ILUSTRASI Di Arab Tengah dahulu, muncul Musailamah sang nabi palsu penyebar kebohongan | DOK EPA NEIL HALL

Kisah

Musailamah, Orang Sesat di Zaman Sahabat

Musailamah al-Kadzab adalah tukang sebar hoaks pada masa sahabat Nabi SAW.

Aliran yang dianggap sesat telah muncul sejak awal perkembangan syiar Islam. Sejak masa sahabat Nabi Muhammad SAW, fenomena pendangkalan akidah sudah muncul ke permukaan. Beberapa waktu sesudah wafatnya Rasulullah SAW, pemberontakan pecah di Jazirah Arab.

Kelompok anti-Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq ini dipimpin oleh Musailamah al-Kadzab. Tidak cukup dengan membangkang pemimpin umat (amirul mu`minin), ia bahkan mengeklaim diri sebagai utusan Allah.

Sang nabi palsu menyebarkan ajaran sesatnya di seluruh negeri. Perangainya ini amat berbeda ketika dahulu dirinya mulai memeluk Islam, yakni saat Nabi SAW masih berada di tengah umat.

 
Sang nabi palsu menyebarkan ajaran sesatnya di seluruh negeri.
 
 

Menurut berbagai sumber sejarah, Musailamah awalnya adalah seorang Muslim yang baik. Bicaranya lembut. Gaya tuturnya mampu menarik simpati banyak orang. Bahkan, perilakunya terbilang baik. Pernah dirinya ikut berkontribusi dalam pembangunan masjid di sebuah desa.

Ternyata, penampilan Musailamah di hadapan publik selama ini hanyalah kamuflase. Dalam hatinya, ia menunggu-nunggu momen untuk menguasai orang-orang Arab sebanyak mungkin. Sejak Rasulullah SAW wafat, ia pun membuka kedoknya.

Musailamah merasa, kaum Muslimin akan mudah dipecah belah begitu beliau tiada. Sang nabi palsu tidak sendirian dalam mengacaukan ukhuwah Islamiyah pascawafatnya Rasulullah SAW. Sejumlah tokoh turut menolak kepemimpinan sang khalifah, Abu Bakar.

Setidaknya, ada tiga orang sosok yang murtad dari Islam begitu mengetahui kabar sakitnya Rasulullah SAW. Selain Musailamah, ada juga sosok bernama Aswad Al-Ansy dan Thulaihah al-Asady. Masing-masing berasal dari Yaman dan perkampungan Bani Asad.

Ketiga orang sesat ini mengaku dirinya sebagai nabi yang diutus tuhan kepada kaumnya. Malahan, secara serampangan mereka menyebut bahwa Nabi Muhammad SAW diutus kepada Quraiys, bukan seluruh manusia. Sungguh kebohongan yang berlipat-lipat ganda.

Penyebar hoaks

Perangai Musailamah al-Kadzab bila diistilahkan pada masa kini adalah sifat penyebar hoaks. Lelaki itu berasal dari Yamamah. Lahir dengan nama Maslamah bin Habib, ia termasuk keturunan Bani Hanifah, salah satu suku terbesar di Arab tengah. Pada masa dewasanya, tokoh ini turut membangun Yamamah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah.

Begitu Islam diterima dan tersebar luas di seluruh jazirah Arab, Musailamah ikut-ikutan menyatakan diri sebagai Muslim. Ia juga turut membangun sebuah masjid di Yamamah dan Yaman. Maka dari itu, kaum Muslimin lokal menghormatinya.

Pada saat yang sama, Musailamah juga mempelajari sihir. Namun, ia mengklaim sihirnya itu sebagai jalan mencapai mukjizat. Melalui kemampuan ilmu hitam itu, ia pun menggaet kekaguman orang-orang yang lemah iman. Mereka pun menelan mentah-mentah kebohongannya yakni status "nabi."

Musailamah mengaku, memperoleh wahyu dari Allah SWT. Bahkan, disebutkannya pula bahwa dirinya "berbagi wahyu" dengan Rasulullah SAW. Ia juga menyusun ayat-ayat yang dinyatakan sebagai tandingan ayat Alquran.

 
Sebagian besar ayat-ayat palsu buatan Musailamah memuji keunggulan sukunya, Bani Hanifah, atas Bani Quraisy.
 
 

Sebagian besar ayat-ayat palsu buatan Musailamah memuji keunggulan sukunya, Bani Hanifah, atas Bani Quraisy. Walaupun demikian, tentunya ayat-ayat itu sangat jelek dan sangat tidak sebanding dengan Kalamullah.

Tidak hanya itu, Musailamah juga pernah menyebut dirinya sebagai Rahman, dan menyatakan dirinya memiliki sifat ketuhanan. Setelah itu, beberapa orang menerimanya sebagai nabi bersama dengan Nabi Muhammad SAW.

Perlahan-lahan pengaruh dan wewenang Musailamah meningkat terhadap orang-orang dari sukunya, khususnya Bani Hanifah yang berada di lingkungannya. Setelah itu Musailamah berusaha untuk merevisi syariat Islam.

Dengan kesesatan berpikirnya, Musailamah berusaha menghapuskan kewajiban untuk melaksanakan shalat serta memberikan kebebasan bagi umatnya untuk melakukan seks bebas dan mengonsumsi alkohol.

Hingga Nabi Muhammad SAW wafat 8 Juni 632 M, ajaran sesat Musailamah al-Kadzab terus berkembang. Bahkan Musailamah menyerukan akan memerangi Madinah, yang saat itu menjadi pusat pemerintahan Khulafaur Rasyidin.

 
Musailamah dan pengikutnya semakin membuat muak pemimpin Islam di Madinah yang dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar.
 
 

Musailamah dan pengikutnya semakin membuat muak pemimpin Islam di Madinah yang dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar. Hingga akhirnya, Khalifah Abu Bakar mengutus panglima perang yang termasyhur dalam sejarah Islam, yaitu Khalid bin Walid. Sahabat yang memiliki juluk “Pedang Allah” ini diutus untuk menumpas Musailamah dan pengikutnya.

Khalid bin Walid kemudian menuju ke Yamamah. Di sanalah terjadinya pertempuran yang dikenal sebagai Perang Yamamah. Dalam perang ini lah Musailamah al-Kadzab tewas. Ia dibunuh oleh mantan budak bernama Wahsyi bin Harb.

‘Menertawakan’ Islamofobia di Panggung Stand-up Comedy

Apa yang dilakukan Fathia mampu mengenalkan ajaran Islam di negara-negara minoritas Muslim lewat cara yang lebih segar.

SELENGKAPNYA

KH Abdul Halim, Sang Ulama Reformis dari Majalengka

Ulama asal Majalengka, KH Abdul Halim, turut berjuang demi tegaknya Republik Indonesia.

SELENGKAPNYA

Nasihat Lukman

Beramallah karena amalmu, baik maupun buruk, semuanya akan kembali kepada dirimu sendiri.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya