Subchan ZE pada 1966. | Co Rentmeester, 1966

Tokoh

Subchan ZE, Penggalang Kekuatan Antikomunis

Ketika terjadi peristiwa G30S/PKI, Subchan menggalang kekuatan anti komunis.

OLEH ALWI SHAHAB

Menghadapi Muktamar ke-30 NU di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jatim, suara dari generasi muda NU yang meminta peran mereka yang lebih besar di ormas Islam ini makin santer. Mereka merasakan selama ini kreativitasnya terhadang atau terhambat oleh kekuatan kharisma para kiai yang duduk di jajaran pengurus NU. (Republika 19/11-1999).

Keluhan ini mengingatkan pada HM Subchan ZE, tokoh muda NU yang mempunyai pengikut besar di kalangan pemuda, bukan saja warga NU, tapi juga dari berbagai ormas pemuda Islam lainnya. Subchan, yang juga dikenal dengan sikapnya yang kritis pada akhir pemerintahan Orla dan awal Orba, oleh Machbub Djunaedi dilukiskan sebagai tokoh NU yang sering bentrok dengan tokoh tua yang menghendaki establishment terutama para kiai sepuh.

"Ini, akibat pikiran dan pernyataannya yang sering terasa aneh dan asing di telinga kiai," kata Machbub, yang merupakan orang dekat Subchan saat itu.

Subchan yang menghendaki perombakan personalia dalam struktur NU, berupaya untuk memperbanyak unsur generasi muda dalam kepengurusan tanfiziah. Banyaknya generasi muda yang duduk dalam PB-NU, menurut Subchan sangat strategis untuk mengubah kultur NU yang sangat tergantung sepenuhnya dari pihak Syuriah. Hingga menjadikan NU sebagai organisasi Islam yang dinamis, terbuka dan tidak eksklusif.

Penulis sendiri mulai mengenalnya awal 1965, sebagai wartawan pemula di Antara, ketika Subchan sebagai ketua IV PB-NU mengetengahkan program bidang ekonomi, yang pada masa 'politik sebagai panglima' kurang diminati oleh para tokoh parpol.

photo
Subchan ZE pada 1966. - (Co Rentmeester, 1966)

KH Chalid Mawardi, mantan sekjen GP Anshor dan ketua umum PMII pada masa Subchan, menilai tokoh NU kelahiran Kudus ini memang dikenal sebagai ahli ekonomi di NU. Bahkan ia merupakan pencetus dari berdirinya Kadin.

Sebagai seorang otodidak yang pernah belajar ekonomi di Amerika Serikat, Subchan memiliki latar belakang dan pengalaman yang kuat dibidang ini. Sehingga dalam muktamar NU di Medan (1956), dalam usia 26 tahun, ia duduk sebagai ketua departemen ekonomi. Dia kemudian beberapa kali ditunjuk sebagai delegasi Indonesia di konferensi ekonomi internasional, termasuk perundingan dengan Jepang soal pampasan perang.

Karena disibukkan dengan masalah ekonomi, hingga sampai awal 1960'an, nama Subchan belum begitu menonjol di arena politik. Dibandingkan senior-seniornya, seperti KH Mohammad Dachlan dan Imron Rosyadi, yang mendirikan Liga Demokrasi, bersama-sama dengan tokoh parpol lainnya. Kelahiran Liga Demokrasi sebagai kekuatan oposisi cukup menghebohkan, karena menentang keputusan Bung Karno yang meretool DPR Pemilu 1955, dan membentuk DPR-GR (Gotong Royong).

Nama Subchan baru terangkat, ketika ia pada muktamar NU di Solo (1962) terpilih sebagai ketua IV. Dan ketika terjadi peristiwa G30S/PKI, Subchan sangat dikagumi ketika ia berhasil menggalang kekuatan-kekuatan anti komunis dalam Kesatuan Aksi Pengganyangan (KAP) Gestapu. Subchan diminta oleh kaum muda untuk memimpin perlawanan rakyat melawan komunis. Rumahnya, di Jalan Banyumas, Menteng, Jakarta Pusat, dijadikan markas tempat berbagai kesatuan aksi melakukan rapat-rapat.

 
Ketika terjadi peristiwa G30S/PKI, Subchan berhasil menggalang kekuatan anti komunis dalam Kesatuan Aksi Pengganyangan (KAP) Gestapu.
 
 

Sifatnya yang sangat kritis, yang telah ditunjukkan saat-saat melakukan perlawanan terhadap Orla, kemudian oleh Subchan dilanjutkan terhadap Orde Baru, sekalipun waktu itu dia ditunjuk sebagai wakil ketua MPRS. Menurut Chalid Mawardi, Subchan menghendaki agar komitmen Orba untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekwen, benar-benar dijalankan.

Dengan mendesak untuk mengganti secara drastis orang-orang yang terlibat dalam rezim Orla, yang menurut Pak Harto akan dilakukan secara bertahap. Ia juga menuntut agar Bulog dihapuskan karena merupakan badan di luar UUD 45. Dan pada saat bersamaan Subchan tanpa tedeng aling-aling menyerang korupsi yang banyak terjadi waktu itu, termasuk korupsi di Pertamina.

Menjelang pemilu 1971, saat peran negara makin besar hingga selalu mencampuri urusan intern partai, Subchan merupakan 'bintang lapangan' dengan kritikan-kritikannya. Sebagai sayap kritis NU, Subchan harus berhadapan dengan pemerintah, saat ia dengan sengit menyerang Permendagri No. 12/1969 tentang prinsip monoloyalitas pegawai negeri yang diharuskan memilih Golkar. Dan menyebutkan Mendagri Amirmachmud sebagai buldoser yang akan 'membabat' parpol-parpol di luar Golkar.

Ali Moertopo, Aspri Presiden yang sangat berpengaruh waktu itu mengatakan : ''Memengkan Golkar merupakan perang paling besar bagi saya.'' Akibatnya, Golkar memperoleh suara 34 juta dengan 236 kursi dari 360 kursi DPR. NU sendiri memperoleh 50 kursi, dibandingkan 45 kursi pada pemilu 1955.

Subchan pada saat itu juga menyatakan akan mengadukan kepada PBB kecurangan-kecurangan dalam Pemilu 1971, disamping ancaman WO dari parlemen, sampai gerakan 'tarikat bisu', shalat hajat serta do'a. Yang berakibat, ia dituduh menggerakkan jihad untuk melawan pemerintah.

 
Subchan pada saat itu juga menyatakan akan mengadukan kepada PBB kecurangan-kecurangan dalam Pemilu 1971
 
 

Presiden Soeharto, yang sangat terusik terhadap kecaman-kecaman ini, saat meresmikan Pasar Klewer di Solo pertengahan Juni 1971 mengatakan : "Pemerintah bersama ABRI dan rakyat akan menghadapi jihad dengan jihad."

Saya, yang hadir pada acara tersebut melihat bagaimana ekspresi wajah Pak Harto saat itu, yang tampak tegang dalam pidato tanpa teks, berlawanan dengan julukannya sebagai the smiling general.

Subchan secara tak langsung juga menyindir pemerintah yang tidak mengadakan hari libur pada pemilu. "Sidang kabinet saja diundur gara-gara pertarungan tinju Mohamad Ali - Joe Frazier. Masak untuk Pemilu tidak perlu libur," katanya berjenaka.

Memang ketika itu di Bina Graha, Presiden dan sejumlah menteri menunda sidang untuk menonton tinju.

Subchan, yang menurut Chalid Mawardi, sangat cerdas pada masanya, dalam muktamar NU di Surabaya (1971), kembali harus bersaing dengan Idham Chalid untuk memperebutkan jabatan ketua umum. Dan, seperti lima tahun sebelumnya, kali ini Subchan kembali dikalahkan. Bahkan, tokoh yang sangat konsekuen dengan pendiriannya ini, pada tahun 1972 dipecat dari PBNU.

Chalid Mawardi mengatakan, pemecatan ini juga disebabkan sikap hidup Subchan yang flamboyan, sering dansa dan ke klub malam, yang sangat ditabukan oleh para kiai. Setahun kemudian, Subchan yang terus berambisi itu meninggal dunia dalam suatu kecelakaan mobil di luar kota Makkah, saat ini menunaiakan ibadah haji. Ia meninggal dalam usia muda, 43 tahun.

Saat ia dipecat, sejumlah kiai sepuh dari NU, seperti KH Ali Ma'shum dari Krapyak, Yogyakarta dan KH Mahrus Ali dari Lirboyo, Kediri. Ali Maksum dalam surat pembelaannya menyebutkan: "Sungguh tragis, orang yang telah menghabiskan masa dan usia mudanya untuk memperjuangkan agamanya, yang di saat-saat kritis telah menyabung nyawa membela umatnya, yang berani adu dada menghadapi lawan-lawannya, disingkirkan begitu saja. Adilkah itu?" (Hr KAMI, 12/1-1972).

Disadur dari Harian Republika edisi 21 Nopember 1999. Alwi Shahab merupakan wartawan sepanjang zaman Republika yang wafat pada 2020.

Bercadar, Wajib, Sunah, atau Mubah?

Terdapat berbagai pandangan para fuqaha (ahli fikih) tentang cadar

SELENGKAPNYA

Perempuan dan Peradaban

Dua perempuan yang teguh menyiapkan generasi untuk tegaknya peradaban, yaitu istri Imran dan Maryam binti Imran.

SELENGKAPNYA

Ratu Siti Aisyah We Tenriolle, Penyelamat Epos La Galigo

Siti Aisyah berjasa mengumpulkan naskah La Galigo dan menulis ulang ke dalam bahasa bugis kuno

SELENGKAPNYA