
Khazanah
R-20 Berani Bahas Isu Sensitif
Selama ini forum dialog antaragama sering kali menghindari pembicaraan yang sensitif
JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berencana menggelar Konferensi Spiritual atau Forum Agama G-20 yang disebut Religion 20 (R-20) pada 2-3 November 2022 di Bali. R-20 adalah pertemuan para pemimpin agama dalam rangkaian G-20 yang memfokuskan diri pada topik-topik yang berkaitan dengan persoalan agama.
Juru bicara R-20, KH Muhammad Najib Azca, mengatakan, peserta R-20 adalah para tokoh agama penting dan terkemuka dari semua agama. Topik yang dibicarakan dalam R-20 adalah topik penting, yakni topik yang sensitif mengenai agama atau hubungan antaragama.
"Selama ini kenyataannya adalah fakta sejarahnya, agama kadang menjadi problem dalam hubungan antarmanusia atau problem peradaban, selama ini terjadi seperti itu, meski isu ini jarang dibicarakan secara jujur dan terbuka," kata Kiai Najib dalam silaturahim di Kantor Republika, Jakarta, Senin (26/9).

Ia menyampaikan, selama ini forum dialog antaragama sering kali menghindari pembicaraan yang sensitif. Jadi, lebih banyak membicarakan hal-hal positifnya, tapi R-20 mencoba memberanikan diri membahas topik yang sensitif.
Ia menjelaskan, salah satu topik utama yang dibahas di R-20 adalah isu kepedihan sejarah yang pernah terjadi dalam hubungan antaragama. Dalam sejarahnya, umat Islam pernah punya luka dari pemeluk Kristen, Budha, dan Hindu. Sebaliknya, pemeluk Kristen atau agama lain misalnya, pernah terluka oleh pemeluk agama lain. Topik seperti ini, menurut dia, jarang dibahas dalam pertemuan para tokoh agama.
Ia menegaskan, forum R-20 ingin mengajak para pemimpin agama berbicara secara jujur dan terbuka, bahwa memang pernah ada hubungan antaragama yang menimbulkan luka. Namun, pembicaraan itu tidak sekedar untuk membicarakan kepedihan (sejarah).“Tapi bagaimana ini menjadi awal atau titik berangkat untuk membangun rekonsiliasi,” ujar Kiai Najib.
Hal kedua yang akan dibahas dalam R-20 adalah mencari nilai-nilai luhur dari semua agama. Kemudian nilai-nilai ini dirumuskan untuk menjadi platform agama untuk membangun perdamaian yang abadi.
"Tentu inspirasinya (untuk membangun perdamaian) dari agama, karena kita yakin agama-agama punya potensi nilai luhur yang luar biasa," katanya.
Tentu inspirasinya (untuk membangun perdamaian) dari agama, karena kita yakin agama-agama punya potensi nilai luhur yang luar biasa
KH Muhammad Najib Azca
Isu selanjutnya yang dibahas dalam R-20 adalah rekontekstualisasi ajaran agama. Selain itu, dalam R-20 juga akan dilakukan upaya mencari nilai-nilai luhur agama untuk disepakati bersama. Tujuannya agar masyarakat dunia hidup berdampingan secara damai.
"Forum R-20 ingin mengajak semua pimpinan agama untuk memikirkan ulang, agama bagaimana caranya supaya menjadi sumber solusi peradaban, bukan menjadi sumber masalah peradaban," ujarnya.

Di tempat yang sama, Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi, mengapresiasi dan mendukung forum R-20. Menurut Irfan, sudah menjadi komitmen Republika untuk menyuarakan aspirasi umat Islam. Selain itu itu, forum R-20 secara konten punya nilai berita yang bagus, sehingga tidak ada alasan bagi Republika untuk tidak ikut serta dalam gelaran R-20.
"Kita ingin terus mendukung secara konsisten dalam seluruh tema yang akan dibahas, baik menyangkut kerukunan umat beragama, sejarah, bagaimana agar agama membawa solusi bagi permasalahan global. Itu adalah agenda yang menurut Republika penting untuk diberitakan dan disiarkan kepada masyarakat," kata Irfan.
Ia berharap hasil forum R-20 menjadi wacana yang dibahas dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Dengan demikian R-20 yang merupakan rangkaian dari satu abad NU bisa menghadirkan solusi untuk masyarakat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Makna Spiritual Thaharah: Rahasia Tayamum
Tayamum bisa mengganti fungsi wudhu dan mandi junub
SELENGKAPNYATragedi 30 September 1965, Sejumlah Versi
Tak lama setelah peristiwa G-30-S/PKI, bermunculan berbagai analisis soal pemicunya.
SELENGKAPNYA