Pegiat UMKM menunjukkan produk olahan buah stroberi di Kebun Stroberi La Fresa, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (6/9/2022). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Filantropi

Mencari Jalan Menyuburkan UMKM

Kenaikan harga akan mulai terasa dalam waktu tiga sampai empat bulan ke depan. 

OLEH ADYSHA CITRA RAMADANI

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar penting yang berkontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Namun, situasi pandemi, juga kenaikan harga berbagai bahan pokok dan energi belakangan ini membuat sebagian pelaku UMKM harus tertatih-tatih untuk bertahan.

Mengacu pada survei Katadata Insight Center terhadap 206 pelaku UMKM di Jabodetabek, sebanyak 82,9 persen pelaku UMKM merasakan dampak negatif dari pandemi. Hanya sekitar 5,9 persen pelaku UMKM yang mengalami pertumbuhan positif. Selain itu, sebanyak 63,9 persen pelaku UMKM mengalami penurunan omzet lebih dari 30 persen. Sedangkan, persentase pelaku UMKM yang mengalami peningkatan omzet hanya berkisar 3,8 persen. 

"Kerugian yang dialami dunia usaha besar sekali," ucap Research Director Core Indonesia Piter Abdullah dalam "Talkshow Kolaborasi untuk Negeri", dua pekan lalu. 

Saat situasi pandemi mulai tampak terkendali, pelaku UMKM kembali dihadapkan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Menurut peneliti ekonomi sekaligus dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Teguh Dartanto PhD, UMKM merupakan salah satu dari tiga sektor utama yang terdampak oleh kenaikan BBM.

Teguh mengungkapkan, kenaikan BBM sebenarnya memiliki beberapa dampak positif. Dampaknya seperti sistem keuangan negara menjadi lebih baik dan berkelanjutan, masyarakat terdorong lebih berhemat dalam mengonsumsi BBM, serta bisa mendorong lahirnya industri-industri ramah lingkungan.

Namun, dampak negatif kenaikan BBM tak dimungkiri, seperti kenaikan harga banyak komoditas yang berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat. 

Teguh memprediksi kenaikan harga akan mulai terasa dalam waktu tiga sampai empat bulan ke depan. "Di sinilah peran bantuan keuangan dari pemerintah. Konsep ini dikenal dengan compensating variation," ujar Teguh menjelaskan melalui surat elektronik yang diterima Republika.

Compensating variation adalah jumlah uang tambahan untuk memulihkan tingkat utilitas asli individu jika harga barang yang dikonsumsi tak lagi tersedia. Menurut Teguh, kompensasi sebaiknya diberikan dengan cepat, minimal selama tiga bulan, dengan besaran Rp 100 ribu sampai 150 ribu.

photo
Perajin menata produk boneka rajut buatannya di salah satu gerai dalam kegiatan bertajuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Vaganza 2022 di Gedung Samanta Krida, Malang, Jawa Timur, Selasa (27/9/2022). - (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Penurunan daya beli masyarakat ini sudah dirasakan oleh pelaku UMKM Nurul Itqi yang menjalani usaha dessert pondokan, Catering by Muong, sejak 2014. Itqi mengatakan, penurunan jumlah pembeli dia rasakan sejak awal pandemi, ketika beragam pembatasan aktivitas diberlakukan. Saat situasi mulai membaik, dia mulai mendapatkan pelanggan lagi, tapi penjualannya belum membaik seperti sebelumnya. 

Kenaikan harga BBM dan bahan baku juga memberi kendala tersendiri bagi Itqi, yaitu sulitnya mempertahankan harga lama. Hal ini memang menantang, tapi Itqi memilih tak menyerah. Wanita yang juga bekerja di industri kreatif ini merasa harus mampu beradaptasi dengan keadaan dan mencari solusi dari masalahnya. 

Dia mencontohkan, saat pandemi, penjualannya mengandalkan luring dan daring, juga lewat media sosial. Sedangkan terkait kenaikan harga BBM dan bahan baku, Itqi melakukan beberapa penyesuaian. Salah satunya adalah dengan mengubah porsi mengganti komposisi varian topping makanan yang dia gunakan dengan opsi lain yang harganya terjangkau.

photo
Pengunjung melihat produk fesyen di salah satu stan pada gelaran Persis Expo di Soreang, Kabupaten Bandung, Sabtu (24/9/2022). Persis Expo yang digelar bersamaan dengan Muktamar XVI Persatuan Islam (Persis) tersebut diikuti oleh puluhan stan UMKM anggota Persis yang terdiri dari produk fesyen, kuliner, kerajinan, literasi islam dan naskah Alquran. - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Selain itu, kini dia mengenakan biaya transportasi untuk semua klien. "Pelaku UMKM harus catch up, kalau nggak kita bakal tertinggal," kata pemilik akun Instagram @muongid ini menjelaskan kepada Republika.

Terkait pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan usaha UMKM, Head of Product (Campaign) Tokopedia Helena menilai, para pelaku UMKM perlu mengasah kemampuannya menganalisis pasar. Cara ini berguna untuk mengoptimalisasi potensi bisnis. "Kemampuan ini penting bagi UMKM agar bisa terus beradaptasi dengan perkembangan era," ujar Helena dalam surel yang diterima Republika.

Helena mengatakan, ada lima hal yang bisa dilakukan pelaku UMKM untuk mengasah kemampuan analisis pasar mereka. Sebagian di antaranya adalah memantau produk yang sedang tren di pasar dan mempelajari rekomendasi harga produk di pasar. Cara lain adalah memantau performa produknya untuk dioptimalisasi. 

Kiat lain yang tak kalah penting untuk dilakukan, kata Helena, adalah melakukan testing penjualan. "Misalnya, penjual bisa memberikan sampel atau produk tester yang akan diluncurkan kepada sejumlah pembeli untuk melihat antusiasme mereka," kata Helena.

Pelaku UMKM juga perlu mengumpulkan aspirasi dari para pembeli, seperti masukan dari pembeli. "Ulasan pembeli adalah dasar untuk berinovasi agar bisa terus relevan dengan pasar," kata dia. 

Catatan Penting G-30-S/PKI

Bangsa ini menanggung beban konflik sejarah bila rekonsiliasi yang alami dan murni tidak terwujud.

SELENGKAPNYA

Misteri Cakra Madura pada G30S

Mengapa Kompi Pasopati yang dipimpin Lettu Dul Arief yang ditugaskan menculik para jenderal?

SELENGKAPNYA

Kekejaman PKI dari Masa ke Masa

Penyiksaan sebelum pembunuhan juga terjadi terhadap sejumlah orang di Solo pada 1965.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya