunitas umat Islam Selandia Baru yang kala itu terdampak. Dalam pidatonya yang bersemangat di Parlemen Selandia Baru empat hari setelah serangan, Ardern meminta masyarakat menolak memberikan pelaku penembakan ketenaran yang memang ia incar.

Saya mohon, ucapkan nama mereka yang kehilangan nyawanya, bukan orang yang mengambil nyawa mereka, dia mungkin mencari ketenaran, tapi kami di Selandia Baru tidak akan memberikannya apa-apa, bahkan tidak untuk menyebutkan namanya," kata Ardern.
Menjelang pemakaman sejumlah korban yang sudah diidentifikasi, Ardern memuji tiga jamaah masjid yang menjadi korban. Ia menyebut nama Hati Mohammed Daoud Nabi (71 tahun), yang membuka pintu Masjid Al Noor.
Menurut Ardern, Nabi "mendahului dengan mengucapkan, 'Halo saudaraku, selamat datang'. Itu menjadi kata-katanya yang terakhir." "Tentu saja ia tidak berpikir ada kebencian di balik pintu itu, tapi sambutannya menunjukkan kepada kita--bahwa ia penganut keyakinan yang menyambut semua penganutnya, yang menunjukkan keterbukaan, kepedulian," katanya.
Ardern mendulang banyak pujian karena perhatian dan caranya menanggapi teror ini. Ia mengaku, tak pernah terbayangkan akan menghadapi kepedihan ini.
"Keluarga para korban yang jatuh akan mendapatkan keadilan," katanya berjanji. Menutup pidatonya di hadapan parlemen, Ardern mengucapkan "Assalamu 'alaikum."

Jacinda Ardern lalu mengumumkan pelarangan senapan ala militer semiotomatis atau military style semi-automatics (MSSA) serta aksesorinya, Kamis (21/3/2019). Kubu oposisi pun mendukung langkah ini.
"Pada 15 Maret, sejarah negara kita berubah. Demikian juga undang-undang kita. Kami mengumumkan langkah hari ini atas nama seluruh rakyat Selandia Baru untuk memperkuat undang-undang senjata dan membuat negara kita lebih aman," kata Ardern. "Semua senapan semi otomatis yang digunakan dalam serangan teroris pada Jumat 15 Maret akan dilarang," ujarnya.
Jacinda Ardern dan warga non-Muslim Selandia Baru juga ikut menghadiri shalat Jumat di Hagley Park, Christchurch, pada 22 Maret 2019.
Ardern menghadiri acara peringatan dengan mengenakan pakaian dan kerudung hitam. Ia memakai pasmina yang sama ketika pertama kali mengunjungi Christchurch setelah terjadinya penembakan. Seperti dilansir Radio New Zealand (RNZ), PM wanita termuda di dunia itu menyaksikan seluruh prosesi shalat Jumat hingga tuntas.
Ardern sempat menyampaikan pidatonya. Ia membuka kalimat dengan kembali mengucapkan salam menggunakan bahasa Arab. "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ujar Ardern menyapa.
Di depan puluhan ribu warga yang hadir, Ardern mencoba menyampaikan ajaran Nabi Muhammad SAW tentang persaudaraan.

"Menurut Nabi Muhammad, orang-orang yang saling menyayangi, saling mengasihi, sudah seperti satu tubuh. Ketika ada bagian tubuh yang menderita, seluruh tubuh merasakan sakit," kata Ardern.
"Selandia Baru turut merasakan duka yang kalian rasakan. Kita adalah satu," ujar dia lagi.
Sigapnya Jacinda Ardern kala itu berhasil meredam kemarahan salah sasaran yang mungkin muncul selepas penembakan Christchurch. Ia berhasil menggalang warga Selandia Baru menekankan bahwa sang penembak sama sekali tak menggambarkan masyarakat Selandia Baru.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dalam cicitan di Twitter, bahwa Ardern telah menunjukkan kepada dunia tentang cara memimpin dengan kecerdasan dan kekuatan. "Dia telah menunjukkan bahwa empati dan wawasan adalah kualitas kepemimpinan yang kuat," tulis Albanese.
Saat Dajjal Keluar dari Khurasan
Ketika Dinasti Umayyah berkuasa, Khurasan merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Islam yang berpusat di Damaskus.
SELENGKAPNYAPanduan Kuliner Halal di 'Old Shanghai'
Jangan sungkan menanyakan perihal kehalalan menu yang ingin kita jajal.
SELENGKAPNYABerstrategi Mencari Kerja di Situasi Resesi
Profil LinkedIn yang aktif, biasanya memiliki jaringan yang kuat.
SELENGKAPNYA