
Nusantara
'Cukup Kami yang Kehilangan'
Orang tua korban berharap tantangan truk maut dihentikan.
OLEH SHABRINA ZAKARIA
Beberapa waktu lalu beredar sebuah video viral. Isinya aksi penyetopan truk oleh beberapa orang di Jalan Soleh Iskandar, Kota Bogor, pada Kamis (5/1) malam. Satu orang meninggal dunia karena tertabrak truk.
Dalam video singkat yang diterima Republika, suasana jalan pada malam hari cukup ramai dengan kendaraan. Tiba-tiba empat pria remaja berlarian ke tengah jalan berusaha menyetop kendaraan dump truk berwarna putih yang tengah melintas.
Bukan berhenti, truk tersebut tetap berjalan hingga salah satu remaja dari kelompok tersebut tertabrak. Melihat temannya tertabrak, rekannya berlarian menjauh dan truk tetap melanjutkan perjalanan.
Pihak kepolisian sempat menetapkan sang sopir sebagai tersangka. Belakangan, Polresta Bogor Kota akhirnya menghentikan kasus sopir penabrak pemuda yang mengadang truk di Jalan Sholeh Iskandar itu. Kasus itu diselesaikan secara damai dan status tersangka bagi sang sopir pun dicabut.

Kapolresta Bogor Kota Kombes Bismo Teguh Prakoso mengatakan, penyelesaian tersebut dilakukan dengan restorative justice. “(Secara hukum) kasus tersangkanya selesai. Alasannya, semua pihak sudah memahami secara kekeluargaan,” kata Bismo di Mako Polresta Bogor Kota, Rabu (18/1).
Lebih lanjut, Bismo mengatakan, sudah ada ganti rugi yang diberikan kepada pihak korban meski tidak 100 persen. Kedua belah pihak sudah memahami situasi satu sama lain dan menganggap kejadian pada Kamis (5/1) lalu sebagai musibah.
Ke depan, kata Bismo, polisi akan bekerja sama dengan dinas terkait, seperti Dinas Pendidikan (Disdik), Dinas Sosial (Dinsos), Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker), Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo), dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor dengan berbagai peran. Tujuannya adalah mencegah pemuda dan remaja kembali berbuat nekat mengadang truk demi konten.
“Kami juga melibatkan dari orang tuanya, tetangga, RT/RW setempat, dan tokoh masyarakat setempat untuk mengatasi rojali (rombongan jamaah lieur, red) ini,” ungkapnya.

Dedi Supriadi, ayah korban, mengakui sejak awal bahwa pihak keluarga tidak menuntut apa pun kepada pihak sopir dalam kasus ini. Menurut dia, yang harus disalahkan dalam kejadian ini adalah dirinya sendiri sebagai orang tua. “Karena kami sendiri tentu kalau mau disalahkan, kamilah sebagai orang tua yang lalai dalam pengawasan itu,” tuturnya.
Ia berterima kasih kepada Polresta Bogor Kota karena telah menyelesaikan kasus ini sesuai alur hukum yang berlaku. Dedi berharap kejadian serupa tidak berulang lagi serta memohon kepada awak media untuk aktif berperan melakukan pencegahan.
“Tidak ada lagi orang tua yang seperti kami kehilangan. Kami juga tidak menyalahkan si sopir karena kita kan tahu sendiri seperti apa kejadiannya. Kami sudah saling memaafkan,” ujar Dedi.
Sang sopir bernama Arman bersyukur dengan berakhirnya kasus ini dan dicabutnya status tersangka atas dirinya. Sebelumnya, Arman ditetapkan menjadi tersangka karena terbukti dengan sengaja tidak menghentikan kendaraan hingga menyebabkan korban tewas di tempat.
Tidak ada lagi orang tua yang seperti kami kehilangan.
Dengan berakhirnya kasus ini, Arman mengaku bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala. Ia pun bisa kembali menafkahi empat orang anaknya.
“Alhamdulillah, saya senang bisa beraktivitas lagi. Cuma itu saja, saya enggak bisa banyak omong, sedang shock. Alhamdulillah, lega diurus sama Pak Polisi. Saya merasa didampingi dan nyaman,” ucapnya.
Aksi sekelompok remaja dan anak-anak yang menghentikan paksa dan menumpang truk kembali marak di Kota Bogor belakangan. Sejumlah ruas jalan pun menjadi titik rawan aksi berbahaya ini.
Kombes Bismo menjelaskan, kelompok remaja itu menamakan dirinya sebagai rojali atau "rombongan jamaah lieur" (bingung dalam bahasa Sunda).
“Mereka membuat konten untuk diunggah melalui media sosial dengan mempertaruhkan nyawa dengan menghentikan truk yang sedang melaju secara tiba-tiba,” kata Bismo, Kamis (12/1).
Lebih lanjut Bismo menyebutkan, sejumlah ruas jalan, baik jalan kota maupun jalan nasional, menjadi titik rawan maraknya rojali. Di antaranya Jalan Sholeh Iskandar di Kecamatan Tanah Sareal, Jalan KS Tubun di Kecamatan Bogor Utara, Jalan Pahlawan di Kecamatan Bogor Selatan, lalu Jalan Abdullah bin Nuh dan Jalan TB M Falak di Kecamatan Bogor Barat.
Sementara itu, berdasarkan data dari Satuan Lalu Lintas Polresta Bogor Kota, sejak 2020, belasan remaja telah menjadi korban kecelakaan lalu lintas dalam aksi penghentian paksa truk. Bismo memaparkan, pada 2020, ada tiga orang meninggal dunia, dua orang luka berat, dan tiga orang luka ringan.
Kemudian, lanjut dia, pada 2021 terdapat tiga orang meninggal dunia. Pada 2022, terdapat dua orang mengalami luka berat.
Bismo mengimbau orang tua dan masyarakat untuk berperan aktif dalam mengawasi lingkungan sosial anak. Orang tua perlu menjaga agar anak tidak bergabung dengan kelompok yang melakukan kegiatan berbahaya bagi keselamatan.
Gen Z Cina yang tak Lagi Percaya Pemerintah
Generasi Z adalah yang paling pesimistis dari semua kelompok umur di Cina.
SELENGKAPNYATantangan Truk Maut Terus Makan Korban
Sejak 2020, belasan remaja telah menjadi korban kecelakaan lalu lintas karena aksi menghentikan truk secara paksa.
SELENGKAPNYAPenguatan Struktur Ekonomi
Kebijakan fiskal terbukti berperan strategis dalam pemulihan ekonomi.
SELENGKAPNYA