
Hiwar
Hadapi Erupsi Semeru dengan Ikhtiar, Doa, dan Tawakal
Pensantren ini membekali diri dengan alam yang rentan bencana
Ketika bencana alam datang, orang yang beriman bersikap sabar dan memetik hikmah di balik peristiwa tersebut. Musibah boleh jadi merupakan duka, tetapi harus ingat bahwa di dalamnya terdapat banyak pelajaran berharga yang Allah selipkan.
Dalam menghadapi musibah, Pondok Pesantren Annur99 yang terletak di Dusun Krajan 1, Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, ini jaraknya tidak jauh dengan Gunung Semeru, yang belum lama ini mengalami erupsi. Namun, yang menarik, pesantren ini membekali diri dengan persiapan matang untuk hidup berdampingan dengan alam yang rentan bencana.
Pondok Pesantren Annur99 Lumajang telah sejak awal mendesain sebagian bangunannya untuk tidak terdampak erupsi. Sadar akan kondisi hidup berdampingan dengan Gunung Semeru yang merupakan gunung api aktif, ikhtiar pesantren ini pun patut diacungi jempol.

Bagaimanakah kondisi dan juga persiapan yang dilakukan pesantren ini saat Semeru kembali menunjukkan aktivitasnya? Wartawan Republika, Imas Damayanti, mewawancarai Pemimpin dan Pengasuh Ponpes Annur99, Ustaz Muhammad Kandias Rowi, melalui sambungan telepon pada Selasa (6/12).
Apakah pesantren yang Anda pimpin terdampak erupsi Semeru saat ini?
Alhamdulillah, masyarakat yang usia 40 tahunan ikut merapat. Itu kemarin ketika erupsi (mereka) mengungsi. Kami sendiri kan yakin dengan keamanan di sini, baik itu bangunan maupun lainnya.
Jadi, baru debu vulkanis, masyarakat itu sudah bingung karena orang-orang yang usia 40 itu belum pernah terdampak seperti ini karena kami letaknya di timur Gunung Semeru yang mana angin bertiup terus kalau siang hari dari timur ke barat.
Ketika erupsi kemarin pukul 12-an, hari pertama itu tanggal 4 Desember, itu (kondisi) gelap memang. Gelap pekat. Akibat debu erupsi yang bertiup, itu yang membuat gelap.
Apa dampak erupsi yang dirasakan?
Hanya debu saja. Tapi, meski berdebu, memang sudah tercium bau-bau belerang itu. Alhamdulillah, di Desa Pasrujambe punya kelebihan sering hujan, setiap hari hujan, sehingga, debu erupsi itu tersapu.
Jadi, ketika erupsi itu saya berdoa, ya Allah semoga segera hujan. Alhamdulillah, hujan. Tapi, karena anginnya masih angin ke timur, ya masih bawa partikel-partikel debu. Kami sangat tertolong dengan hujan yang Allah kirimkan.
Tapi, hujan ini kan memang hujan lokal, kalau keluar desa ini sudah tidak hujan.
Bagaimana rutinitas pesantren, kiai, dan juga santri saat ini?
Ada satu santri yang diambil oleh orang tuanya, sisanya masih beraktivitas seperti biasa. Kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan, bahkan saat ini santri sedang menjalankan ujian pondok.
Apa sikap tepat menghadapi bencana erupsi?
Pertama, kami sudah melakukan persiapan. Kebetulan pondok ini kan pondok wakaf, dari orang kemudian sudah dibangunkan sedemikian rupa (untuk kegiatan belajar-mengajar dengan memperhatikan kondisi wilayah geografisnya).
Kedua, kita harus ikhtiar. Mempersiapkan tempatnya, apalagi dengan sudah standar bunker ya. Kemudian, kita juga sudah menyiapkan kalau seandainya masyarakat mau mengungsi, kita siap. Ada antisipasi ketika kita hidup di wilayah rawan bencana, kita sudah punya persiapan sebagai bentuk ikhtiar.
Ketiga, jangan lupa untuk berdoa. Setelah itu kita tawakal dan pasrahkan kepada Allah SWT. Kita terima musibah ini, kita berikhtiar, kita berdoa, kita berpasrah. Itulah sejatinya sikap seorang Muslim dalam menghadapi sebuah musibah.
MUI: Perkuat Keharmonisan Bangsa
Forum itu diharapkan meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah.
SELENGKAPNYADorong Sertifikasi Nazir
Sertifikasi nazir dapat meningkatkan profesionalisme pengelolaan wakaf.
SELENGKAPNYAPengelolaan Wakaf Uang akan Lebih Kuat
Perbankan syariah memiliki infrastruktur layanan yang lebih unggul.
SELENGKAPNYA