Asma Nadia | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Keberkahan Berniaga dengan Allah

Ko Steven menanamkan pentingnya keikhlasan dan keberkahan rezeki.

Oleh ASMA NADIA

OLEH ASMA NADIA

Saat mendengar Ko Steven, pendiri Mualaf Center Indonesia meninggal, saya merasakan kehilangan besar. Padahal, saat yang sama, hati pun belum pulih dari rasa sedih mendengar kabar wafatnya ulama besar, Yusuf Qaradhawi.

Jujur, interaksi saya dengan Ko Steven tidak intensif. Lebih banyak bertemu di forum. Beberapa kali kami bercakap-cakap. Beliau selalu hadir saat kami merilis film-film baik dan memberikan dukungan tulus.

Setelah kepergiannya yang teramat mendadak, saya diliputi penyesalan mendalam, sebab tak memiliki kesempatan belajar langsung dari beliau. Sementara seperti air bah, jejak kebaikan dan kedermawanannya terus mengalir setelah beliau kembali kepada Pemiliknya.

Arie Untung menceritakan pengalaman menemani almarhum saat mensyahadatkan penduduk satu kampung, kembali log in ke Islam. Video-video yang mengharumkan Allahu yarham kian viral. Insya Allah menjadi bekal megah rumah beliau di akhirat.

 
Setelah kepergiannya yang teramat mendadak, saya diliputi penyesalan mendalam, sebab tak memiliki kesempatan belajar langsung dari beliau.
 
 

Akankah ada penggantinya? Seberkas kekhawatiran melintas. Namun alhamdulillah, semasa hidup almarhum tak hanya memulai kebaikan tetapi sekaligus menyiapkan agar organisasi yang didirikan tetap berjalan sekalipun ia wafat.

Saya membuka akun instagram Mualaf Center, di sana ada capture dialog WA antara mualaf yang baru memeluk Islam dan Mualaf Center, seperti ini, "Saya memutuskan memeluk Islam karena itu diusir keluarga. Apakah ada yang bisa menyediakan tempat tinggal?"

Mualaf Center menjawab. "Kami siap menyediakan." Pada caption postingan, Mualaf Center memberi komen, seolah berbicara dengan almarhum. "Tenang Ko Steven, Mualaf Center tetap menjalankan aktivitas sesuai wasiat antum."

Hati saya berangsur tenang. Setidaknya tahu, organisasi yang didirikan dengan tujuan baik itu, insya Allah tetap berjalan tanpa bergantung sosok tertentu. Selain membantu mualaf, Ko Steven mengusung dakwah dengan cara unik.

Ia menanamkan pentingnya keikhlasan dan keberkahan rezeki. Ia membuat kafe dengan slogan, "Makan Sepuasnya, Bayar Seikhlasnya!" Sebuah ide yang rasanya sulit lahir kecuali dari insan yang percaya gerak keikhlasan tak akan merugikan. 

 
Ia menanamkan pentingnya keikhlasan dan keberkahan rezeki.
 
 

Sebab jika menuruti kalkulasi manusia, maka terasa riskan. Bagaimana jika pelanggan di kafe itu makan senilai Rp 50 ribu dan bayar hanya Rp 2.000? 

Menjawab kekhawatiran banyak orang, Ko Steven dengan enteng menjelaskan, "Waktu kita berikan makanan dan minuman kita sudah ikhlas, terserah Allah mau kasih berapa." Perniagaan yang digagas beliau, bukan dengan manusia melainkan dengan Allah.

Sebuah model bisnis yang tersebut di Alquran dan dijamin tak merugi. Maka meski banyak praktisi bisnis ragu usaha almarhum untung, kenyataannya dengan pola makan sepuasnya bayar seikhlasnya, Ko Steven bisa membuka belasan kafe yang sama di Indonesia.

Bahkan, kemudian memiliki cabang di Jepang, Amerika, Korea, Arab Saudi, dan lainnya. Sungguh konsep keberkahan rezeki yang seharusnya menjadi inspirasi kita. Gerak-geriknya konsisten. Model bisnisnya senada. Berniaga dengan Allah.

Dengan semangat ini, beliau mudah saja menjual rumah, mobil, dan motor bernilai belasan miliar rupiah dan didonasikan untuk menanggulangi Covid-19 antara lain memenuhi kelangkaan baju APD bagi para nakes ketika itu.

 
Sungguh konsep keberkahan rezeki yang seharusnya menjadi inspirasi kita. Gerak-geriknya konsisten. Model bisnisnya senada. Berniaga dengan Allah.
 
 

Rasanya dada semakin bungah saat mengetahui kiprah keberkahan rezeki juga diusung Muhsinin Club yang dirintis Dewa Eka Prayoga. Klub yang sebagian besar anggotanya pengusaha sukses ini mempunyai slogan menakjubkan, yaitu "Komunitas Sedekah Brutal".

Anggota komunitas setiap waktu berlomba bersedekah. Beberapa anggota berlomba mendirikan masjid. Saat dibuat program mengumrahkan hafiz dan hafizah, belasan anggota menyatakan komitmennya memberangkatkan puluhan penghafal Alquran.

Salah satu kegiatan mereka baru-baru ini, berkunjung ke Grup Paragon, produsen kosmetik halal Tanah Air. Di perusahaan kosmetik terbesar tersebut, keberkahan juga menjadi salah satu kunci kesuksesan.

CEO Paragon Harman Subakat mengungkapkan, salah satu alasan seluruh paragonian semangat bekerja. Ia memperlihatkan video yang menggugah hati dan di-sharing ke karyawan hingga semua sudah menontonnya.

Lewat video, pegawai menyaksikan testimoni anak-anak telantar yang terbantu sekolahnya atas dukungan perusahaan. Juga penderita sakit. Anak anak mengucapkan terima kasih kepada kakak-kakak karyawan yang bekerja keras sehingga perusahaan mampu membantu mereka.

 
Lewat video, pegawai menyaksikan testimoni anak-anak telantar yang terbantu sekolahnya atas dukungan perusahaan.
 
 

Begitu menyentuh ungkapan sukacita mereka, hingga pegawai yang menyaksikan video pun menitikkan air mata.  

Kiprah baik perusahaan ini mengetuk karyawannya. Mengubah semangat bekerja, bukan lagi sekadar mendapatkan gaji, melainkan dengan keyakinan makin baik perusahaan insya Allah makin banyak yang bisa mereka bantu.

Satu dua cuplikan kisah di atas semoga kembali mengingatkan kita, dalam hidup bukan cuma uang dan aset berlimpah yang kita kejar. Rezeki bukan perkara banyaknya harta benda. Justru sayang, jika kekayaan dunia menjadi percuma.

Sebab tidak didesain dengan semangat keikhlasan dan ikhtiar serius mencari keberkahan. Supaya yang kita capai semasa hidup sekaligus bernilai investasi yang menjamin kebahagiaan abadi dan keselamatan dari pedih azab-Nya kelak.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Kiai Abbas Abdul Djamil Tokoh Pergerakan Cirebon

Kontribusinya dalam mengusir penjajah sangat besar melalui gerilya Laskar Hizbullah.

SELENGKAPNYA

Jihad Santri Melawan Penjajah

Sesudah Indonesia merdeka, kalangan santri semakin merapatkan barisan untuk membela Tanah Air.

SELENGKAPNYA