Dua orang anak hormat kepada Bendera Merah Putih di Krakitan, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Ahad (14/8/2022). (ilustrasi) | ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Kronik

Merah Putih Pertama Berkibar di Cianjur?

Upacara pengibaran Merah-Putih disebut telah dilakukan di Cianjur pada 16 Agustus 1945.

OLEH SULAEMAN ZUCHDI 

Ada satu peristiwa menarik yang terjadi di sekitar kemerdekaan Republik Indonesia. Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, upacara pengibaran Bendera Merah Putih untuk pertama kalinya dilakukan pada tanggal 16 Agustus 1945.

Artinya, Cianjur sudah mengibarkan Sang Saka Merah Putih, sehari sebelum kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta. "Namun karena kurang publikasi, saat itu tak banyak orang yang tahu," ujar Peltu Pol (Purn) Sukardi, salah seorang saksi hidup kepada Republika , ketika dijumpai di rumahnya di Gang Selagedang III No 47, Jalan Raya Sukabumi, Cianjur.

Tentang ihwal pengibaran bendera yang lebih dulu sehari itu, Sukardi atau yang biasa dipanggil Jujun lebih jauh mengisahkan. Pada Kamis, 16 Agustus 1945 dini hari, pukul 01.30 WIB, satu pasukan di bawah pimpinan Kaeshi (komisaris) Yunus Subiadibrata (alm kolonel purnawirawan) bertugas untuk menyegel semua gedung pemerintah dengan tulisan yang berbunyi Milik Republik Indonesia.

"Ketika itu pangkat saya santojunsa (prajurit polisi). Dan pada malam tanggal 16 Agustus 1945, kebetulan sayalah yang bertugas jaga malam," kenang Jujun.

Komandan jaga ketika itu, Amat Amsin, memberi tahu kepada Jujun bahwa ada perintah dari Kepala Polisi Cianjur, Subiadibrata, untuk melakukan penyegelan gedung-gedung di seluruh Kota Cianjur dengan tulisan Milik Republik Indonesia. Jujun mengaku merasa terkejut dengan tugas tersebut.

Dalam benaknya terlintas semua risiko yang akan dihadapinya. "Tugas tersebut berarti merampas kekuasan penjajahan Jepang ketika itu," ujar Jujun yang mendapatkan tugas itu bersama seorang temannya, Abing (alm).

 
Upacara Pengibaran Sang Saka Merah-Putih yang pertama kalinya dilaksanakan di depan Kantor Polisi Cianjur itu, dipimpin langsung oleh Kepala Polisi Cianjur, Yunus Subiadibrata. 
 
 

Mereka berdua mendapat satu kaleng cat berukuran besar, lengkap dengan kuasnya. "Yang pertama kami kerjakan adalah Gedung Kantor Polisi Cianjur. Di dinding depan gedung itu kami tulisi dengan huruf besar: Milik Republik Indonesia," ujar Jujun.

Beberapa gedung yang mereka segel, yang sempat diingat oleh Jujun, antara lain Kantor Asisten Residen, Kantor Telepon, Kantor Bank, Kantor Pos, Gedung Pendopo Kabupaten Cianjur, Kantor Kecamatan, Kantor Kewedanaan, Kantor Kejaksaan, dan Rumah Penjara. "Pukul empat dini hari cat tersebut habis. Gedung-gedung pemerintah di Cianjur tak ada yang terlewat. Semuanya sudah bertuliskan Milik Republik Indonesia," kenang ayah dari delapan anak ini.

Usai melaksanakan tugas, Jujun dan Abing belum diperkenankan pulang. Keduanya masih ditugaskan lagi untuk mencari tiang bambu, benang kawat, dan tambang untuk mengibarkan Merah-Putih. Sejumlah rekan lainnya ditugaskan pula untuk 'mengamankan' Polisi Jepang bernama Sasaki yang berada di Kantor Asisten Residen.

"Setelah semua persiapan selesai, tepat pukul 10.31, kami segera melakukan upacara pegibaran Merah-Putih," tutur Jujun lagi sambil menyebutkan pula bahwa saat itu merupakan terakhir kalinya bendera Jepang berkibar di Kabupaten Cianjur.

"Dengan bersenjata lengkap, satu kompi yang beranggotakan 67 orang, terlibat dalam kegiatan tanggal 16 Agustus 1945 itu," kenang Peltu Sukardi, sambil menunjukkan catatan lengkap mengenai nama-nama rekannya sesama polisi zaman itu.

Upacara Pengibaran Sang Saka Merah-Putih yang pertama kalinya dilaksanakan di depan Kantor Polisi Cianjur itu dipimpin langsung oleh Kepala Polisi Cianjur, Yunus Subiadibrata. Suasana saat itu sangat khidmat.

Ketika Sang Saka mulai berkibar, banyak peserta upacara serta masyarakat yang menyaksikan, meneteskan air matanya. Menurut Jujun, Polisi Sasaki saat itu dibawa serta untuk melihat jalannya upacara penaikan Bendera Merah-Putih.

Dia tahu, Jepang sudah dikalahkan oleh Sekutu sejak dibom atom-nya Hiroshima dan Nagasaki tanggal 14 Agustus 1945. Dia tak melakukan perlawanan. Kakinya terlihat lemas. Tangannya perlahan dinaikkan untuk menghormat Sang Saka berkibar.

"Selain menyaksikan penaikan Sang Saka Merah-Putih, dia juga menyaksikan penurunan bendera Jepang," tutur Jujun.

 
Waktu itu, lanjut Jujun, yang menaikan bendera Merah-Putih adalah Gani dan Junaedi. Sedangkan yang bertugas menurunkan bendera Jepang adalah Wiharja dan Junsa Wiharya. 
 
 

Waktu itu, lanjut Jujun, yang menaikan bendera Merah-Putih adalah Gani dan Junaedi. Sedangkan yang bertugas menurunkan bendera Jepang adalah Wiharja dan Junsa Wiharya. "Semuanya kini sudah almarhum," ucapnya sedih.

Sepanjang hari pada 16 Agustus 1945, di Kabupaten Cianjur lebih marak dari hari-hari biasanya. Di semua mesjid terlihat mengadakan syukuran kemerdekaan. "Seluruh warga Cianjur terlihat larut dalam kegembiraan," ujar Jujun lagi.

Ditanya soal kegiatan sehari-harinya sekarang, Jujun mengaku sudah lama menjadi petani. Dengan uang pensiunan yang diterima sebesar Rp 252 ribu setiap bulannya, Jujun mengaku bahagia dapat menikmati hasil kemerdekaan Republik Indonesia.

"Meskipun hidup kami sederhana, tapi kami cukup bahagia dapat melihat bendera Merah Putih terus berkibar," ucap Jujun yang pada usia 71 masih tampak bugar. Bicaranya pun masih lancar dan tegas. 

Disadur dari Harian Republika edisi 04 Februari 1995.

Hakikat Sujud dan Kehambaan

Betapa indahnya hidup mereka yang berada dalam keteduhan sujud kepada Allah.

SELENGKAPNYA

Penindakan Judi Gencar di Berbagai Daerah

Penjualan chip sebagai sarana permainan judi sangat mudah ditemukan.

SELENGKAPNYA

Saat Ikan-Ikan Mati Kekeringan di Lux

Periode kering Eropa tahun ini diperkirakan para ahli bisa menjadi kekeringan terburuk dalam 500 tahun.

SELENGKAPNYA