Hikmah hari ini | Republika

Hikmah

Kekuatan Iman

Keimanan yang kuat menjadikan sang ibu melaksanakan apa yang diperintah Allah serta membenarkan janji-Nya.

Oleh AUNUR ROFIQ

OLEH AUNUR ROFIQ

Dalam kehidupan seorang Muslim, tentu sudah memahami rukun iman. Inilah fondasi yang melandasi seseorang dalam menjalani kehidupan dunia.

Seorang mukmin yang tidak menyesali di masa lalu, tidak menggerutu apa yang terjadi, tidak menatap masa depan dengan penglihatan suram dan redup atau penuh dengan rasa waswas. Sebaliknya, perasaan aman selalu ada dalam hatinya. Inilah sebagian dari pengaruh keimanan. Keimanan akan menumbuhkan perasaan aman dalam jiwa seseorang.

Dikisahkan seseorang dengan keimanannya, hatinya merasa aman meski melakukan pengorbanan yang sangat besar. Alquran mengisahkan seorang ibu yang kepadanya Allah wahyukan agar dia membuang anak tercintanya ke sungai, dan Allah SWT akan mengembalikan anak tersebut kepadanya.

 
Keimanan akan menumbuhkan perasaan aman dalam jiwa seseorang.
 
 

Keimanan yang kuat menjadikan sang ibu melaksanakan apa yang diperintah Allah serta membenarkan janji-Nya. Keimanan yang hidup memenuhi jiwanya, ibu ini dengan perasaan tenang memasukkan anaknya ke dalam peti dan diceburkan ke sungai sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT.

Itulah ibu Nabi Musa AS, tercantum dalam surah al-Qashshash ayat 7-8, "Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, 'Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para Rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah."

Keikhlasan sang ibu ini semata-mata karena keteguhan keimanan. Anak lelaki yang menjadikan dambaan setiap orang tua, harus dia larungkan ke sungai.

Orang yang tidak beriman selalu dihantui perasaan cemas karena berbagai penyebab. Namun bagi seorang mukmin memiliki kemampuan untuk menangkal penyebab kecemasan maupun ketakutan karena tidak ada yang ditakuti kecuali Allah SWT.

Akan merasa takut jika tidak melaksanakan kewajiban dan melanggar hak-hak orang lain. Tidak ada rasa takut pada sesama manusia meski mereka punya harta banyak nan berkedudukan tinggi. Sebab, dalam pandangannya yang mempunyai kekuasaan hanya Allah SWT semata.

Kekuasaan dan harta sering membuat seseorang "merasa berkuasa". Akibatnya, tindakan dan perbuatannya menjadi semena-mena. Perbuatan ini sangat tidak disukai Sang Pencipta. Penulis berharap jika ada pembaca yang berkategori seperti itu, maka gunakanlah menumpuk bekal akhirat dengan perbuatan amal saleh.

Ada kisah keteguhan iman dari Nabi Ibrahim. Saat menyeru umatnya untuk mengesakan Allah dan menghancurkan berhala, umatnya menakut-nakuti akan datangnya bencana. Namun Ibrahim tidak surut nyalinya karena percaya dan yakin akan kekuasaan Allah SWT.

Justru Ibrahim heran mengapa umatnya begitu percaya pada berhala, padahal itu hanyalah buatan manusia dan disembah pembuatnya sendiri. Dalam Alquran surah al-An’am ayat 81-82, "Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kalian persekutukan (dengan Allah), padahal kalian tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepada kalian untuk mempersekutukannya. Maka manakah diantara golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kalian mengetahui?" Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk."

Ibrahim tanpa rasa takut maupun khawatir tetap menghancurkan berhala meski yang dihadapi seorang raja. Seorang yang beriman tidak ada rasa takut akan datangnya kematian. Sebab, Allah SWT telah menentukan usianya tidak berkurang maupun bertambah meski hanya sekejap.

 
Ibrahim tanpa rasa takut maupun khawatir tetap menghancurkan berhala meski yang dihadapi seorang raja.
 
 

Kematian merupakan kepastian yang akan mendatangi dan tiada kuasa menghindarinya. Perasaan takut dan cemas akan kematian merupakan perbuatan hati yang sia-sia. Kita simak firman-Nya pada surah al-Jumu’ah ayat 8, "Katakanlah, 'Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian'."

Disambung dengan surah an-Nisa’ ayat 78, "Di mana saja kalian berada, kematian akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh."

Kedudukan, harta, kesenangan, dan kemewahan duniawi ini menjadikan manusia merasa sedih berhadapan dengan kematian karena harus berpisah dengan semua itu. Ketika seseorang mati, maka putuslah pada saat itu dengan kedudukan yang tinggi dan banyaknya harta serta kenikmatan dunia lainnya.

Tidak demikian dengan seorang yang beriman. Dia memandang kematian adalah sesuatu yang wajar dan dianggap sebagai jembatan yang mesti dilewati menuju kebahagiaan hakiki dan abadi. 

Merasa aman merupakan sesuatu yang mahal, terbukti dengan besarnya biaya pengamanan. Dengan iman kita akan merasa amam, tiada cemas dan khawatir. Semoga Allah selalu memberikan kekuatan iman pada kita semua dan memberikan perlindungan-Nya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mendesak, Penanganan Banjir di Jawa Tengah

Banjir di Jawa Tengah telah menimbulkan korban jiwa.

SELENGKAPNYA

Hoaks dan Keengganan Divaksin Covid-19

Tingkat serapan vaksin booster di Indonesia tercatat masih cukup rendah.

SELENGKAPNYA

Kiat Optimalkan Rapat Hybrid

Rapat hibrid bisa sama optimalnya dengan rapat tatap muka.

SELENGKAPNYA