Gubernur BI Perry Warjiyo | AP/Patrick Semansky

Ekonomi

BI Lanjutkan Kenaikan Suku Bunga

Sebagai penguatan ekonomi syariah, bank sentral dapat menerbitkan sukuk BI inklusif.

 

JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. Ini menjadi kenaikan suku bunga yang keempat sejak Agustus 2022.

"Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah lanjutan front-loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi inti kembali pada sasaran 2-4 persen lebih awal, yakni pada paruh pertama 2023," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur, Kamis (17/11).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Bank Indonesia (@bank_indonesia)

Kenaikan suku bunga ini juga untuk terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamentalnya di tengah kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Perry mengatakan, BI juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi nasional.

Hal itu, antara lain, memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang sesuai dengan kenaikan suku bunga BI. Selain itu, BI memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dengan tetap berada di pasar sebagai bagian untuk pengendalian inflasi dengan intervensi di pasar valas.

BI juga akan melanjutkan penjualan dan pembelian di pasar sekunder untuk memperkuat transmisi kenaikan BI7DRR dalam meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN. Sejalan dengan upaya penguatan ekonomi syariah, bank sentral juga dapat menerbitkan sukuk BI inklusif.

 
 
The Fed menaikkan hingga 75 bps karena inflasi mereka juga tinggi. BI tidak seperti itu karena inflasi kita masih lebih rendah.
 
 

BI mengakui, kenaikan suku bunga acuan merupakan respons terhadap kebijakan serupa oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve. Meski begitu, Perry menilai, BI bertindak tidak seagresif The Fed.

"The Fed menaikkan hingga 75 bps karena inflasi mereka juga tinggi. BI tidak seperti itu karena inflasi kita masih lebih rendah," kata Perry.

Ia mengatakan, BI menaikkan suku bunga secara lebih terukur dengan menilai berbagai indikator, terutama inflasi. Ekspektasi inflasi saat ini dinilai masih tinggi dan diproyeksikan mencapai puncaknya pada kuartal I 2023.

Perry menegaskan, BI mengupayakan inflasi inti tidak melebihi level empat persen pada kuartal I 2023. BI juga memproyeksikan puncak dari kenaikan suku bunga The Fed adalah pada kuartal I 2023 di level 5 persen.

Kenaikan suku bunga BI juga untuk menjaga agar portofolio investasi dalam negeri tetap menarik sehingga berdampak positif pada stabilisasi nilai tukar rupiah. Perry mengatakan, seluruh indikator fundamental Indonesia mendukung penguatan nilai tukar rupiah. Hal itu termasuk pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,72 persen pada kuartal III 2022, inflasi yang telah turun ke level 5,71 persen, neraca pembayaran yang surplus 5,7 miliar dolar AS, dan imbal hasil SBN yang tetap menarik.

 
 
Memang sepertinya BI tidak punya pilihan lain sehingga harus menaikkan suku bunga acuannya.
 
 

Kenaikan suku bunga acuan BI dinilai sebuah keharusan untuk tetap relevan dengan kondisi terkini di tingkat global. Ekonom Senior Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip, menyampaikan, BI tidak punya pilihan lain.

"Memang sepertinya BI tidak punya pilihan lain sehingga harus menaikkan suku bunga acuannya. Ini mengingat BI juga harus berkompetisi dengan bank sentral lainnya di emerging market yang juga mengikuti langkah The Fed," kata Sunarsip.

Ia memprediksi, kenaikan suku bunga ini akan menjadi yang terakhir pada 2022. Apabila BI tetap menaikkan, kenaikannya hanya sekitar 25 bps.

Sunarsip menjelaskan, jika BI tidak mengikuti kenaikan suku bunga The Fed, real interest rate Indonesia masih akan negatif di tengah inflasi yang dinilai masih tinggi. Di sisi lain, sejumlah negara emerging market yang menjadi pesaing Indonesia dalam menarik investasi, memiliki real interest rate yang sudah positif seperti Brasil, Meksiko, dan Cina. Saat negara-negara peers ini memiliki real interest rate yang positif, akan sulit bagi Indonesia untuk menarik kembali investasi portofolio asing.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by #UangKita (@kemenkeuri)

Co-Founder Institute of Social, Economics, and Digital (ISED) Ryan Kiryanto mengatakan, keputusan kenaikan suku bunga mengacu pada tujuan BI untuk menjaga stabilitas rupiah. Menurutnya, kenaikan suku bunga kali ini sudah tepat dari segi waktu dan besarannya.

Ia memproyeksikan, BI masih akan menaikkan suku bunga lagi hingga level 5,5 persen. Akan tetapi, jika inflasi tahunan (yoy) bisa diarahkan ke bawah empat persen, ada kemungkinan BI akan menahan suku bunga hingga akhir tahun. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Dugaan Gempita Semu di Piala Dunia 2022 

Qatar dituding membayar aktor untuk membuat seolah Piala Dunia 2022 disambut antusias.

SELENGKAPNYA

Sidang Tanwir Muhammadiyah Dimulai

Beberapa ruas jalan di Solo akan disterilkan saat pembukaan muktamar.

SELENGKAPNYA