
Kitab
Nasihat Imam Asy'ari dalam Kitab al-Ibanah
Melalui al-Ibanah, Imam Asy'ari menyampaikan pelbagai petuah.
Imam Abu al-Hasan Asy’ari (873-935 M) adalah seorang ulama besar yang turut membentuk paham ahlussunnah wal jama'ah (aswaja). Selama puluhan tahun, alim kelahiran Bashrah itu bergumul dengan pemikiran-pemikiran yang cenderung ekstrem, semisal Mu'tazilah. Hal itu dilakukannya untuk terus membela corak yang moderat dalam beragama.
Imam Asy’ari lahir pada 873 M. Sejak masih belia, ia dikenal sebagai seorang yang cerdas dan saleh. Sebagai dai, dirinya memiliki sifat qana’ah dan zuhud. Pada 935 M, alim ini wafat di kota kelahirannya.
Ada banyak buah penanya. Salah satu kitab karangan Imam Asy’ari adalah Al-Ibanah. Seperti tertera pada bagian pembuka, buku ini ditulisnya untuk memberikan peringatan kepada kaum Muslimin pada masanya. Sebab, ia memandang banyak paham yang perlu diluruskan agar mereka kembali pada sumber agama Islam, yaitu Alquran dan Sunnah.
Buku ini ditulisnya untuk memberikan peringatan kepada kaum Muslimin pada masanya.
Imam Asy’ari menulis kitab ini pada masa antara tahun 915-935 M. Dan, hingga kini karyanya itu terus dibaca dan dipelajari umat Islam. Edisi bahasa Indonesianya diterbitkan, antara lain, oleh Turos Pustaka dengan judul Kitab al-Ibanah: Rujukan Orisinal Akidah Asy’ariyah.
Dalam al-Ibanah, Imam Asy'ari mengingatkan khalayak bahwa dalam memahami Alquran pun, perlu mendalami Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sebab, Allah telah mengenalkan hukum-hukum-Nya kepada seluruh manusia melalui Rasulullah SAW.
Dengan jalan itu, manusia dapat membedakan antara yang halal dan yang haram. Melalui Nabi Muhammad SAW pula Allah menjelaskan syariat. Dengan itu, tersingkirlah segala kegelapan. Menjadi jelas dan terang benderanglah kebenaran.
Kitab yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, Alquran, terpelihara hingga akhir zaman. Di dalamnya, terkandung segala ilmu. Inilah sumber hikmah yang tak habis-habisnya.
Dengan kitab suci itu, sempurnalah segala ajaran dalam agama ini. Menurut Imam Asy’ari, itulah jalan Allah yang lurus dan tali Allah yang kuat. Siapa yang berpegang kepadanya, pasti akan selamat. Dan siapa yang berselisih dengan itu pasti akan sesat lalu terperosok ke dalam kebodohan.
Di dalam Alquran, Allah SWT telah memerintahkan manusia agar berpegang teguh kepada Sunnah Rasul SAW. Allah berfirman, yang artinya, “Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah." (QS al-Hasyr: 7).
Imam Asy'ari menegaskan, Allah telah memerintahkan kepada sekalian manusia agar mendengarkan Rasulullah SAW serta mematuhi beliau. "Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, dia kekal di dalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan" (QS an-Nisa: 14).
Imam Asy'ari pun berpesan kepada umat Islam agar selalu hati-hati dengan bahaya dunia. Dalam al-Ibanah, ia mengajak kaum Muslimin agar tidak mudah terpedaya kehidupan yang fana ini. Sebab, alasan keberadaan manusia di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah.
"Saya berpesan kepada kalian wahai hamba-hamba Allah, hendaklah kalian bertakwa kepada Allah, dan saya memperingatkan kalian akan bahaya dunia. Sebab, dunia ini manis dan hijau sehingga ia dapat menipu serta memperdaya dan penghuninya," jelas Imam Asy'ari.
Siapa yang berada dalam kebimbangan, lanjutnya, maka orang itu akan mendapatkan pelajaran setelah dunia ini berakhir. Siapa saja yang memberi kesenangan secara batin kepada dunia, dunia akan menimpakan petaka kepadanya secara lahir.
Yang tersisa hanyalah amal perbuatan yang akan menempel pada leher manusia.
Menurut Imam Asy'ari, semua yang ada di dunia ini adalah tipuan dan fana. Sesungguhnya, semua yang ada di atasnya pasti musnah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah dalam Alquran. "Semua yang ada di atasnya (bumi) itu akan binasa" (QS ar-Rahman: 26).
Imam Asy'ari juga mengingatkan akan adanya sebuah kehidupan yang langgeng, kekal, dan abadi selamanya. Sementara, dunia ini akan musnah dan binasa. Yang tersisa hanyalah amal perbuatan yang akan menempel pada leher manusia. Artinya, amal perbuatan manusia itu akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab mereka sendiri.
"Oleh karena itu, wahai saudara-saudara seiman, jadilah orang yang senantiasa beramal dengan selalu taat kepada Allah SWT, serta menjauhi segala larangan-Nya," tutup Imam Asy'ari.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Meraih Sehat dengan Bantuan AI
Pengeluaran perawatan kesehatan untuk perangkat lunak AI diperkirakan akan tumbuh 40 persen pada 2023.
SELENGKAPNYACerita-Cerita Menakjubkan Asy-Syibli
Asy-Syibli merupakan seorang sufi dari abad ketiga Hijriyah.
SELENGKAPNYAMeluruskan Stereotipe Tentang Pesantren
Melalui buku ini, KH Nasaruddin Umar meluruskan stereotipe yang sering dialamatkan pada pesantren.
SELENGKAPNYA