Jay Palfrey, seorang YouTuber Inggris yang menjadi mualaf. | DOK INSTAGRAM

Oase

Perjalanan Youtuber Jay Palfrey Menemukan Hidayah

Youtuber Jay Palfrey menemukan hidayah Islam kala ke negeri-negeri mayoritas Muslim.

Jangankan belajar tentang Islam, Jay Palfrey sudah mengidap Islamofobia terlebih dahulu pada hal-hal sepele. Misalnya, ketika melihat seorang Muslimah berhijab di jalanan, kreator konten YouTube itu akan memilih rute lain. Dalam pikirannya, wanita itu sangat berbahaya dan menyeramkan.

Anggapan itu disebabkan dirinya terpapar pembingkaian media-media Barat. Sejak peristiwa terorisme 11 September 2001, tidak sedikit pemberitaan yang menyudutkan umat Islam. Terlebih lagi, beberapa insiden serangan terjadi di Inggris, negeri tanah air Jay Palfrey.

Hingga usia remaja, ia merasa sama sekali tidak perlu mengenal agama Islam. “Betapa buruknya pikiran saya karena dipengaruhi oleh pemberitaan media-media massa di Inggris. Saya tidak tertarik sama sekali untuk mempelajari Islam,” ujar lelaki yang kini berusia 27 tahun itu kepada tim Towards Eternity, seperti dilansir Republika beberapa waktu lalu.

 
Saya tidak tertarik sama sekali untuk mempelajari Islam.
 
 

Bagaimanapun, Islamofobia yang sempat diidapnya kian memudar. Sejak 2017, YouTuber ini memutuskan untuk memulai perjalanan keliling dunia. Rihlah yang dilakukannya pun menyambangi banyak negeri mayoritas Muslim, seperti Pakistan, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Turki.

Saat berada di negara-negara Muslim itu, mata batinnya terbuka. Jay akhirnya menyadari, gambaran Muslim yang seakan-akan seluruhnya menyukai kekerasan itu sirna. Sepanjang interaksinya dengan orang-orang Islam, ia menyaksikan bahwa mereka memiliki budaya yang unik, penuh keramahan, dan persahabatan.

Sebagai contoh, Pakistan dan Turki menjadi favoritnya. Content creator ini diterima dengan sangat hangat oleh orang-orang yang dijumpainya di sana.

“Saya pikir, saya sangat menyukai Pakistan. Dahulu, saya dengar dari berita-berita bahwa tidak ada yang baik dari negara ini, terorisme dan kekerasan perang. Namun, nyatanya orang-orang di sana sangat luar biasa ramah,” katanya.

“Saya merasakan keramahan yang tulus dari mereka. Begitu pula dengan Turki. Keduanya menjadi favorit saya karena orang-orangnya, kulinernya, dan budayanya,” tambahnya.

Jay akhirnya menyadari kekeliruannya dalam melihat Islam dan Muslimin selama ini. Mereka ternyata tidak seperti yang dibayangkannya. Semua ini terjadi karena ia tidak memberikan ruang bagi dirinya sendiri untuk mengenal Islam lebih dekat.

 
Jay akhirnya menyadari kekeliruannya dalam melihat Islam dan Muslimin selama ini.
 
 

Setelah fakta-fakta sebenarnya tentang keindahan Islam terhampar jelas di matanya, Jay mulai tertarik untuk mempelajari agama ini. Itu dilakukannya dengan menyimak beragam video dan membaca banyak literatur. Ia juga mulai membaca mushaf terjemahan Alquran.

Makin lama, ketertarikannya pada Islam kian kuat. Barulah pada tahun 2020, setelah pencarian dan penelitian panjang yang dilakukannya, Jay memantapkan hatinya untuk bersyahadat. Dirinya resmi memeluk Islam saat berada di Turki.

Pria Inggris ini menggambarkan momen tersebut sebagai saat-saat terbaik dan paling membahagiakan dalam hidupnya. Suasana haru dan senang bercampur aduk dalam hatinya ketika itu. Proses syahadat dilakukan di Masjid Suleymaniye, Istanbul, dihadapan banyak jamaah.

“Momen itu adalah yang terbaik yang pernah saya alami. Sebelum masuk masjid itu, saya bukanlah seorang yang percaya pada Tuhan. Begitu berada di dalamnya dan berbicara dengan imam di sana, saya menjadi sadar. Alhamdulillah, di masjid itulah saya mengucapkan dua kalimat syahadat,” tuturnya.

 
Sebelum masuk masjid itu, saya bukanlah seorang yang percaya pada Tuhan.
 
 

Keteguhan menjadi seorang Muslim, lanjutnya, diperkuat dengan dukungan yang diberikan keluarga dan teman-temannya. Alih-alih mengecam, mereka tidak menjauhinya sesudah berislam.

“Saya sangat bersyukur bahwa keluarga dan teman-teman saya mendukung dan terus suportif hingga kini. Sulit sekali rasanya bila tidak memiliki mereka di sekitar saya,” terangnya.

Ia pun berharap, semakin banyak orang yang meninggalkan Islamofobia. Mengenal dan mempelajari dengan sungguh-sungguh agama ini, tanpa pretensi buruk—itulah yang idealnya dilakukan.

“Belajarlah dari pengalaman sendiri, bukan berita-berita media. Kalau memungkinkan, kunjungilah negara-negara mayoritas Muslim dan beri diri Anda kesempatan untuk berinteraksi dengan mereka. Dan jika Anda melihat hal negatif apa pun, ketahuilah bahwa agama Islam sempurna, tetapi Muslim tidaklah sempurna,” ucapnya.

Kini, Youtuber tersebut berupaya mengubah persepsi buruk tentang Islam yang selama ini masih dipercayai banyak orang, terutama di negara-negara Barat. Melalui konten-konten yang dibuatnya di media sosial, ia membagikan beragam keindahan Islam kepada masyarakat internasional.

“Saya berharap, insya Allah, ikhtiar ini dapat mengubah persepsi negatif tentang Islam dan Muslim. Saya posting di YouTube dan Instagram, semua hal positif tentang budaya, makanan, orang-orang, cara hidup. Semoga mengubah persepsi yang keliru (tentang Muslim) terutama di Inggris dan Amerika,” ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Presiden: Hapus Kemiskinan Ekstrem

Masih ada dua persen penduduk yang masuk kategori kemiskinan ekstrem.

SELENGKAPNYA

Keheningan Mal Blok M Jakarta

Blok M sempat menjadi ikon pusat perbelanjaan Jakarta tahun 90-an.

SELENGKAPNYA

Tekan Kemiskinan, Pengendalian Inflasi Diperkuat

Pemerintah juga akan mempercepat belanja negara.

SELENGKAPNYA