
Teraju
Wisata Global Menuju Sinyal Hijau
Sinyal membaik sektor pariwisata internasional sudah terlihat pada lima bulan pertama 2022.
OLEH RAKHMAT HADI SUCIPTO
Berharap terus tumbuh dan menjadi sumber pendapatan. Tapi apa daya, kondisi tak memungkinkan. Demikianlah yang terjadi pada sektor pariwisata global. Sektor ini ingin terus tumbuh dan berkembang menjadi salah satu penopang pendapatan bagi setiap negara. Sayang, lingkungan global ternyata masih tidak kondusif.
Sektor pariwisata sempat lumpuh terimbas pandemi Covid-19. Wabah virus corona ini merambah ke seluruh negara dan menciptakan efek panas pada seluruh ekosistem perjalanan dan pariwisata.
Sebelum pandemi, menurut hasil riset World Travel & Tourism Council (WTTC), perjalanan dan pariwisata adalah salah satu sektor terbesar di dunia, menyumbang satu dari empat pekerjaan baru yang tercipta di dunia. Sektor ini juga menopang 10,3 persen dari semua pekerjaan (333 juta) di dunia. Sebelum virus corona datang, tepatnya pada 2019, sektor perjalanan dan pariwisata berkontribusi sebesar 10,3 persen terhadap PDB global atau senilai dengan 9,6 triliun dolar AS.
President and CEO World Travel & Tourism Council Julia Simpson mengungkapkan, belanja pengunjung internasional sebesar 1,8 triliun dolar AS pada 2019 atau setara dengan 6,8 persen dari total ekspor global.
Perjalanan dan pariwisata ini telah memungkinkan pembangunan sosial-ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinan. Imbas yang positif berikutnya adalah sektor ini mampu mendorong kemakmuran dan dampak sosial positif yang signifikan, memberikan peluang unik bagi perempuan, minoritas, dan kaum muda.
Menurut Simpson, manfaat sektor perjalanan dan pariwisata terbukti telah menyebar jauh melampaui dampak langsungnya terhadap PDB dan lapangan kerja, dengan keuntungan tidak langsung meluas melalui seluruh ekosistem perjalanan serta hubungan rantai pasokan ke sektor-sektor lainnya.
Pandemi Covid-19 telah meruntuhkan kekuatan sektor yang selama bertahun-tahun menjadi penopang hajat hidup banyak negara dan jutaan orang. Begitu Covid-19 muncul pada 2020, sektor ini terkapar. Pada 2020, sebanyak 62 juta pekerjaan hilang, hanya menyisakan 271 juta pekerja di seluruh sektor secara global.
Penurunan 18,6 persen ini dirasakan di seluruh sektor dengan usaha kecil dan menengah (UKM) yang merupakan sekitar 80 persen dari semua bisnis global di sektor ini, terutama terpengaruh bersama perempuan, kaum muda, dan minoritas.
Sektor perjalanan dan pariwisata ini mengalami kerugian hampir mencapai 4,9 triliun dolar AS pada 2020. Kontribusinya terhadap produk domestik bruto global pun terjun bebas karena mengalami kontraksi hebat sebesar 50,4 persen. Padahal, laju pertumbuhan ekonomi global pada 2020 hanya 3,3 persen.
Fakta tersebut menunjukkan, sektor perjalanan dan pariwisata ternyata sangat rentan terhadap beragam gejolak lingkungan global. Terutama rentan terhadap bencana parah, seperti munculnya pandemi Covid-19.

Namun, munculnya pandemi ini juga menunjukkan kepada dunia bahwa sektor perjalanan dan pariwisata sangat penting, bahkan luar biasa kontribusinya terhadap ekonomi setiap negara. Pariwisata menjadi sektor yang memberikan dampak positif secara langsung, tidak langsung, maupun secara induksi.
Beruntung secara perlahan, tetapi pasti, sektor ini mulai bangkit dari keterpurukan hebat. Tahun 2021 lalu menjadi awal pemulihan sektor ini meski kinerjanya belum sebaik periode sebelum pandemi.
Sangat wajar setahun setelah pandemi Covid-19 sektor perjalanan dan pariwisata belum bangkit secara sempurna. Pada 2021, masih muncul varian-varian baru virus corona. Masih banyak pula negara yang belum terlepas dari jerat pandemi ini sehingga harus melakukan pembatasan ketat.
Munculnya varian Omicron, menurut riset WTTC, ternyata juga memengaruhi banyak negara dalam mengambil keputusan. Banyak negara yang terpaksa masih membatasi mobilitas penduduknya. Bahkan, banyak negara yang melakukan pembatasan ketat dengan melarang perjalanan orang masuk dan keluar negeri.
Sayangnya, menurut Simpson, banyak pula negara yang tak konsisten dalam menerapkan pembatasan tersebut. Dia menilai masih banyak pemerintah yang kurang baik dalam menjalin koordinasi, bahkan koordinasi antarpemerintah untuk mengatasi pandemi sehingga sektor pariwisata tak bisa menunjukkan kinerja yang optimal.
Meski demikian, sektor perjalanan dan pariwisata masih bisa berkontribusi terhadap PDB dengan nilai sebesar 1,0 triliun dolar AS atau meningkat 21,7 persen pada 2021 lalu. Dengan kata lain, total kontribusi sektor ini mencapai 5,8 triliun dolar AS pada 2021.
Pangsa sektor ini terhadap keseluruhan perekonomian, jelas Simpson, meningkat dari 5,3 persen pada 2020 menjadi 6,1 persen pada 2021. Selain itu, sektor ini mengalami peningkatan pemulihan 18,2 juta pekerjaan, mewakili peningkatan 6,7 persen.
Prospek positif
Pandemi tak hanya satu-satunya faktor yang memengaruhi pertumbuhan sektor pariwisata. Tentu masih banyak faktor lain yang turut memengaruhi geliat sektor ini. Tingkat inflasi yang tinggi di banyak negara, termasuk negara-negara maju, juga membuat masyarakat memutuskan untuk mengurangi bahkan tak lagi menggunakan transportasi udara. Mereka memilih untuk berhemat karena biaya tiket perjalanan udara meroket.

Meski demikian, WTTC menilai sektor pariwisata masih masuk dalam teropong prospek masa depan yang positif. “Sektor ini sekali lagi menunjukkan ketahanan dan kemampuannya untuk bangkit kembali. Terlepas dari kesulitan yang dihadapi sektor ini, proyeksi kami menunjukkan pertumbuhan yang kuat selama satu dekade,” ungkap Simpson.
Simpson memperkirakan PDB dari sektor perjalanan dan pariwisata bakal tumbuh pada level rata-rata sebesar 5,8 persen per tahun antara tahun 2022 dan 2032. Dengan demikian, sektor ini bakal melampaui laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan sebesar 2,7 persen per tahun.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa PDB perjalanan dan pariwisata dapat kembali ke level 2019 pada akhir tahun 2023,” ujar Simpson. “Terlebih lagi, sektor ini diperkirakan akan menciptakan hampir 126 juta pekerjaan baru dalam dekade berikutnya.”
Dukungan pemerintah berperan penting selama krisis ini. Pemulihan cepat sektor ini hanya akan mungkin terjadi jika para pemimpin dan pejabat publik bekerja sama dan memberikan aturan yang jelas dan konsisten.
Pemerintah perlu fokus untuk hidup berdampingan dengan Covid-19 sambil meningkatkan kesiapsiagaan terhadap krisis pada masa depan. Mereka harus menawarkan pengalaman perjalanan yang aman, mendukung distribusi vaksin yang adil, dan terus memudahkan kondisi masuk ke tujuan.

Simpson menyatakan, WTTC percaya keputusan kebijakan dan perencanaan terbaik dibuat dengan data yang otoritatif, andal, dan dapat diakses. Itulah sebabnya WTTC akan terus terlibat dengan pemerintah dan sektor swasta untuk menyebarkan informasi dan menyediakan data untuk memungkinkan para pemimpin di seluruh dunia membangun jalur yang jelas menuju pemulihan sektor yang berkelanjutan dan inklusif.
Lima bulan menguat
Menurut Barometer Pariwisata Dunia UNWTO terbaru, pariwisata internasional mengalami peningkatan yang kuat dalam lima bulan pertama 2022, dengan hampir 250 juta kedatangan internasional tercatat. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi lima bulan pertama (Januari-Mei) 2021 yang hanya mencatat 77 juta kedatangan turis internasional.
Kinerja Januari-Mei 2021 juga menjadi angin segar bagi sektor pariwisata. Dengan 250 juta kedatangan pariwisata internasional pada lima bulan pertama tersebut, artinya sudah 46 persen atau nyaris setengah sektor pariwisata mengalami pemulihan dari kondisi prapandemi 2019.
“Pemulihan pariwisata telah meningkat pesat di banyak bagian dunia, mengatasi tantangan yang mengadang,” kata Sekretaris Jenderal UNWTO Zurab Pololikashvili. Pada saat yang sama, ia juga menyarankan kehati-hatian mengingat hambatan ekonomi dan tantangan geopolitik yang dapat berdampak pada sektor ini pada sisa 2022 dan seterusnya.
Eropa menyambut kedatangan internasional lebih dari empat kali lipat dalam lima bulan pertama 2021 atau mencapai +350 persen, yang didorong oleh permintaan intraregional yang kuat dan penghapusan semua pembatasan perjalanan di banyak negara. Wilayah ini melihat kinerja yang sangat kuat pada April 2021 (+458 persen).
Di Amerika, kedatangan lebih dari dua kali lipat (+112 persen). Namun, rebound yang kuat diukur terhadap hasil yang lemah pada 2021 dan kedatangan tetap secara keseluruhan 36 persen dan 40 persen di bawah level 2019 di kedua wilayah masing-masing.
Pola yang sama terlihat di kawasan lain. Pertumbuhan kuat terjadi di Timur Tengah (+157%) dan Afrika (+156%) yang masing-masing mencatat angka 54 persen dan 50 persen, masih di bawah level 2019. Asia dan Pasifik hampir dua kali lipat kedatangan (+94 persen) meskipun jumlahnya 90 persen di bawah 2019 karena beberapa perbatasan tetap ditutup untuk perjalanan yang tidak penting.
Melihat subkawasan, beberapa telah pulih antara 70 persen dan 80 persen dari tingkat prapandemi, dipimpin oleh Karibia dan Amerika Tengah, diikuti oleh Mediterania Selatan, Eropa Barat dan Utara. Beberapa tujuan melampaui level 2019, termasuk Kepulauan Virgin AS, St Maarten, Republik Moldova, Albania, Honduras, dan Puerto Rico.
Meningkatnya pengeluaran pariwisata dari pasar sumber utama konsisten dengan pemulihan yang diamati. Pengeluaran internasional oleh wisatawan dari Prancis, Jerman, Italia, dan Amerika Serikat kini mencapai 70 persen hingga 85 persen dari tingkat prapandemi. Pengeluaran dari India, Arab Saudi, dan Qatar telah melampaui level 2019.
Fakta-fakta tersebut jelas menggambarkan sektor perjalanan dan pariwisata masih memberikan harapan yang cerah. Ada asa sektor ini akan tumbuh lebih baik sepanjang 2022 ini dibandingkan dengan kondisi 2021, apalagi 2020.
Namun, untuk bisa mencapai kinerja seperti 2019, membutuhkan kerja sangat keras. Kondisi perekonomian global juga bakal turut memengaruhi kinerja sektor ini.
Misteri Cakra Madura pada G30S
Mengapa Kompi Pasopati yang dipimpin Lettu Dul Arief yang ditugaskan menculik para jenderal?
SELENGKAPNYAKekejaman PKI dari Masa ke Masa
Penyiksaan sebelum pembunuhan juga terjadi terhadap sejumlah orang di Solo pada 1965.
SELENGKAPNYABooster tak Ada, Elin Urung Naik Kereta
Penerima bantuan dari kompensasi kenaikan harga BBM wajib sudah mengikuti vaksinasi booster.
SELENGKAPNYA