Presiden AS Joe Biden (kiri) bersalaman tinju dengan Pangeran Saudi Muhammad bin Salman, di Istana Al-Salam, Jeddah, Arab Saudi, Jumat (15/7/2022). | (Bandar Aljaloud/Saudi Royal Palace via AP)

Internasional

Saudi Masih Tolak Normalisasi dengan Israel

Saudi menegaskan tidak akan melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel.

RIYADH – Pemerintah Arab Saudi kembali menegaskan bahwa pihaknya tidak akan melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel. Hal itu disampaikan seusai kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke negara tersebut setelah sebelumnya melawat ke Israel dan Palestina.

“Kami telah mengatakan bahwa Arab Saudi mendukung Inisiatif Perdamaian Arab. Faktanya, kami menawarkannya. Kami telah menjelaskan bahwa perdamaian datang pada akhir proses ini, bukan pada awalnya," kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir dalam sebuah wawancara khusus dengan CNN, Sabtu (16/7). 

Inisiatif Perdamaian Arab, yang lahir pascaperhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Beirut pada 2002, berisi penawaran normalisasi dunia Arab dengan Israel. Syaratnya, Israel harus angkat kaki dari wilayah yang didudukinya, termasuk Tepi Barat, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, dan Lebanon. Palestina pun mesti menjadi negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Secara keseluruhan, terdapat 10 poin penawaran dalam inisiatif itu.

Daya tawar inisiatif tersebut mulai rumpang setelah Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Maroko, dan Sudan memutuskan melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel pada 2020. Sejak saat itu, Israel berusaha melobi lebih banyak negara Arab dan Muslim untuk mengikuti jejak keempat negara tersebut.

Dalam kunjungannya ke Saudi pada Jumat (15/7) lalu, Joe Biden dikabarkan turut membawa misi untuk meyakinkan Riyadh agar membuka pintu bagi Israel. Namun, dalam pernyataan bersama kedua negara, AS dan Saudi menegaskan dukungan pada solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.

“Mengenai masalah Israel-Palestina, kedua belah pihak menggarisbawahi komitmen abadi mereka untuk solusi dua negara, di mana negara Palestina yang berdaulat dan bersebelahan hidup berdampingan dalam perdamaian dan keamanan dengan Israel, sebagai satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah Israel-Palestina sesuai dengan parameter yang diakui secara internasional dan Inisiatif Perdamaian Arab,” demikian bunyi pernyataan bersama AS-Arab Saudi.

Sebelumnya, saat di Israel, Perdana Menteri Israel Yair Lapid menyebut Biden sebagai Zionis hebat. “(Biden) seorang Zionis hebat dan salah satu teman terbaik yang pernah dikenal Israel,” ucapnya.

Sementara dalam KTT AS dan Arab di Jeddah, Sabtu, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani menekankan perlunya menemukan solusi adil untuk isu Palestina. Dia pun mendesak Israel menghentikan praktik ilegal dan pelanggarannya terhadap Palestina yang mengabaikan hukum internasional.

Sheikh Tamim mengatakan, sumber ketegangan dan ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah akan tetap ada, kecuali Israel menghentikan tindakannya yang melanggar hukum internasional. Tindakan tersebut termasuk membangun permukiman ilegal di wilayah Palestina yang diduduki, mengubah karakter Yerusalem, dan berlanjutnya blokade Jalur Gaza.

Dia menekankan, negara-negara Arab telah dengan suara bulat menyetujui Inisiatif Perdamaian Arab. “Kami menantikan peran aktif AS dengan menyerukan negosiasi serius untuk menyelesaikan masalah Palestina,” kata Sheikh Tamim, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.

Peringatan Guterres

Sementara itu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan tentang risiko hilangnya kesempatan penerapan solusi dua negara untuk akhiri konflik Israel-Palestina.

“Kami telah mengeluarkan peringatan ini (risiko hilangnya kesempatan penerapan solusi dua negara) beberapa kali. Kami berharap para pemimpin dunia bertindak sesuai dengan ini,” ungkap juru bicara Antonio Guterres, Farhan Haq, dikutip laman Anadolu Agency, Sabtu.

Haq mengungkapkan, PBB terus memberi tekanan untuk penerapan solusi dua negara guna menyudahi konflik Israel-Palestina. Dia memperingatkan, minimnya solusi akan menciptakan lebih banyak masalah di lapangan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Percik Gagasan Ibnu Khaldun Sang Bapak Sosiologi

Ibnu Khaldun menulis karya monumental yang masih dikaji hingga kini, Muqaddimah.

SELENGKAPNYA

Rihlah dan Pemikiran Ibnu Khaldun

Usia Ibnu Khladun belum genap 20 tahun, tetapi reputasinya sudah dikenal di mana-mana.

SELENGKAPNYA

Menilik Skenario Resesi

Seluruh aktor perekonomian global kini harus berhadapan langsung dengan ancaman resesi.

SELENGKAPNYA