Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). | ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Tajuk

Urgensi Pedoman Kedaruratan Bagi Suporter

Tragedi Kanjuruhan mengajarkan begitu banyak bagi bangsa ini. Semoga pelajaran pahit ini betul-betul mengubah persepakbolaan nasional.

Pengusutan tragedi Stadion Kanjuruhan terus berlangsung. Sejumlah fakta baru terungkap. Sudah ada enam tersangka yang ditetapkan aparat. Jumlah korban tewas menjadi lebih banyak, 131 orang dari sebelumnya 125 orang.

Terkini, pada Senin kemarin, diketahui bahwa gas air mata yang ditembakkan aparat ke penonton, ternyata ada yang sudah kedaluwarsa. Apakah kedaluwarsa ini memegaruhi efek gas air mata yang dihirup ketika situasi berdesakan saat itu? Ini yang harus dibuktikan secara medis.

Beruntung Indonesia lolos dari sanksi FIFA. Dengan jumlah korban sebesar itu, dan kesalahan operasional di lapangan, banyak pihak menduga bahwa negara ini bakal kena sanksi beberapa tahun oleh federasi sepak bola. Namun, berkat lobi-lobi intens, yang diakui oleh pemerintah, FIFA melunak. Sebagai gantinya, FIFA akan mengawal reformasi sistem persepakbolaan di Indonesia, lewat sejumlah rekomendasi yang harus dipenuhi dan dijadikan pedoman ke depan.

Dari sisi suporter, tragedi Kanjuruhan menjadi momentum memperbaiki hubungan antarpendukung klub. Kita tahu, ada sejumlah klub yang memiliki pendukung militan dengan musuh bebuyutan dari klub lain. Tragedi pengeroyokan antarsuporter sudah memakan korban jiwa berkali-kali.

Tragedi Kanjuruhan kemarin menjadi satu awal baru hubungan antarsuporter. Melupakan permusuhan abadi mereka karena Kanjuruhan mengajarkan tidak ada sepak bola yang seharga nyawa.

 
Beruntung Indonesia lolos dari sanksi FIFA. Dengan jumlah korban sebesar itu, dan kesalahan operasional di lapangan, banyak pihak menduga bahwa negara ini bakal kena sanksi.
 
 

Sejauh ini komunikasi antarpentolan masing-masing suporter, yang tertangkap di media sosial dan media massa, makin baik dan makin cair. Sesama suporter fanatik saling kunjung dan saling mendoakan korban tragedi Kanjuruhan. Mereka kini seolah memiliki 'musuh' yang lebih besar. Bukan lagi para ultras dari klub lawan, tetap dari aparat dan beleid pencegahan amuk suporter di stadion yang tidak berstandar internasional.

Namun, ini tidak melepaskan fakta bahwa tragedi Kanjuruhan juga dipicu oleh ulah pendukung fanatiknya itu sendiri. Dengan demikian, para suporter memiliki kewajiban untuk berbenah. Ada sejumlah hal yang bisa ditindaklanjuti organisasi suporter. Organisasi suporter bisa duduk bersama dengan pihak liga, PSSI, manajemen stadion, untuk menyepakati sejumlah hal.

Selain itu, pedoman dari FIFA juga bisa diikuti dengan sejumlah kelonggaran tertentu yang sudah disepakati. Ini menjadi pedoman sebelum suporter bergerak menempati tribun di stadion. Ibaratkan seperti pedoman siaga bencana saat terjadi banjir bandang, tsunami, atau gempa bumi yang sudah diajarkan ke anak-anak. Sederhana, tapi amat penting untuk terus diulang-ulang agar diingat dan dipahami.

Pertama, misalnya, setiap suporter yang menonton langsung di stadion, wajib memahami apa yang harus mereka lakukan saat terjadi kerusuhan, baik antarsesama suporter atau dengan aparat. Apakah mereka tetap bertahan di tribun, berlindung di lokasi yang sudah disiapkan panitia pertandingan di dalam atau di luar stadion, atau langsung keluar stadion dengan tertib. Ini membutuhkan peran koordinator dari setiap tribun, tempat suporter yang bekerja sama dengan panitia penyelenggara pertandingan dan stadion.

 
Pertama, misalnya, setiap suporter yang menonton langsung di stadion, wajib memahami apa yang harus mereka lakukan saat terjadi kerusuhan, baik antarsesama suporter atau dengan aparat.
 
 

Kedua, setiap suporter wajib mengetahui prosedur kedaruratan di tribun dan pintu keluar. Kita melihat tragedi Kanjuruhan yang memakan banyak korban di pintu nomor 13, yang seharusnya dibuka, tapi terkunci. Bila pintu terkunci, harus disiapkan mekanisme darurat untuk membuka pintu atau langsung menjebol dinding dengan alat yang sudah disiapkan di lokasi tersebut.

Ketiga, tragedi Kanjuruhan memperlihatkan bagaimana kekuatan media sosial dan ponsel di tangan para suporter. Karena itu, organisasi suporter wajib menyusun prosedur perekaman bilamana terjadi kerusuhan di lokasi mereka. Jadi, tidak mengandalkan dari kamera CCTV milik stadion, tetapi juga dari unggahan warganet dan suporter sendiri.

Rekaman-rekaman tragedi Kanjuruhan yang beredar di Tiktok, Twitter, dan Instagram dengan gamblang dan jelas memperlihatkan, urutan kejadian dan siapa yang bertanggung jawab memicu kerusuhan itu. Tanpa butuh rekaman CCTV dari panitia pelaksana.

Tragedi Kanjuruhan mengajarkan begitu banyak bagi bangsa ini. Semoga pelajaran pahit ini betul-betul mengubah persepakbolaan nasional.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Sponsor Kegiatan dari Dana Nonhalal

Dana tersebut bukan haram karena fisiknya, melainkan karena pihak dan sebab tertentu.

SELENGKAPNYA

ID Food Terapkan Peternakan Terintegrasi di Bali

ID Food juga mendorong pemanfaatan teknologi di sektor peternakan.

SELENGKAPNYA

Garuda Reaktivasi Rute ke Melbourne

Pada Juli 2022, jumlah kunjungan wisman asal Australia ke Indonesia sekitar 80 ribu orang.

SELENGKAPNYA