
Kabar Utama
Mengimbangi Perubahan Teknologi
Perkembangan teknologi harus diakui adalah tantangan sekaligus peluang bagi media massa.
OLEH FIRKAH FANSURI, Wakil Redaktur Pelaksana Republika
Perkembangan teknologi harus diakui adalah tantangan sekaligus peluang bagi media massa. Teknologi seperti dua mata pisau. Di satu sisi sangat bermanfaat bagi perkembangan media massa, tapi juga bisa menjadi “pembunuh” yang kejam jika media tak mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Sejak awal kelahirannya, media massa, baik itu cetak, televisi, maupun radio dan belakangan media daring, selalu dikawal dengan kemajuan teknologi. Distribusi informasi yang sampai ke para pembaca sangat bergantung pada perkembangan teknologi itu sendiri.
Kita mengetahui, distribusi konten media cetak di awal-awal kelahirannya masih sangat sederhana karena teknologi di media cetak kala itu juga masih sangat tradisional. Begitu pula informasi melalui media radio, di awal-awal kelahirannya masih sangat sederhana.
Tidak saja dalam penyebaran informasinya, tapi juga media untuk menerima informasi tersebut masih sederhana sejalan dengan teknologi radio yang masih sangat minim kala itu.
Untuk media daring, mungkin kita masih ingat saat, pada awal tahun 2000-an bermunculan situs-situs berita. Pada tahun 2000, sejumlah media massa daring bermunculan. Namun, kita mengetahui, umur dari media daring tersebut hanya seumur jagung.
Disadari atau tidak, wabah Covid-19 ikut memudarkan perkembangan media cetak.
Tidak sampai hitungan lima tahun, media daring tersebut berguguran. Hanya segelintir saja yang tetap bertahan dengan operasional yang ngos-ngosan.
Namun, dalam 10 tahun terakhir, media daring masih bertumbuhan. Puncaknya dalam lima tahun terakhir ini, media daring atau media digital tumbuh sangat subur. Bahkan, media digital menjadi arus utama informasi tatkala dunia diserang wabah Covid-19 awal 2020. Adanya pembatasan-pembatasan untuk beraktivitas di luar rumah membuat media digital menjadi sumber informasi masyarakat untuk mengetahui dunia luar.
Disadari atau tidak, wabah Covid-19 ikut memudarkan perkembangan media cetak. Memang, sebelum terjadinya wabah Covid-19, media cetak, khususnya di Tanah Air, sudah mulai ditinggalkan pembaca. Hal itu dapat dilihat dari terus menurunnya oplah media cetak, baik koran, tabloid, maupun majalah.
Saat terjadi pembatasan akibat Covid-19, tantangan media cetak tidak hanya dalam menjangkau pembaca karena jumlah loper untuk menyampaikan koran ke pelanggan yang terbatas. Resesi ekonomi yang melanda Tanah Air membuat masyarakat mengurangi pengeluaran untuk berlangganan media cetak.
Apalagi, informasi yang mereka butuhkan dapat tersubstitusi oleh media digital. Masyarakat Tanah Air juga belum memiliki budaya membayar informasi yang mereka peroleh sebagaimana masyarakat di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Perkembangan media sangat bergantung pada perkembangan teknologi.
Bahwa perkembangan media sangat bergantung pada perkembangan teknologi juga menjadi jawaban mengapa media daring pada tahun 2000 berguguran. Sebab, perkembangan teknologi informasi yang menjadi penunjang utama penyampaian informasi melalui media digital masih terbatas.
Kita mengetahui, pada tahun 2000, infrastruktur jaringan internet masih sangat minim. Di tempat-tempat umum belum ada internet gratis. Jangkauan infrastruktur internet pun baru terbatas di wilayah kota besar. Jangankan di pelosok-pelosok daerah, kota-kota provinsi pun belum semuanya terjangkau internet.
Begitu pula dengan perkembangan gawai yang masih sangat lambat. Teknologi ponsel kala itu masih sederhana. Semua keterbatasan tersebut membuat perkembangan media digital saat itu tertatih-tatih dan, bahkan banyak yang terpaksa tutup.
Kini, semua faktor pendukung untuk mengembangkan media digital telah terhampar di depan mata. Semua infrastruktur penunjang media digital sudah tersedia. Perkembangan teknologi yang pesat memuluskan pelaku media digital dalam berinovasi. Belum lagi dukungan dari masyarakat yang sangat familier dengan gawai. Tidak hanya generasi milenial dan generasi Z, generasi sebelumnya juga telah bertransformasi dan memperoleh informasi melalui gawai.
Kini, semua faktor pendukung untuk mengembangkan media digital telah terhampar di depan mata.
Meski demikian, tantangan perkembangan media digital pun makin besar. Rezim viewers yang tumbuh dalam beberapa tahun terakhir ini tidak jarang mengabaikan hak pembaca untuk mendapatkan informasi yang berkualitas. Tidak sedikit pengelola media digital yang terjebak dalam rezim tersebut karena peluang pendapatan yang besar.
Di sisi lain, para pengelola media digital dihadapkan pada dilema antara menjaga idealisme atau mengejar cuan semata. Dua hal itu dalam sejarah perkembangan media massa harus jalan beriringan. Tidak ada satu pun media di dunia ini yang sukses bernapas panjang dengan hanya memikirkan idealisme dan mengabaikan sisi bisnisnya. Begitu juga tidak banyak media yang dapat bertahan dengan hanya memikirkan rupiah dan mengabaikan idealisme.
Memadukan dua faktor antara idealisme dan pendapatan merupakan masalah yang menantang dalam perkembangan media massa. Tantangan yang tak kalah menariknya adalah munculnya media sosial yang tak jarang mendistribusikan konten yang jauh dari kebenaran.
Dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, sebagai media arus utama, Republika tidak akan ikut-ikutan menyampaikan informasi yang hanya sekadar mengejar viewers. Dengan mengedepankan kualitas, Republika akan selalu hadir dengan konten-konten yang bertanggung jawab dan mencerdaskan.
Keluarga Keraton Surakarta Diminta Duduk Bersama
Ganjar mengimbau masalah internal jangan sampai melibatkan pihak di luar keluarga Keraton Kasunanan.
SELENGKAPNYAPelayanan Pelayaran Harus Prioritaskan Keselamatan
Gangguan cuaca akan pengaruhi jadwal kapal.
SELENGKAPNYASosialisasi KUHP Sasar 20 Kota
Masyarakat yang merasa dirugikan KUHP dipersilakan menggugat ke MK.
SELENGKAPNYA