Beberapa pendaki Gunung Marapi yang digiring turun oleh BKSDA dan Basarnas, Ahad (8/1/2023). | Dokumentasi BKSDA Sumbar

Nusantara

Kisah Mereka di Tengah Erupsi Marapi

Gunung Marapi mengalami sebanyak 15 kali erupsi kemarin.

OLEH FEBRIAN FACHRI

Gunung Marapi mengalami erupsi sejak pagi kemarin, Sabtu (7/1). Bahkan sampai hari ini, Pos Pemantau Gunung Api Marapi mencatat gunung yang berada di antara Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar itu sudah mencatatkan erupsi 30 kali. Kemarin tercatat Marapi mengalami erupsi 15 kali. Hari ini, Ahad (8/1), hingga pukul 13.00 WIB, tercatat 30 kali erupsi.

Salah satu pendaki yang naik pagi kemarin, Eman, mengaku ketika erupsi pertama terjadi, dirinya bersama rombongan pendaki asal Jambi tidak menyadarinya. "Untuk erupsi, pagi (Sabtu, red) kami melihat ada awan yang tebal. Karena merasa awan biasa, kami tetap naik karena belum ada larangan. Kami tetap naik," kata Eman. 

Eman menyebut faktor kelelahan setelah naik membuat mereka tidak memperhatikan bahwa awan yang terlihat di kawasan Gunung Marapi merupakan awan erupsi. Setelah itu, mereka mendapatkan informasi dari Basarnas bahwa semua pendaki harus segera turun. Eman bersama rombongan mulai berjalan turun pada pukul 07.00 WIB, Ahad (8/1).

photo
Eman, pendaki Gunung Marapi dari Jambi yang berada di atas Gunung Marapi saat erupsi terjadi, Sabtu (7/1). - (Dokumentasi Basarnas)

Kepala Seksi Operasi Basarnas Padang, Oktavianto, mengatakan, pihaknya bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), pengelola TWA Gunung Marapi, sejak Sabtu (7/1) menggiring para pendaki yang masih berada di kawasan Gunung Marapi setelah terjadi erupsi. "Hari ini memasuki hari kedua kami melaksanakan penyisiran penjemputan pendaki yang masih berada di Gunung Marapi," kata Okta, Ahad (8/1).

Ia menuturkan, Basarnas sudah menggiring turun 164 pendaki sejak Sabtu (7/1) sampai Ahad (8/1). Okta menyebut operasi SAR bencana erupsi ini mulai dilakukan tak lama setelah erupsi Gunung Marapi terjadi. "Hingga hari ini total pendaki yang telah turun dari puncak maupun cadas lereng total 164 orang," kata Okta.

Ia merinci pendaki yang keluar dari Posko BKSDA sebanyak 47 orang. Lalu dari pintu Posko Batu Palano 114 orang, dan pintu Posko Koto Baru 3 orang.

Dari semua pendaki yang sudah turun menurut Okta, tidak ada korban luka-luka ataupun korban jiwa. Semua pendaki kata dia berhasil keluar dari cadas, dan lereng dengan selamat dan dalam keadaan sehat.

"Kini pintu masuk Gunung Marapi sudah ditutup oleh pengelola yakni BKSDA," ujar Okta.

photo
Beberapa pendaki Gunung Marapi yang digiring turun oleh BKSDA dan Basarnas, Ahad (8/1/2023). - (Dokumentasi BKSDA Sumbar)

Sebelumnya, warga Batu Palano, Safrizal, mengatakan, sebenarnya ada lebih dari 100 orang yang berada di atas Gunung Marapi saat terjadi erupsi berkali-kali pada Sabtu (7/1). Batu Palano merupakan nagari (setingkat desa) di Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam, yang menjadi salah satu pintu untuk naik ke Gunung Marapi.

Safrizal menyebut pada hari erupsi perdana ada lebih kurang 50 orang yang naik ke Gunung Marapi. Puluhan orang juga sudah naik sejak Kamis (5/1) dan Jumat (6/1). “Seratus orang lebih kuranglah yang naik dari sini,” kata Safrizal.

Safrizal yang akrab disapa Ayah BKSDA oleh para pencinta daki gunung ini menyebutkan, dari sekian banyak pendaki yang naik, baru beberapa yang sudah turun. Safrizal mengaku sudah mengingatkan para pendaki mengenai status Gunung Marapi yang tidak aman untuk dinaiki. Namun, banyak dari pendaki yang bahkan datang dari luar Sumatra Barat (Sumbar) tetap ngotot untuk naik. 

Walau sudah dilarang, mereka tetap naik karena ada banyak akses yang dapat mereka lalui.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sumbar, Eka Damayanti
 

Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sumatra Barat Eka Damayanti mengatakan, pihaknya telah melarang para pendaki agar tidak naik ke Gunung Marapi pascaerupsi. Namun, menurut dia, banyak pendaki yang sulit dikendalikan.

“Walau sudah dilarang, mereka tetap naik karena ada banyak akses yang dapat mereka lalui,” ujar Eka.

Total erupsi Gunung Marapi kemarin sebanyak 15 kali. Letusan tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo 1-23,4 milimeter dengan durasi antara 45 hingga 109 detik. Selain letusan, terdeteksi empat kali embusan, satu kali gempa tornillo dengan durasi 12 detik, satu kali gempa tektonik lokal dengan amplitudo 19,5 mm dan durasi 20,8 detik, serta gempa tektonik jauh sebanyak empat kali dengan durasi antara 45 hingga 200 detik. 

Selain itu juga terekam gempa tremor secara terus-menerus. Gunung Marapi merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di Sumatra Barat. Posisinya berada di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam, Sumatra Barat, dengan ketinggian 2.891 mdpl.

photo
Beberapa pendaki berada di cadas Gunung Singgalang dengan latar belakang panorama Gunung Marapi (2.891 mdpl) di Agam, Sumatra Barat, beberapa waktu lalu. - (ANTARA FOTO)

Saat ini, Gunung Marapi berstatus waspada. Artinya, masyarakat sekitar dan pengunjung atau wisatawan diminta tidak melakukan pendakian dalam radius 3 kilometer dari kawah atau puncak.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Marapi Teguh Purnomo mengatakan, erupsi Gunung Marapi masih dapat dikatakan sebagai erupsi pembuka. Pihaknya, menurut Teguh, terus memantau aktivitas gunung yang terletak di antara Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Agam ini akan naik atau turun.

"Ini masih dikatakan pembuka, tapi belum pasti. Kita lihat dulu apakah akan meningkat atau justru menurun," kata Teguh, Ahad (8/1). Teguh menyebut Gunung Marapi punya siklus erupsi dua sampai empat tahunan. Terakhir, gunung ini erupsi pada 4 Juli 2017.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat