Pembaca memegang buku otobiografi Pangeran Harry di Barcelona, Spanyol, Kamis (5/1/2023). | AP Photo

Kronik

Harry dan Sejarah Berdarah Inggris di Afghanistan

Sepanjang kampanye militer Inggris di Afghanistan itu, tak terbilang nyawa yang hilang.

OLEH DWINA AGUSTIN, RIZKY JARAMAYA

Pekan lalu, Pangeran Harry dari Inggris membuat geram banyak orang. Hal ini terkait dengan kutipan dari buku mendatangnya, "Spare" yang dibocorkan media-media di Inggris.

Di salah satu bagian buku itu, Harry menuturkan pengalamannya saat ditugaskan sebagai kopilot penembak dari helikopter Apache dalam operasi militer Inggris bersama negara-negara NATO di Afghanistan pada 2012. Ia menceritakan dengan detail bagaimana ia menghitung berapa yang ia bunuh selama bertugas.

"Di era (helikopter) Apache dan laptop saat ini, aku bisa menghitung dengan tepat berapa banyak petempur yang ku bunuh. Sangat penting bahwa saya tak malu dengan angka itu. Jadi jumlahnya 25 orang. Itu bukan angka yang memuaskanku, tapi ia juga tak membuatku malu," tulis Harry. Komentar selanjutnya kemudian yang tambah bikin marah.

photo
Pembaca memegang buku otobiografi Pangeran Harry di Barcelona, Spanyol, Kamis (5/1/2023). - (AP Photo)

"Dalam kebingungan dan memanasnya perang, buatku 25 orang itu bukan manusia. Mereka bidak yang harus disingkirkan dari papan catur. Orang-orang jahat yang harus disingkirkan sebelum mereka membunuh orang-orang baik," ia melanjutkan. 

Komentar tersebut tak ayal memunculkan reaksi. Veteran militer Inggris Kolonel Tim Collins dilansir the Guardian menekankan betapa komentar itu tak bertanggungjawab. Menurutnya, prajurit sejati tak pernah memamerkan  jumlah orang yang mereka bunuh. Ia tak semstinya jadi bahan untuk "menjual buku".

Sedangkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan di bawah Taliban, Abdul Qahar Balkhi, mengkritik Pengakuan Harry tersebut. Dia mengatakan, pendudukan Barat di Afghanistan merupakan momen yang paling buruk dalam sejarah manusia. 

“Pendudukan barat di Afghanistan benar-benar merupakan momen menjijikkan dalam sejarah manusia dan komentar Pangeran Harry adalah mikrokosmos dari trauma yang dialami warga Afghanistan di tangan pasukan pendudukan yang membunuh orang tak berdosa tanpa pertanggungjawaban apa pun,” kata Balkhi.

Inggris memang punya sejarah panjang di Afghanistan. Sejak lama, Afghanistan juga sudah dipandang sebagai papan permainan oleh Kerajaan Inggris.

Pada mulanya, adalah 1838. Merujuk Ensiklopedia Britannica, kala itu, Kerajaan Inggris melalui Perusahaan Dagang India Timur (EIC) telah menguasai sebagian besar Asia Selatan, utamanya di wilayah India dan Pakistan saat ini. Sementara Imperial Rusia menguasai sebagian wilayah Asia Tengah. Afghanistan terletak di tengah-tengah wilayah yang dikuasai kedua kerajaan itu.

Pada 1820-an, muncul saling curiga antara Inggris dan Rusia. Inggris mengira Rusia akan berupaya meluaskan kekuasaan hingga India, dan sebaliknya Rusia mengira Inggris akan melakukan ekspansi ke Asia Barat. Jadilah Afghanistan yang kala itu dikuasai Emir Dost Muhammad Khan wilayah perebutan pengaruh.

Inggris yang kemudian merasa Dost Muhammad lebih condong ke Rusia, kemudian mengerahkan belasan ribu pasukan ke Kabul atas perintah Gubernur Jenderal India Lord Auckland. Masa-masa itu disebut dengan “the Great Game” alias “Permainan Akbar”.

photo
Lukisan satu-satunya prajurit Inggris yang dibiarkan hidup selepas kekalahan pasukan Inggris dalam Perang Anglo-Afghan Pertama pada 1842. - (Remnants of an Army oleh Elizabeth Butler)

Pada 1839, ekspedisi itu berhasil dan Inggris mendudukkan Shah Shojab sebagai penguasa bayangan di Afghanistan. Rakyat Afghanistan yang tak senang dengan tindakan itu kemudian memberontak. Pada 1942, 16 ribu pasukan Inggris dan warga sipil yang mereka datangkan akhirnya diusir, sebagian besar tewas dalam serangan gerilyawan Afghanistan dan Dost Muhammad kembali naik tahta.

Pada 1878, saat pengaruh Rusia makin kuat di Afghanistan, Gubernur Jenderal India Lord Lytton kembali menyerang Afghanistan yang kini dipimpin Shir Ali Khan, anak ketiga Dost Muhammad. Inggris kembali sempat menguasai Kabul, namun dipaksa pergi lagi pada 1879, saat utusan Inggris Louis Cavagnari dibunuh di Kabul. 

Pada 1919, pecah perang Inggris-Afghan ke-3. Kendati demikian, pasukan Inggris yang kewalahan selepas Perang Dunia I tak mampu mengalahkan pasukan Afghanistan. Alih-alih, tahun itu juga mereka menandatangani perjanjian damai mengakui kemerdekaan Afghanistan.

photo
Pasukan Inggris bertempur dalam Perang Anglo-Afghan II di Kandahar pada 1880. - ( The Oxford Illustrated History of the Britis)

Kemudian pada 2001, Inggris kembali mengirimkan pasukannya ke Afghanistan menyertai pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Tujuannya kala itu menggulingkan Taliban yang berkuasa di Afghanistan karena mereka melindungi pimpinan Alqaidah, Usamah bin Ladin yang dituding mendalngi serangan 9/11 di New York.

Invasi itu mulanya terlihat mudah. Tak sampai setahun kekuasaan Taliban di Afghanistan dijungkalkan. Kendati demikian, tahun berjalan, perang tak juga usai. Taliban trus melancarkan serangan. Pada 2014, pasukan Inggris akhirnya mundur dari Afghanistan.

Pangern Harry bertugas dua tahun sebelum penarikan pasukan itu. Sementara pada Agustus 2021, Taliban akhirnya mengambil alih kembali Afghanistan dari pemerintahan yang dipasang pasukan koalisi.

Sepanjang kampanye militer Inggris di Afghanistan itu, tak terbilang nyawa yang hilang. Pada Perang Anglo Afghan Pertama (1839-1842), seperti dlansir dalam Afghanistan: A Country Study, lebih dari 30 ribu prajurit dan warga sipil meninggal. Dalam Perang-Anglo Afghan Kedua (1878-1880), sekitar 15 ribu orang tewas. Dalam Perang Anglo-Afghan Ketiga (1919), sekitar 3.000 prajurit gugur. 

Sepanjang Invasi Afghanistan (2001-2021), sebanyak 456 prajurit Inggris tewas dari total 3.576 pasukan koalisi yang meninggal. Sementara warga sipil Afghanistan yang meninggal sedikitnya 46 ribu orang. Pasukan Afghanistan prokoalisi yang gugur  mencapai 70 ribu orang.

Sementara petempur Taliban yang tewas mencapai 53 ribu orang . Buat Pangeran Harry, ratusan ribu jiwa tersebut, seperti 25 yang ia bunuh, hanyalah bidak catur. 

Afghanistan Didera Gelombang Pneumonia

Ribuan anak Afghanistan dirawat di rumah sakit karena pneumonia dan penyakit pernapasan lainnya.

SELENGKAPNYA

Wajah Muslim Amerika yang Kian Cerah

Komunitas Muslim telah mengambil bagian terpenting dari kehidupan publik Amerika.

SELENGKAPNYA

Satelit Nano SS-I Ukir Sejarah Antariksa Nasional

Langkah itu menjadi titik awal sejarah ilmuwan muda anak bangsa.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya