
X-Kisah
Kala Istri-Istri Nabi Cemburu
Turunnya permulaan surah at- Tahrim diawali peristiwa istri- istri Rasulullah SAW yang terlampau cemburu.
Setiap suami atau istri sudah sewajarnya memiliki rasa cemburu kepada pasangan masing-masing. Perasaan itu mengisyaratkan masih adanya cinta di dalam hati mereka.Cemburu juga menandakan komitmen untuk selalu mempertahankan keutuhan rumah tangga. Akan tetapi, rasa cemburu yang berlebihan justru berpotensi mengganggu keharmonisan.
Simaklah kisah berikut, yakni ketika Rasulullah SAW menjadi korban kecem buruan ekstrem istri-istrinya. Pada mulanya, Nabi Muhammad SAW mendatangi rumah salah seorang istrinya, Zainab binti Jahsy. Untuk diketahui, pernikahan antara beliau dan perempuan tersebut merupakan ketentuan langsung dari Allah SWT melalui turunnya surah al-Ahzab ayat 37. Melihat kedatangan suaminya, Zainab amat bersuka cita. Di rumahnya, Nabi SAW singgah dalam waktu yang cukup lama.Beliau juga menikmati madu yang dihidangkan istrinya tersebut.
Sementara itu, istri beliau yang lain-- Siti `Aisyah RA--mendapati kabar tersebut. Rupanya, putri Abu Bakar ash- Shiddiq itu merasa amat cemburu lantaran Zainab dapat menyuguhkan madu.Sajian itu merupakan salah satu makanan favorit Nabi SAW. `Aisyah merasa tersaingi. Dia pun menemui Haf shah, seorang istri Rasulullah SAW yang berusia cukup sebaya dengannya. Me mang, jarak antara kediaman `Aisyah dan putri Umar bin Khaththab itu terbilang dekat.
`Aisyah dan Hafshah lantas bersepakat. Apabila sang suami menemui salah seorang dari mereka berdua, maka hendaklah dikatakan, beliau telah meminum madu, tetapi yang berkualitas tidak baik. Sebab, lebahnya telah mengonsumsi getah pohon maghafir yang terkenal memiliki bau tak sedap.
Demikianlah. Setelah kesepakatan diambil, `Aisyah kembali ke rumahnya.Beberapa saat kemudian, Rasulullah SAW mengetuk pintu. Istri beliau itu pun menyambutnya dengan ramah. Namun, saat beliau berkata-kata, `Aisyah memberikan isyarat dengan tangannya, seperti mencium bau tak sedap.
Aku hanya memakan madu di rumah Zainab, kata Rasulullah.
Barangkali lebahnya mengisap getah pohon 'urfut, yang getahnya menghasilkan maghafir. Karena itulah, baunya terasa di madu yang engkau minum, ujar `Aisyah.
Selang beberapa lama, beliau mendatangi rumah Hafshah. Percakapan serupa pun terjadi. Pada akhirnya, Rasulullah SAW berkata, Aku hanya minum madu di rumah Zainab binti Jahsy, dan aku tidak akan meminumnya lagi.
Seketika, turunlah permulaan surah at-Tahrim. Nama surah itu berarti mengharamkan. Secara harfiah, penamaan itu mengingatkan Nabi SAW agar jangan keceplosan mengharam kan apa-apa yang tidak diharamkan oleh Allah. Demikianlah, firman Allah SWT dalam surah itu merupakan suatu teguran.
Terjemahan ayat 1-2 surah tersebut berbunyi: Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Adapun riwayat lainnya menuturkan, asbabun nuzulsurah at-Tahrim berkaitan dengan suatu peristiwa yang juga dipicu kecemburuan berlebihan dari istri-istri Nabi SAW. Kali ini, sasaran cemburu itu ialah Mariyah al-Qib thiyyah. Perempuan tersebut awalnya merupakan seorang budak yang dikirimkan penguasa Mesir sebagai hadiah kepada Rasulullah SAW.Dari Mariyah, Rasulullah SAW memiliki seorang anak bernama Ibrahim--meskipun kelak sang buah hati ini wafat saat masih berusia kanak-kanak. Sementara, `Aisyah tak di karuniai anak. Melihat Mariyah, kecemburuan pun terbit dari dalam dirinya. Hafshah pun mencemburui Mariyah.
Peristiwa bermula ketika Rasulullah berduaan dengan Mariyah di kediaman Hafshah. Saat itu, sang putri Umar bin Khaththab tersebut sedang berada di luar. Ketika Hafshah tiba di rumahnya, dirinya mendapati sang suami masih bersama dengan Mariyah. Rasa cemburu pun membuncah di dalam dadanya.
Ya Rasulullah, engkau lakukan hal itu di rumahku, di atas tempat tidurku, dan pada hari giliranku, kata Hafshah dengan nada kesal.
Rasulullah SAW segera meredakan amarah Hafshah. Dengan maksud hendak menyenangkan perasaan Hafshah, Nabi SAW menyatakan, sejak saat itu Mariyah haram bagi beliau. Beliau juga berpesan kepada Hafshah agar tidak menceritakan kejadian ini kepada siapapun.
Namun, siapa sangka Hafshah ternyata tidak memerhatikan pesan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam.Rasa cemburu begitu berkecamuk di dalam hatinya. Perempuan itu pun tidak sanggup lagi menyimpan perasaannya.Dan Hafshah menceritakan kejadian tersebut kepada `Aisyah. Keduanya memang sejak awal menyimpan rasa cemburu terhadap kehadiran perempuan asal Mesir tersebut.
Bagaimanapun, siapakah yang mampu bersembunyi dari penglihatan Allah? Mengenai dua peristiwa itu--madu dan pesan Nabi untuk Hafshah--maka Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi SAW. Ayat-ayat itu turun sebagai teguran agar Rasulullah SAW tidak mengharamkan segala yang Allah halalkan semata- mata untuk mencari keridaan istri-istri.
Ayat berikut ini secara gamblang pula menegur kedua istri Rasulullah SAW itu--Hafshah dan `Aisyah--agar segera bertobat.
Arti ayat ketiga dan keempat surah at-Tahrim: Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada `Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafshah dan `Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberi tahu kan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan `Aisyah) lalu (Hafshah) bertanya: `Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?' Nabi menjawab, `Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang- orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. (ed: hasanul rizqa)
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.