ILUSTRASI Keberuntungan diibaratkan sebagai langkah kanan. Menurut Islam, ada berbagai faktor keberuntungan. | DOK REP IMAN FIRMANSYAH

Khazanah

Ambil Langkah Kanan

Dalam bahasa Indonesia, keberuntungan diistilahkan sebagai langkah kanan.

Siapapun insan ingin menjadi beruntung. Islam mengajarkan berbagai kriteria orang-orang yang beruntung. Misalnya adalah mereka yang menyeru pada kebajikan dan sekaligus mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar), seperti disebut dalam surah Ali Imran ayat ke-104.

Contoh lainnya adalah golongan Mukmin yang selalu menjaga shalat, dijelaskan dalam al-Hajj ayat ke-77. Dalam bahasa Indonesia, nasib mujur diistilahkan sebagai langkah kanan.

Umpamanya, seseorang yang mendapatkan rezeki tak terduga. Berarti, ia telah melangkah kanan. Tentu saja, keberuntungan melibatkan banyak faktor. Minimal, diri telah berbuat walaupun hanya dengan melangkahkan kaki.

photo
Sejumlah warga lanjut usia (lansia) membaca Alquran saat mengikuti Pesantren Ramadhan Lansia di Masjid Pusdai, Kota Bandung, Rabu (6/4/2022). Islam mengajarkan berbagai kriteria orang-orang yang beruntung. Foto: Republika/Abdan Syakura - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Berislam

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW menegaskan perihal kemujuran. Beliau bersabda, “Sungguh telah beruntung orang yang memeluk Islam.” Ya, keimanan adalah perkara utama yang menjadi faktor keberuntungan, di dunia maupun akhirat kelak.

Dalam surah Ali Imran ayat ke-102, Allah berfirman, yang artinya, “Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”

Maka dalam menjalani kehidupan, seorang Mukmin hendaknya teguh mempertahankan iman dan Islam. Jangan sampai pernak-pernik duniawi justru menjauhkan diri dari komitmen berislam.

photo
Foto tangkapan layar video yang merekam detik-detik Khadijah Laine mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta, pada 6 Juli 2017. - (DOK IST)

Peroleh Rezeki

Dalam hadis yang sama, Rasulullah SAW juga menyatakan, orang Muslim yang telah dikaruniai rezeki yang cukup adalah beruntung. Islam mengajarkan bahwa konsep rezeki tidak melulu berkaitan dengan materi. Bahkan, pemberian yang paling berharga dari Allah SWT justru acap kali tidak tampak mata.

Nikmat paling besar adalah Islam dan iman. Tanpa keduanya, seluruh usia di dunia ini hanyalah sia-sia, khususnya begitu ajal menjelang. Maka, jadikanlah syukur sebagai jalan kehidupan.

Dalam Ihya Ulum ad-Din, Imam al-Ghazali mengatakan, hakikat syukur adalah menghayati bahwa hanya Allah satu-satunya pemberi nikmat.

photo
ILUSTRASI Qanaah atau merasa rela dan cukup, itu adalah ciri seorang Mukmin yang beruntung. - (DOK REP PUTRA M AKBAR)

Sifat Rela

“Sungguh beruntung orang yang memeluk Islam, dikaruniai rezeki yang cukup dan Allah menjadikannya bersifat qanaah atas nikmat yang diberikan-Nya kepadanya” (HR Muslim). Yang dimaksud dengan qanaah adalah rela menerima apa-apa yang telah dikaruniakan. Qanaah dapat pula diartikan sebagai merasa cukup.

Karakteristik itu lahir dari kesadaran diri sebagai hamba Allah. Seseorang yang kanaah meyakini bahwa Allah telah menetapkan rezeki pada tiap-tiap makhluk-Nya. Maka, jangan khawatir.

Tidak perlu pula dengki kala melihat kebahagiaan orang lain. “Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki)” (QS al-Isra: 30).

Qatar, Sepak Bola, dan Qahwa

Para kampiun sepak bola bertarung memperebutkan trofi dan prestise empat tahun sekali itu. 

SELENGKAPNYA

Indonesia Butuh Kebijakan Substantif Soal Halal

Target 10 juta produk tersertifikasi halal pada 2024 diharapkan tercapai.

SELENGKAPNYA

Menghormati Orang Tua Rasulullah

Alangkah baiknya jika kita tidak berkomentar tentang orang tua Rasulullah mengingat keterbatasan ilmu.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya