Sejumlah wargaa melakukan peragaan busana di zebra cross di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Kamis (28/7/2022). | Republika/Putra M. Akbar

Jakarta

Citayam Fashion Week yang Mulai Sepi dari Anak Nongkrong

Mungkin mulai sepi karena lagi nggak pada mood atau kecewa soal CFW.

OLEH ZAINUR MAHSIR RAMADHAN

Hampir seperti kawasan jalan yang lain, kawasan Stasiun BNI City, Dukuh Atas, Jakarta Pusat, atau yang belakangan ramai disebut sebagai Citayam Fashion Week (CFW) kini mulai kembali seperti semula.

Meski sekumpulan remaja masih bisa ditemui di kawasan itu, keramaian mulai berkurang. Hal itu sejak ada larangan berlenggak-lenggok di zebra cross, beberapa waktu lalu.

Warga Bojonggede, Boni (19 tahun), mengaku masih berniat datang ke tempat yang didatanginya sejak beberapa bulan lalu, meski fashion show di zebra cross dilarang aparat. Lokasi itu, kata dia, berfungsi sebagai tempat umum dan bisa dinikmati semua orang.

“Yang nggak boleh kan katanya catwalk di situ. Kalau cuma nongkrong kayaknya nggak ada larangan,” kata Boni di lokasi.

photo
Warga mengambil gambar saat peragaan busana di zebra cross di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Kamis (28/7/2022). - (Republika/Putra M. Akbar)

Boni mengaku datang ke tempat itu karena mencari tempat layak untuk bergaul. Meski demikian, dia menyayangkan beberapa temannya yang sudah tidak datang ke lokasi karena satu dua alasan. “Mungkin mulai sepi karena lagi nggak pada mood atau kecewa soal CFW akhir-akhir ini,” ujarnya.

Hal serupa juga diutarakan oleh muda-mudi lainnya. John (18), begitu dia ingin disapa, masih ingin tetap berada di kawasan tersebut. John mengaku telah menyelesaikan studinya pada tahun ajaran lalu. Pemuda asal Cilincing itu lebih memilih bergaul dengan anak-anak yang baru dikenalnya di Dukuh Atas sejak hampir setengah tahun lalu. 

Meski demikian, dia tak menampik ada beberapa teman yang kini mulai jarang datang ke tempatnya biasa berkumpul. Ditanya saran pemerintah agar anak-anak di Dukuh Atas bisa pindah dan berkumpul ke Sarinah, John belum mempertimbangkannya. Dia masih merasa lebih nyaman di tempat di mana teman-temannya berada.

Nggak tau sih kalo itu. Di sini banyak teman soalnya,” kata dia seraya tertawa.

photo
Sejumlah wargaa melakukan peragaan busana di zebra cross di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Kamis (28/7/2022). - (Republika/Putra M. Akbar)

Mulai sepinya para pengunjung ke lokasi CFW juga dirasakan oleh para tukang parkir sekitar lokasi. Meski tak mengeluhkan pendapatan yang berkurang dibanding sebelumnya, Dodong, salah satu penjaga parkiran, menyebut keramaian saat ini memang berkurang.

“Waktu itu memang sempat ada ricuh parkir dengan petugas Pemprov DKI, tapi saya nggak tahu persisnya,” kata Dodong.

Penuhnya anak-anak muda yang berkumpul di Stasiun BNI City Dukuh Atas, ujar Dodong, memang menjadi perhatian orang-orang yang bekerja di sana. Beberapa satpam hingga pekerja sekitar mengeluh padanya mengenai sampah yang dibuang sembarangan. 

Berdasarkan pantauan Republika di lokasi, Selasa (2/8) sore, lalu-lalang muda-mudi di sekitar Dukuh Atas memang berkurang. Hal itu berbeda dengan kondisi pekan lalu di lokasi yang sama sebelum ada penjagaan zebra cross oleh petugas dan larangan berlenggak-lenggok di lokasi itu.

Rizky (22) seorang leader store kedai Janji Jiwa di Stasiun BNI City, Dukuh Atas, mengaku ada peningkatan omzet sejak ramainya orang berdatangan di kawasan tersebut. Namun, dia pun mengeluhkan soal sampah yang bertebaran di titik anak-anak muda itu berkumpul. “Kalau omzet pasti naik, bisa sampai 100 persen,” kata Rizky.

photo
Petugas Dinas Perhubungan (Dishub) mengatur lalu lintas di area zebra cross yang dijadikan lokasi peragaan busana Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (27/7/2022). - (Republika/Thoudy Badai)

Dia memerinci, omzet sebelum viral CFW depan kedai Janji Jiwa itu hanya sekitar Rp 5 juta hingga Rp 8 juta per hari. Namun, saat CFW viral, omzet per hari pada hari kerja saja bisa mencapai Rp 10 juta hingga Rp 13 juta. Bahkan pada akhir pekan, dia menyebut, bisa mencapai Rp 18 juta.

“Omzet mulai naik pas akhir Juni. Sekarang sebenarnya masih sama, walaupun anak-anak yang kumpul mulai berkurang,” katanya.

Dengan adanya CFW, kata dia, kedai kopi itu seakan diuntungkan karena mendapat promosi cuma-cuma akibat toko sebagai pusat CFW. Berbagai foto yang beredar di media sosial pun menunjukkan latar belakang kedai Janji Jiwa yang mencolok.

Rizky menyebut, pembeli ramai biasanya terjadi pada sore sekitar pukul 15.00 WIB hingga tutup pada pukul 22.00 WIB. “Bahkan biarpun tutup, sering juga ada yang suka ketok-ketok mau beli,” ujar dia.

Aral melintang, sisi baik dan buruknya dia nilai masih kerap ditemui dari adanya keuntungan yang melesat itu. Sampah yang berserakan tak bisa dihindari. Padahal imbauan untuk membuang sampah pada tempatnya terus digaungkan.

“Kita keberatan soal sampah sih. Kalau masalah anak-anak yang dipindahin nggak masalah juga buat kami. Tapi, sampah ini masih susah,” kata dia.

Telkom Raih Pendapatan Rp 72 Triliun

Telkom terus mengembangkan infrastruktur tidak hanya di domestik, tapi juga internasional.

SELENGKAPNYA

15 Game Online Fasilitasi Perjudian Telah Diblokir

Meski 15 game online telah diblokir, diyakini masih ada aplikasi lain yang digunakan sebagai sarana berjudi.

SELENGKAPNYA

Drone Akhiri Perjalanan Pak Dokter Alqaidah, Al-Zawahiri

CIA melakukan serangan drone di ibu kota Afghanistan yang menewaskan Al-Zawahiri.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya