Komika dakwah | Pixabay

Laporan Utama

‘Menertawakan’ Islamofobia di Panggung Stand-up Comedy

Apa yang dilakukan Fathia mampu mengenalkan ajaran Islam di negara-negara minoritas Muslim lewat cara yang lebih segar.

OLEH ANDRIAN SAPUTRA

Fathia el-Ghoroi sudah punya nama di beberapa gigs (panggung) stand-up comedy. Komika keturunan Maroko itu kerap menjadikan mik sebagai senjata untuk menyindir praktik Islamofobia yang dia temui di Eropa.

Dalam salah satu penampilannya di kanal Youtube offthekurbcomedy, Fathia bercerita soal bagaimana keluarganya mengunjungi salah satu kakak lelakinya di Prancis. “Dan kami kesulitan saat ingin melalui bea cukai,” ujar Fathia. “Aku tak tahu mengapa?” ujar Fathia sembari memainkan ujung hijab hijau tuanya. 

Dilansir Hyphen Online, El Ghoroi adalah komedian wanita Muslim campuran Inggris-Maroko. Muslimah berusia 41 tahun itu berasal dari London Timur. Dia merupakan salah satu dari segelintir stand-up yang berhijab.

Materinya membahas isu-isu serius, termasuk stereotipe Muslim dan Islamofobia, tetapi juga terkadang masuk ke wilayah pribadi yang lebih ringan. Termasuk bencana kencan. Seperti yang dia katakan, "Saya lajang, saya siap berbaur halal.”

Apa yang dilakukan Fathia ternyata mampu mengenalkan ajaran Islam di negara-negara minoritas Muslim lewat cara yang lebih segar. Fathia tidak mengambil jalan para dai yang berdakwah dari mimbar ke mimbar.

Fathia dan banyak komika lainnya yang bergelut dalam dunia seni, terutama melalui panggung komedi, kerap mewarnai dunia dakwah dengan pesan yang mengangkat nilai dan ajaran Islam melalui cara khas ala komedian. Tak dapat dimungkiri, mereka justru berkontribusi dalam meningkatkan pandangan positif terhadap Muslim dan Islam. 

Moe Ismail, seorang komedian Muslim yang tengah tenar di Kanada, misalnya. Tak sekadar manggung stand-up comedy, ia menjadi pengajar di sebuah sekolah dasar di Kanada. SCBC News pada Rabu (4/1/2023) mengulas kisah Ismail. Lewat ketekunannya menjalani hobi sebagai komika, Ismail membangun hubungan dengan orang-orang di sekitarnya sambil tetap menjaga jati diri sebagai seorang Muslim Kanada keturunan Mesir.

Bukan cuma Ismail, CBC News pada 2019 pernah merilis sejumlah komedian Muslim Kanada yang kerap mematahkan stereotipe tentang Muslim. Misalnya komedian Nour Hadidi yang diteriaki seorang penonton yang menyatakan tak menyukai Muslim kala dia manggung di Ontario.

Setelah itu, Hadidi menyalurkan perasaannya dalam pertunjukan bagi para komedian untuk menjadi Muslim tanpa penyesalan. Di Denmark, komedian kelahiran Iran berusia 42 tahun Elle Jokar kerap membawakan materi ekstremisme dan kebangkitan politik sayap kanan di Eropa. 

Pada tahun 1984, ketika Jokar dan keluarganya melarikan diri dari Iran, dia ingat bahwa mereka awalnya disambut dengan hangat di masyarakat Denmark, tetapi sikap itu telah berubah dalam beberapa tahun terakhir.

 
Dia menggunakan humor untuk membedah perbedaan budaya antara Muslim dan non-Muslim di negara tersebut.
 
 

Di Amerika Serikat, Negin Farsad berada di garis depan komedian yang kerap membawakan materi tentang keadilan sosial. Dilansir dari Lavin Agency, Farsad adalah salah satu dari sedikit pembuat film wanita Muslim Iran-Amerika yang menggunakan humor-humor konyol untuk menjembatani kesenjangan ras, agama, sosial, dan imigran. Bahkan, the Wall Street Journal  menyebut karyanya cerdas, lucu, dan memesona.

“Suara Farsad yang segar dan lucu sangat cocok untuk menghadirkan taktik melawan sentimen anti-Muslim di AS, dan karyanya menarik dan menyenangkan untuk dibaca,” begitu menurut the Wall Street Journal.

Dalam film fiturnya, the Muslims Are Coming! Negin Farsad mengajak sekelompok komedian Muslim-Amerika di jalan di Amerika Tengah untuk melakukan pertunjukan, bertemu penduduk setempat, dan melawan Islamofobia melalui lelucon. Film itu menampilkan Jon Stewart, Lewis Black, Janeane Garofalo, David Cross, dan Rachel Maddow, dan memenangkan penghargaan kemanusiaan dari Institut Arab-Amerika.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Negin Farsad (@neginfarsad)

Buku pertama Farsad yang berjudul Cara Membuat Orang Kulit Putih Tertawa mendapatkan banyak pujian. Ia dipuji sebagai komedian yang terus terang dan lucu. Bahkan, Austin Chronicle menyebutnya sebagai ahli humoris yang akademis dan lucu. 

Bagi Farsad, keadilan sosial tidak muncul begitu saja. Dia memiliki gelar master ganda dalam studi Afrika-Amerika dan kebijakan publik dari School of International & Public Affairs Universitas Columbia, dan pernah bekerja sebagai penasihat kebijakan untuk Kota New York sebelum meninggalkannya untuk kehidupan di bidang seni. Farsad dinobatkan sebagai salah satu dari 50 Wanita Terlucu oleh Huffington Post dan salah satu dari 10 Komedian Feminis Terbaik oleh Majalah Tempel

Bahkan, Ratu Rania dari Yordania menugaskan Farsad untuk membuat video sebagai bagian dari serial melawan stereotipe Muslim yang kemudian memenangkan Youtube Visionary Award untuk pertama kalinya. Farsad telah mengabdikan sebagian besar kariernya untuk komedi keadilan sosial, terutama yang berkaitan dengan Islamofobia, hak-hak imigran, kefanatikan, dan segala ketimpangan umum yang dilakukan pada orang-orang karena ras, agama, kelas sosial-ekonomi, atau pihak ketiga.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Hukum Status Anak Hasil Hubungan Zina

Anak ini tidak menanggung dosa perzinaan yang dilakukan kedua orang tuanya.

SELENGKAPNYA

Pencarian Hidayah Salman al-Farisi

Kisah berikut menuturkan perjalangan Salman al-Farisi dalam mencari hidayah.

SELENGKAPNYA

Musailamah, Orang Sesat di Zaman Sahabat

Musailamah al-Kadzab adalah tukang sebar hoaks pada masa sahabat Nabi SAW.

SELENGKAPNYA