
Keluarga
Media Sosial dan Ketegaan Menghilangkan Nyawa
Agresi, regulasi emosi yang buruk, isolasi sosial, merupakan indikasi emosi anak.
Kasus pembunuhan yang dilakukan dua remaja di Makassar, Sulawesi Selatan, sungguh mengejutkan. Pasalnya mereka mengakui motif pembunuhan ini karena tergiur uang dari hasil penjualan organ tubuh korbannya itu.
Hal ini pun memicu kekagetan di kalangan masyarakat. Bagaimana mungkin remaja-remaja ini sampai tega melakukan perbuatan keji menculik dan membunuh, bahkan berniat menjual organ tubuh korbannya.
Psikolog klinis forensik, A Kasandra Putranto, menjelaskan, untuk bisa menjawab secara khusus dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui dinamika psikologis anak tersebut. "Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat memprediksi perilaku kriminal pada remaja, seperti agresi, regulasi emosi yang buruk, isolasi sosial, hubungan yang renggang dengan orang tua, dan hubungan pertemanan yang menyimpang," ujarnya kepada Republika, Kamis (12/1/2023).

Pengaruh internet
Kasandra pun menambahkan, berbagai konten dan situs yang ada di jagat maya juga memberikan pengaruh signifikan kepada anak dan remaja. Terutama ketika konten dapat diakses berulang kali pada satuan waktu yang tidak terbatas.
Salah satunya adalah situs Yandex yang memberikan informasi mengenai penjualan organ tubuh dengan harga mahal. "Berbagai paparan di internet, terutama paparan dengan nuansa negatif, banyak diasosiasikan dengan berbagai masalah perilaku dan penurunan fungsi, antara lain, masalah hubungan sosial, masalah tidur, penurunan kualitas kesehatan fisik dan mental, dan penurunan well-being pada individu," katanya.
Selain itu, fenomena flexing atau pamer di media sosial, yang didasari pada motif ekonomi, juga merupakan salah satu motif yang mendasari seseorang dalam melakukan aksi kriminal.
Mengatasi anak berbuat kriminal
View this post on Instagram
Kasandra mengatakan, dalam mengatasi anak yang melakukan perilaku kriminal, pembinaan yang tidak menjauhkan anak dari lingkungan luar dan memberikan dukungan sosial bisa jadi salah satu cara yang dapat dilakukan. Selain itu, diperlukan pula pembinaan dari profesional, misalnya, dengan mengunakan jasa konsultasi psikolog anak dan lainnya.
"Lebih lanjut, diskriminasi yang didapat anak oleh perilakunya juga dapat mengakibatkan anak semakin rentan untuk mengalami kecemasan, perasaan tertekan, ketakutan, dan gangguan psikologis lainnya," ujarnya.
Peran vital orang tua

Lalu, bagaimana peran orang tua seharusnya agar anak tidak menjadi korban kejahatan seperti yang dilakukan dua remaja tersebut? Kasandra mengatakan, orang tua memiliki peran-peran vital dalam menjaga keselamatan anaknya.
Pertama, orang tua harus mengawasi anak, terutama di tempat umum. Usahakan anak tidak sendirian dan selalu bersama teman, atau orang lain yang dipercaya, seperti orang tua dan pengasuh. "Ajarkan anak untuk waspada pada orang yang tidak dikenal," ujarnya.
Kasandra menambahkan, orang tua juga sebaiknya mengajarkan teknik pencegahan saat anak dipaksa mengikuti orang yang tidak dikenal. Misalnya, dengan mengajarkan anak berteriak, lari, dan minta tolong ketika ada orang yang tak dikenal yang mendekati.
Jangan lupa, Kasandra melanjutkan, jelaskan kepada anak tentang pentingnya untuk selalalu waspada. Bisa juga ajarkan anak bela diri. "Lebih baik lagi jika orang tua dan sekolah bisa bekerja sama dalam melindungi anak," ujarnya. Selain itu, perlu juga bagi orang tua untuk memastikan selalu ada jalur komunikasi antara orang tua dan anak.
Orang tua juga harus selalu menjaga hubungan dengan orang lain, agar tak punya musuh yang berpotensi mencelakakan anaknya.
A KASSANDRA PUTRANTO, Psikolog Klinis
Waspadai Kebiasaan Sepele Pemicu Diabetes Tipe Dua
Kurang tidur akan berdampak negatif pada setiap lini manajemen tubuh.
SELENGKAPNYARumah Makan Padang Legendaris di Bendungan Hilir Jakarta
Rumah makan ini sudah berdiri sejak tahun 1960 di kawasan Bendungan Hilir.
SELENGKAPNYARamai-Ramai Menjajal Sinetron Vertikal
Sinetron vertikal hadir dengan durasi yang sangat singkat, yaitu 150 detik.
SELENGKAPNYA