Warga melihat kondisi jembatan yang terputus akibat diterjang banjir bandang di Sukajaya, Lebak, Banten, Selasa (11/10/2022). | ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Kabar Utama

Petani Tunda Menanam karena Cuaca Ekstrem

Cuaca ekstrem sepekan terakhir memicu bencana hidrometeorologi di sejumlah daerah.

TASIKMALAYA -- Cuaca ekstrem yang melanda beberapa daerah belakangan ini belum berdampak signifikan terhadap sektor pertanian. Namun, buruknya cuaca pada peralihan musim saat ini membuat petani menunda masa tanam.

Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Tasikmalaya mengaku belum mendapatkan laporan mengenai lahan pertanian yang puso karena kebanjiran. Dampak dari cuaca ekstrem yang terjadi, termasuk di Kabupaten Tasikmalaya, hanya mengganggu jadwal tanam.

"Mayoritas petani memang belum memasuki masa tanam. Saat ini, petani rata-rata baru melakukan pengolahan," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedidin, saat dihubungi Republika, Selasa (11/10).

Ia menambahkan, pihaknya juga telah melakukan sosialisasi kepada petani agar tidak menanam hingga 15 Oktober 2022. Sebab, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem akan berlangsung hingga 15 Oktober mendatang. "Sekarang ini memang seharusnya sudah musim tanam. Kami imbau tunda dulu menanamnya," kata dia.

photo
Suasana permukiman masyarakat yang terendam banjir di Desa Sedahan Jaya, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, Senin (10/10/2022). Tingginya curah hujan yang mengguyur Desa Sedahan Jaya pada Sabtu (8/10/2022) hingga Ahad (9/10/2022) mengakibatkan banjir di daerah tersebut. - (ANTARA FOTO/Danang Prasetyo)

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran, Sutriaman, mengatakan, bencana banjir yang terjadi dalam sebulan ke belakang berdampak kepada petani. Salah satu dampak yang dirasakan petani adalah musim tanam yang terhambat. "Soalnya sekarang kan mau tanam biasanya jadi tidak bisa," kata dia.

Selain itu, ia menyebutkan, terdapat sekitar 100 hektare lahan pertanian yang telah ditanami di Kabupaten Pangandaran. Ia memperkirakan lahan itu akan mengalami puso. "Namun, apabila gagal, tapi itu pasti diganti asuransi," kata dia.

Sutriaman juga mengimbau para petani di Kabupaten Pangandaran untuk menanam saat kondisi cuaca kondusif. Menurut dia, mayoritas petani sudah memahami hal itu.

Ihwal ketersediaan beras, ia menyebutkan, kondisi di Kabupaten Pangandaran masih aman. Sebab, hasil panen beras pada 2021 di daerah itu mengalami surplus. "Namun, tahun ini khawatir tidak bisa surplus karena banyak yang gagal karena cuaca. Selain itu, kemarin juga ada serangan hama. Untuk target, masih bisa terpenuhi, tapi untuk mencapai surplus itu agak meragukan," kata dia.

Kondisi cuaca yang cenderung ekstrem di sebagian wilayah Provinsi Jawa Tengah dalam sepekan terakhir juga telah memicu bencana hidrometeorologi di sejumlah daerah. Berdasarkan penjelasan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, hujan dengan intensitas sedang hingga deras sepanjang akhir pekan kemarin telah mengakibatkan banjir di sedikitnya 14 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Kendati begitu, bencana banjir tersebut belum berdampak serius bagi sektor pertanian, khususnya yang ada di daerah terdampak. “Sejauh ini belum ada laporan dari pemerintah daerah setempat terkait dampak banjir bagi sektor pertanian di Kabupaten Cilacap,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Supriyanto, Selasa (11/10).

Menurut Supriyanto, daerah lain yang terdampak bencana hidrometeorologi juga belum melaporkan kerusakan lahan pertanian atau gagal panen. “Sampai hari ini belum ada informasi maupun konfirmasi terkait dampak bencana alam tersebut bagi sektor pertanian,” ujar dia.

Bencana alam akibat dampak cuaca ekstrem dilaporkan juga terjadi di sejumlah daerah di wilayah Jawa Tengah bagian selatan, seperti Kabupaten Banyumas. Di wilayah Kabupaten Semarang, cuaca yang cenderung ekstrem mengakibatkan bencana tanah longsor dan angin ribut di beberapa lokasi, seperti di wilayah Kecamatan Jambu, Banyubiru, Sumowono, serta Kecamatan Bergas.

photo
Seorang anak duduk di atap rumah yang roboh diterjang banjir besar di Desa Mancang, Lhoksukon, Aceh Utara, Aceh, Senin (10/10/2022). Pemerintah Aceh Utara menetapkan status darurat banjir selama 14 hari ke depan. - (ANTARA FOTO/Rahmad)

Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang Wigati Sunu menyampaikan, lahan pertanian di daerahnya masih relatif aman dari bencana alam yang terjadi. Di wilayah Kabupaten Semarang, para petani belum serentak melakukan penanaman padi pada peralihan musim kali ini. Namun, di sebagian wilayah kecamatan, sudah ada petani yang mulai menanam.

Di daerah yang belum memulai penanaman, para petani umumnya masih mengkhawatirkan serangan hama tikus. Mereka pun memilih untuk menunda tanam sambil menunggu cuaca ekstrem yang jamak terjadi pada masa pergantian musim.

“Oleh karena itu, belum ada laporan mengenai lahan pertanian di wilayah Kabupaten Semarang yang terdampak sehubungan dengan perubahan cuaca ekstrem kali ini,” kata Wigati.

Tingkatkan kesiapsiagaan 

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto meminta seluruh pemangku kebijakan di daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem diprakirakan melanda wilayah Tanah Air hingga Sabtu (15/10).

Arahan tersebut disampaikan dalam rapat koordinasi nasional BNPB-BPBD pada Senin (10/10). Dalam arahan itu, Suharyano menekankan, penanggulangan bencana sudah menjadi standar pelayanan minimum pemerintah daerah. Oleh karena itu, segenap komponen pemerintah daerah mesti segera melaksanakan apel kesiapsiagaan.

"Apel kesiapsiagaan untuk mengetahui dan mengecek kesiapan alat, perangkat, dan personel untuk menghadapi bencana banjir, longsor akibat cuaca ekstrem," kata Suharyanto, kemarin.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kejadian bencana yang dipicu oleh faktor cuaca, seperti banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor, mendominasi sejak 1 Januari hingga 9 Oktober 2022. Bencana banjir terjadi sebanyak 1.083 kali peristiwa, cuaca ekstrem 867 kali, dan tanah longsor 483 peristiwa.

Adapun dalam sepekan terakhir, tepatnya pada 3-9 Oktober 2022, telah terjadi 66 kejadian bencana hidrometeorologi basah yang meliputi 35 kejadian banjir, 16 tanah longsor, dan 15 cuaca ekstrem. Dari seluruh kejadian itu ada sebanyak 9 korban jiwa, 1 orang hilang, dan 151.156 orang terdampak.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Petani Kentang Keluhkan Kelangkaan Pupuk

Kentang tidak termasuk dalam sembilan komoditas pertanian yang mendapat pupuk bersubsidi.

SELENGKAPNYA

Orang Jawa dan Islam di Kaledonia Baru

Meski jauh dari kampung halaman, orang Jawa masih memegang teguh nilai-nilai agama dan adat mereka

SELENGKAPNYA

Ajakan Puasa Senin-Kamis Pak Habibie Kala Maulid Nabi

Mereka menyambut baik ajakan berpuasa yang disebut Habibie sebagai proses pembudayaan

SELENGKAPNYA