
Keluarga
Bentengi Anak dari Ancaman Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja, termasuk pesantren.
Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja, termasuk pesantren. Tempat yang dianggap aman oleh orang tua untuk mendidik anaknya memperdalam ilmu agama, justru menjadi bumerang untuk mereka.
Bagaimana caranya agar anak bisa terhindar dari perilaku pelecehan atau kejahatan seksual?
Psikolog anak, Ine Indriani Aditya, menjelaskan pelecehan seksual pada anak dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Pelakunya dapat berupa orang-orang yang ada di sekitar, termasuk keluarga ataupun di luar rumah.
Pelecehan seksual pada anak dapat berupa prakontak seksual antara anak dan orang yang lebih besar. Misalnya, melalui kata-kata, sentuhan, gambar visual dan perilaku eksibisionis, ataupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dan orang dewasa, seperti inses, pemerkosaan dan pengeksploitasian seksual.
Ine pun berbagi tips untuk menghindari pelecehan seksual tersebut.
- Ajarkan batasan sentuhan
Ine mengatakan, salah satu cara untuk menghindarinya adalah dengan mengajarkan anak mengenai batasan sentuhan yang boleh diterimanya. Menurut Ine, sentuhan adalah salah satu cara setiap orang untuk berkomunikasi satu sama lain. Namun, dalam sentuhan ada batasan-batasannya.
“Batasan tersebut diperlukan untuk melindungi diri dari manipulasi, penyalahgunaan, atau tindak kekerasan orang lain,” ujar Ine kepada Republika, belum lama ini.
Ajarkan anak mengenai batasan mengenai sentuhan baik dan buruk. Hal ini sangat penting untuk perkembangan fisik dan sosial-emosional anak.
“Penting sekali orang tua mengajarkan batasan melalui pemahaman good touch bad touch dapat membantu mencegah terjadinya pelecehan seksual,” kata Ine.
Good touch bad touch diartikan sebagai sentuhan yang pantas atau tidak pantas dilayangkan ke anak. Sentuhan pantas atau baik adalah sentuhan yang dirasakan nyaman dan aman. Bahkan, membuat kita merasa disayangi. Contohnya, ketika mama dan papa memeluk dan mencium saat akan tidur ataupun bangun tidur.
Sementara itu, sentuhan tidak pantas atau buruk adalah sentuhan yang membuat merasa tidak nyaman, merasa kotor, takut, khawatir, bingung, marah, bersalah, dan menimbulkan perasaan negatif lainnya. Sentuhan yang membuat kita merasa terluka secara fisik ataupun perasaan.
Contohnya, ketika seseorang menyentuh bagian tubuh kita, sementara kita tidak ingin disentuh pada bagian tersebut. Termasuk, ketika orang lain memaksa kita menyentuh bagian tubuhnya.
Selain itu, juga termasuk ketika pelaku meminta kita untuk tidak memberitahukan ke orang lain, atau bahkan mengancam.
Menurut Ine, mengajarkan sentuhan baik dan buruk, bisa dengan mengajarkan bahwa tubuh anak adalah milik anak sendiri. Oleh karena itu, anak punya hak dan tanggung jawab untuk menjaganya.
Setelah itu, kenalkan bagian-bagian tubuh anak. Hal ini penting agar anak paham tentang tubuhnya sendiri. Untuk anak tiga tahun ke atas, bisa diawali melalui nyanyian. “Kepala… pundak lutut kaki… lutut kaki”.
Lalu kenalkan melalui gambar konkret atau dapat dilakukan dengan menggunakan boneka atau alat peraga.
2. Ajarkan anak berani berkata tidak dan berteriak
View this post on Instagram
Jika ada orang dewasa yang berusaha untuk melakukan sentuhan buruk, ajarkan anak untuk memberi tahu orang yang dapat dipercaya, seperti orang tua atau guru.
Ine mengajarkan anak untuk mengatakan ”tidak” atau ”jangan” kepada pelaku. Dorong pelaku sekeras mungkin. Segera berlari dari pelaku. "Bisa juga berteriak meminta pertolongan," ujarnya.
3. Komunikasi
Psikolog Seto Mulyadi mengatakan, untuk menghindari kejahatan seksual, salah satu kuncinya adalah meningkatkan komunikasi antara orang tua dan anak. Orang tua, menurut dia, sebaiknya tidak terlalu cuek dan melepas anak mereka dengan ketidakpedulian. Selain itu, jangan juga terlalu banyak tekanan berlebihan.
Ia menegaskan, yang harus dilakukan orang tua adalah meningkatkan kualitas komunikasi dengan anak. Orang tua bisa memosisikan diri sebagai teman atau sahabat anak-anak.
Dengan komunikasi yang baik, anak berani bercerita dan tidak takut untuk melaporkan kejadian yang dialaminya.
Untuk menghindari kejahatan seksual, salah satu kuncinya adalah meningkatkan komunikasi antara orang tua dan anak.SETO MULYADI, Psikolog Anak
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Potret ‘Virus’ Netralitas ASN Sepanjang 2020-2022
Pelanggaran paling banyak dilakukan ASN berusia di atas 50 tahun.
SELENGKAPNYAProvokasi Agenda Ultranasionalis Netanyahu
Netanyahu mengebut agenda ultranasionalis selepas menjabat.
SELENGKAPNYAMedia Sosial dan Ancaman Kesehatan Mental Anak
Konten yang dianggap berbahaya, termasuk diet ekstrem, hingga dorongan untuk menyakiti diri sendiri.
SELENGKAPNYA