Pameran NFT di Art Moments Jakarta, 4-5 November 2022 | Dok Tezos APAC

Inovasi

Tetap Berkarya di Pusaran Bear Market

Pasar NFT di tahun yang akan datang, akan ditunjang oleh makin banyaknya orang yang terpapar oleh teknologi blockchain.

Meski tak lagi semeriah tahun lalu, namun keberadaan karya seni digital non fungible token (NFT) tetap bergeliat. Pada 4-6 November 2022, di Jakarta, eksibisi seni Art Moments Jakarta (AMJ), yang didukung Tezos, pelopor blockchain proof of stake layer pertama ini, menghadirkan pula pameran karya seni NFT bertajuk ‘NFTs: Inner Worlds, Immortalized’.

Pameran ini, menampilkan karya dari enam seniman terkemuka dari seluruh kawasan Asia Pasifik. Tiga di antaranya, merupakan seniman NFT terkemuka di Indonesia.

Salah satu seniman NFT Indonesia di ekosistem Tezos, Arya Mularama memamerkan tiga karyanya yang berjudul Path, Deed, dan Encounter. Tiga karya seni NFT ini berasal dari seri There’s birth, there’s death, and in between there’s maintenance.

Arya menjelaskan, karyanya menggambarkan kalau semua orang bisa berkompromi dengan sistem atau sosial di sekitarnya. Dalam karyanya, dia juga memberi gambaran seperti aktivitas sehari-hari

“Jadi ada beberapa gambaran tentang mereka yang memperbaiki dirinya sendiri menjadi lebih baik. Saya memberi gambaran seperti aktivitas sehari-hari, yang memberi pesan tentang kita yang senantiasa memperbaiki diri,” jelas Arya.

photo
Pengunjung pameran ArtsMoment Jakarta, memindai QR Code untuk mendapat informasi terkait berbagai karya seni yang berlangsung di pameran yang digelar 4-5 November 2022. - (Dok Tezos)

Terkait proses kreatif, ia mengambil ide utamanya dari kesehatan mental dan kecemasan. Dari situ Arya mempertanyakan lagi bagaimana sebenarnya orang itu, bagaimana perilakunya, dan mencari metafora yang bisa mengena kepada para penikmat seninya.

Tahun ini, pasar kripto memang mengalami bear market atau situasi di mana harga mengalami tren penurunan yang berlangsung dalam kurun waktu lama. Arya mengakui, hal ini membuat kondisi seniman NFT saat ini jadi melambat.

Dia mengakui tahun lalu hype NFT memang tengah naik daun, sehingga saat itu memang mengalami puncaknya. Namun saat ini karena semakin banyak yang mengadopsi, jadi jumlah karya seni NFT tetap semakin banyak.

Meski tak lagi, senaik dulu. “Ya 2021 itu memang bull banget ya jadi saat itu sih memang peak-nya ya. Tapi, karya seni NFT tetap saja masih jalan,” ujar Arya.

Dalam merespon situasi yang terjadi, Arya menjelaskan, dia masih terus membuat karya seni NFT. Ia pun memprediksi, NFT di tahun depan akan makin berwarna dengan lahirnya karya-karya interaktif.

Tren ini bisa terbaca, dari banyaknya eksperimen baru yang muncul dari pengembangan di dalam ekosistem blockchain. Meski, tak bisa dipungkiri naik turunnya pasar NFT di tahun yang akan datang, juga akan sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar  kripto dan keuangan secara global.

 

Dinamika adopsi

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Art Moments Jakarta (@artmomentsjakarta)

Head of Marketing Tezos Asia Pacific, Jivan Tulsiani menjelaskan, terjadinya bear market jelas bukan waktu yang baik bagi para pelaku di dunia teknologi blockchain. Tetapi terlepas dari spekulasi, ketika berpaling dari cryptocurrency, misalnya, dan memahami berbagai elemen blockchain lainnya seperti, NFT, kontrak pintar atau smart contract, maka orang mulai dapat memahami nilai dan kebermanfaatan teknologi yang satu ini.

“Jadi saya akan mengatakan, ya itu benar-benar tergantung. Semakin kita memahami kasus penggunaan NFT di dunia nyata, semakin baik,” ujar Jivan.

Karena dengan begitu, ia melanjutkan, hal ini menandakan orang mulai bergerak dari melihat bahwa cryptocurrency dan teknologi blockchain yang ada di belakangnya, bukan hanya tentang spekulasi. “Akan selalu ada pergeseran pasar, tetapi jika terus diadopsi oleh orang-orang melihat bahwa blockchain memiliki manfaat penggunaan dunia nyata, maka masa depan akan sangat cerah,” jelas Jivan.

Ia pun ikut membagikan prediksi tentang geliat pasar NFT tahun depan. Menurutnya, akan semakin banyak seniman dari kalangan tradisional yang belajar tentang NFT, dan kemudian masuk ke NFT.

Hal ini tak lepas dari upaya pengembangan komunitas yang sangat kuat oleh berbagai organisasi. Di Indonesia sendiri, misalnya, ada IDNFT dan Metarupa.

Menurut Jivan, keduanya adalah organisasi yang benar-benar membantu mendidik, membantu memotivasi lebih banyak seniman dalam berbagi keuntungan dengan mereka. TZ APAC, kata Jivan, juga melihat mulai hadirnya berbagai organisasi yang mulai menggunakan NFT untuk melibatkan pembaca mereka.

Termasuk juga, untuk melibatkan orang yang lebih luas lagi dalam pengenalan teknologi blockchain. Dengan begitu, tentu akan semakin banyak orang yang memahami nilai dan manfaat NFT. 

 

 

Semakin kita memahami kasus penggunaan NFT di dunia nyata, semakin baik.

 

 

Asuransi Blockchain untuk Para Petani

photo
Petani membawa padi hasil panen di sawah yang terendam banjir luapan Sungai Batanghari di Jambi Timur, Jambi, Rabu (12/10/2022). Beberapa hektare lahan pertanian di daerah itu terendam banjir sejak tiga hari terakhir, sejumlah petani terpaksa melakukan panen dalam kondisi banjir. - (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Pemanfaatan teknologi blockchain terus bermunculan dalam berbagai sektor dan industri. Perusahaan insurtech regional Igloo pekan lalu, meluncurkan produk Asuransi Indeks Cuaca berbasis blockchain pertama yang ditargetkan untuk para petani padi yang belum terlayani asuransi.

Asuransi indeks adalah pendekatan baru dan inovatif untuk mengatasi risiko kerugian petani padi akibat bencana alam atau cuaca yang tak menentu. Asuransi ini diharapkan dapat mempermudah petani padi mendapatkan akses asuransi serta harga yang lebih terjangkau.

Selain itu, asuransi berbasis blockchain ini juga memanfaatkan kontrak pintar yang dapat mengotomatisasi klaim berdasarkan tingkat curah hujan yang terjadi.

Co-Founder dan CEO Igloo Raunak Mehta mengatakan, asuransi Indeks cuaca dari Igloo dapat membantu mengurangi resiko yang dihadapi petani padi akibat kondisi cuaca buruk dan merugikan. “Produk ini memungkinkan proses penyelesaian klaim yang lebih cepat, sederhana, dan objektif, serta membantu memberikan kemudahan proses pembayaran, berdasarkan peristiwa yang terjadi dan metrik resmi yang dapat diakses publik,” jelasnya.

Sebagai langkah awal, Asuransi Indeks Cuaca telah melindungi lebih dari 5.000 hektar lahan di Vietnam dan ditargetkan untuk melindungi 50 ribu hektar dalam beberapa musim ke depan, melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan milik negara dan swasta.

Vietnam merupakan salah satu dari lima negara pengekspor beras terbesar di dunia, dengan 95 persen hasil ekspor berasal dari wilayah Delta Mekong. Meski demikian, produksi pangan tidak lepas dari tantangan kondisi iklim yang kurang baik, seperti banjir dan perubahan pola curah hujan yang mampu menurunkan produksi para petani padi.

Menurut Mehta, tingkat perubahan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, ditambah dengan menurunnya rantai pasokan akibat Covid-19, makin mendorong kebutuhan adanya solusi asuransi pertanian bagi komunitas petani kecil.

Asuransi Indeks Cuaca dari Igloo menggunakan data curah hujan dari Vietnam Meteorological and Hydrological Administration (VNMHA), Asuransi parametrik ini akan membayar kerugian berdasarkan kalkulasi yang telah ditentukan akibat cuaca atau bencana alam.

Selain itu, para petani juga dapat dengan mudah dan cepat mengajukan klaim tanpa perlu melakukan verifikasi individual. Sehingga biaya transaksi akan jadi lebih terjangkau. Pengaturan pembayaran klaim berbasis blockchain yang diberikan juga mampu meningkatkan transparansi dan konsistensi sehingga menciptakan sistem yang kredibel.

Ke depan, Igloo akan memperluas solusi asuransi Indeks Cuaca di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sebagai negara penghasil beras terbesar ketiga di dunia. Di Indonesia, kondisi cuaca yang tidak menentu seringkali menjadi kendala bagi para petani padi. Data dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumatera Selatan menunjukkan, Sumatera Selatan, sebagai daerah penghasil beras terbesar keempat di Indonesia, mengalami penurunan hasil padi hingga 1,7 ton pada 2021.

Pola cuaca yang berubah-ubah, hingga banjir yang sering menggenangi area pertanian menjadi faktor utama penyebab gagal panen. “Melihat tantangan tersebut, Igloo dengan teknologi insurtech end-to-end berupaya menciptakan solusi tepat guna,” Mehta melanjutkan.

Tingginya risiko akibat perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu ini pun, diharapkan dapat teratasi. Sehingga dapat melindungi petani dari kerentanan finansial untuk menanam kembali. 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat