
Safari
Mengulik Cerita dari Kota Lama Semarang
Pengunjung juga mendapatkan cerita unik di Kota Lama Semarang.
OLEH BOWO PRIBADI
Kota Lama kian menjadi magnet bagi kunjungan wisatawan di Kota Semarang, Jawa Tengah. Bagi pengunjung yang datang ke Semarang, kurang lengkap rasanya jika belum menikmati suasana Kota Lama. Kawasan ini bernuansa masa lampau dengan berbagai bangunan bergaya Eropa.
Sejak revitalisasi dan penataan Kota Lama digulirkan, kawasan ini pun menjadi lebih cantik dan eksotis sebagai ruang publik. Berbagai keunikan dan keindahan ini tentunya sayang jika hanya dinikmati hanya untuk bergaya di depan kamera.
Apalagi, di Kota Semarang memiliki latar belakang bangunan cagar budaya dengan pedestrian bergaya vintage yang bisa digali lagi untuk memberi pemahaman tentang masa lalu.
Sejatinya banyak cerita unik dan kisah menarik yang dapat diulik dari balik kekayaan warisan budaya di kawasan yang pernah masyhur dikenal sebagai ‘Little Netherland’ ini. Kekayaan inilah yang menginspirasi panitia penyelenggara Festival Kota Lama (FKL) 2022 untuk melanjutkan 'Jelajah Kota Lama' di Semarang.

FKL berkolaborasi dalam mewujudkan kegiatan ini setelah dua tahun berlangsung secara daring akibat pandemi. “Kegiatan ini merupakan sarana edukasi melalui eksplorasi apa pun terkait Kota Lama Semarang,” ungkap Fauzan Kautsar, panitia Jelajah Kota Lama, pekan lalu.
Menurutnya, masyarakat mengetahui sejarah panjang Kota Lama Semarang sebagai permukiman pertama para pendatang Eropa ke daerah ini. Kawasan Kota Lama menjadi pusat hunian para pendatang yang kemudian menjadi pusat perdagangan dan perkantoran.
Di sana bukan hanya bangsa Belanda, melainkan ada bangsa-bangsa lainnya. “Oleh karena itu, kegiatan Jelajah Kota Lama memang berkonsep mengeksplorasi beberapa lokasi maupun objek bangunan cagar budaya yang memiliki kisah atau sejarah, di kawasan Kota Lama,” kata dia menambahkan.
Fauzan mencontohkan, Gereja Blenduk (Koepelkerk) atau sekarang GPIB Immanuel merupakan landmark Kota Lama Semarang yang dibangun pada 1894 oleh arsitektur HPA de Wilde dan W Westmas. Selain gereja tersebut, jelajah Kota Lama dilanjutkan ke PT Jiwasraya atau eks gedung Nederlandsche Indische Levenverzekering en Lijvrente Maatschappij (NILLMIJ) yang dibangun pada 1920 oleh arsitektur Herman Thomas Karstenyang yang cukup dikenal sebagai insinyur perencanaan perkotaan saat itu.
Kunjungan dilanjutkan ke Gedung Marabunta (Schouwburg et Hedele) di Jalan Cendrawasih. Gedung itu dulunya sebagai bangunan untuk pertunjukan orkestra, komedi, dan balet bangsa asing. Selain itu, gedung Soesman Kantoor atau gedung Soesman’s Emigratie, Vendu en Commisie Kantoor di Jalan Kepodang menarik untuk dikunjungi.
Bangunan yang diperkirakan didirikan pada 1866, berdasarkan tulisan ‘Samarang 1866' pada salah satu fasadnya ini, menjadi salah satu bangunan tempat syuting salah satu scene film Ayat-Ayat Cinta. “Walaupun setting film tersebut merupakan kota Kairo di Mesir, pengambilan syutingnya dilakukan di bangunan cagar budaya ini, yang arsitekturnya mirip dengan arsitektur jadul di Kota Kairo,” katanya menambahkan.
Pasar Sentiling punya daya tarik tersendiri saat FKL kali ini yang digelar di Metropoint Kota Lama. Mengapa? Karena, Pasar Sentiling terinspirasi dari penyelenggaraan ekshibisi Koloniale Tentonsetlling te Semarang 1914 atau pasar malam perayaan seabad lepasnya Kerajaan Belanda dari kekuasaan bangsa Prancis.

Dahulu ekshibisi ini digelar oleh masyarakat Belanda untuk mempromosikan Kota Lama. Penyebutan ‘Pasar Sentiling’ lebih dipengaruhi oleh penyederhanaan pengucapan masyarakat pribumi hingga mereka lebih familier mengucapkan Pasar Sentiling.
Dari rangkaian kegiatan ini, para pengunjung bisa mendapatkan berbagai kisah di balik keberadaan cagar budaya tersebut di Kota Lama Semarang. Jadi, mereka tak sekadar berfoto-foto di cagar budaya, tetapi juga dapat cerita unik di balik kota tersebut.
“Mereka juga mendapat pengalaman dan cerita menarik dari sejarah berbagai bangunan heritage tersebut,” kata Fauzan menambahkan.
Gedung Berlift Pertama
Cuaca yang kian terik tidak menghalangi langkah rombongan Jelajah Kota lama untuk mengeksplorasi berbagai bangunan cagar budaya di kawasan Kota Lama Semarang yang ikonik. Berbekal sebotol minuman limun soda dalam pouch, cukup untuk mengusir dahaga setelah hampir dua jam berkeliling menikmati eksotisme kawasan yang dulu dikenal dengan sebutan Vijhoek ini.

Tepat di seberang GPIB Emanuelle (Gereja Blenduk) yang berada di Heerenstrat (jalan utama) kawasan Kota Lama dan sekarang bernama Jalan Letjen Suprapto, terdapat gedung berlantai tiga berstruktur bangunan huruf L. Tour leader, Fauzan Kautzar menjelaskan, bangunan yang kini menjadi gedung kantor asuransi PT Jiwasraya ini dahulu merupakan gedung Nederlandsche Indische Levenverzekering en Lijvrente Maatschappij (NILLMIJ).
NILLMIJ juga merupakan sebuah perusahaan asuransi jiwa milik Belanda sejak tahun 1859. Berdasarkan catatan sejarah Kota Lama Semarang, gedung ini dibangun pada 1920 oleh arsitektur Herman Thomas Karsten. Dia dikenal sebagai insinyur perencanaan kota dengan karya-karya fenomenal di Tanah Air, seperti Pasar Johar Semarang dan Lapangan Monas, Jakarta.
Gedung NILLMIJ ini mengaplikasikan desain Indisch Style atau arsitektur Hindia Belanda. Gedung ini berkubah di tengah bangunan membentuk huruf ‘L’. Uniknya, NILMIJ ini merupakan bangunan modern pertama di kawasan Kota Lama.
“Karena, pada masa itu bangunan ini telah dilengkapi dengan sebuah lift,” ujarnya menjelaskan. Lift ini ada di lantai dua dan puluhan tahun tidak berfungsi lagi. Lalu pada 1957 menjadi kantor PT Jiwasraya Semarang.

Selama dihelat Festival Kota Lama (FKL) 2022 pada 15 hingga 25 September 2022, salah satu yang banyak menarik minat pengunjung adalah kawasan Metropoint. Sudut ini menjadi tempat gelaran Kuliner Nostalgia Pasar Sentiling. Selama penyelenggaraan FKL, Pasar Sentiling dibuka mulai sore sampai malam hari.
Ketua Panitia Penyelenggara FKL 2022 Agus Suryono mengatakan, tak kurang dari 51 tenan beragam kuliner legendaris dari berbagai daerah turut menyemarakkan Kuliner Nostalgia Pasar Sentiling pada Festival Kota Lama kali ini. Contohnya, Gudeg Yu Djum, Sate Kambing Pak H Bejo, Ketan Susu Kemayoran 1958, Bakmi Ayam dan Bakso Goreng Ationg, Mie Bandung Kejaksaan 1964, Es Durian Iko Gantinyo, Soto Betawi H Agus Barito, Cuanki Bandung Mang Udin, Es Sinar Garut 27, Pempek Palembang 69, Soto Mie Bogor Mang Dadang, dan masih banyak lagi.
Di luar agenda budaya, berbagai pertunjukan kesenian dan bazar UMKM ikut menyemarakkan FKL 2022 ini. Kuliner Legendaris Pasar Sentiling menjadi salah satu daya tarik yang disajikan bagi para pengunjung. Setiap hari Kuliner Legendaris ini mampu menarik tak kurang dari 2.000 pengunjung. “Kuliner Legendaris Pasar Sentiling ini dapat mengangkat Kota Lama dengan beragam khazanah kuliner nostalgianya,” kata Agus menambahkan.

Salah seorang pengunjung asal Bekasi, Nanda (31 tahun), mengaku termotivasi untuk mencicipi beragam kuliner legendaris di arena Kuliner Nostalgia Pasar Sentiling FKL 2022. Banyak pilihan kuliner legendaris dari berbagai daerah di arena Kuliner Nostalgia Pasar Sentiling ini. “Seperti Toko Oen yang legendaris di Kota Semarang atau Gudeg Yu Djum khas Yogyakarta atau es Durian Iko Gantinyo dari Padang,” kata Nanda.
Dia juga menyebutkan, pada umumnya tenan di arena Kuliner Nostalgia ini menarik untuk dicoba. “Soal harganya, menurut saya, juga masih ‘ramah’ bagi kantong alias terjangkau,” katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Booster tak Ada, Elin Urung Naik Kereta
Penerima bantuan dari kompensasi kenaikan harga BBM wajib sudah mengikuti vaksinasi booster.
SELENGKAPNYAIndonesia Tetap Optimistis Pemulihan Ekonomi Berlanjut
Kenaikan harga barang dan jasa menjadi ancaman bagi semua negara.
SELENGKAPNYAVaksin Covid Halal Buatan Lokal Diapresiasi
Percepat penahapan wajib sertifikasi halal bagi industri farmasi.
SELENGKAPNYA