Warga yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (GEMPADEWA) bersama Solidaritas untuk Wadas menggelar aksi damai di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Purworejo dan dilanjutkan ke Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS-SO), | Wihdan Hidayat / Republika

Nasional

LBH Ansor: Situasi Wadas Kembali Memanas

LBH Ansor Jawa Tengah meminta agar aparat kepolisian mundur dari Desa Wadas.

SEMARANG—Proses inventarisasi dan identifikasi pengadaan tanah untuk kebutuhan penambangan di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, kembali membuat situasi di desa memanas. Proses inventarisasi dan identifikasi tanah tahap kedua memang sudah dilaksanakan di Desa Wadas sejak Selasa (12/7) dan akan berlangsung hingga Rabu (14/7).

“Dalam dua hari terakhir situasi di sana kembali memanas,” ujar Sekretaris Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Ansor Jawa Tengah, Taufik Hidayat, dalam keterangan pers, Rabu (13/7).

LBH Ansor Jawa Tengah meminta agar aparat kepolisian mundur dari Desa Wadas. Alasannya, warga masih tetap menolak rencana pertambangan di Desa Wadas.

Menurutnya, sikap warga Desa Wadas jelas menolak pertambangan di lingkungan desanya. Maka inventarisasi dan identifikasi dinilai merupakan upaya intimidasi pada warga untuk menyerahkan tanahnya.

Pemerintah, kata Taufik, mestinya memahami jika selama ini warga Wadas sudah sangat menderita akibat recana penambangan di daerahnya. Sebab, sejak tahun 2021 warga sudah mendapat berbagai itimidasi secara fisik hingga psikis.

“Hampir setiap hari intimidasi, teror, dan ancaman kriminalisasi dari pihak yang tidak bertanggung jawab diterima warga agar bersedia menjual tanahnya untuk tambang batu andesit,” lanjutnya. Mestinya, nasib dana yang dialami oleh warga Wadas ini menjadi pertimbangan, bukan kemudian menjadikan warga semakin terbebani.

Pada 23 April 2021 warga Wadas mendapatkan intimidasi berupa tindakan kekerasan saat pemasangan patok trase tanah. Tak hanya itu, puluhan warga mengalami luka-luka, belasan warga ditangkap termasuk anak-anak dan perempuan. Peristiwa setahun lalu meninggalkan trauma psikis pada kaum ibu dan anak-anak di Wadas.

Selang hampir satu tahun, ungkap Taufik, pada 8 -11 Februari 2022 ribuan aparat Brimob dan aparat lainnya mengepung dan menduduki Desa Wadas saat inventarisasi dan identifikasi tanah tahap pertama.

photo
Warga berkumpul menunggu untuk mujahadah di Masjid Nurul Falah, Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, Senin (14/2/2022). - (Wihdan Hidayat / Republika)

"Puluhan warga luka-luka dan terjadi penangkapan 67 warga secara sewenang-wenang. Dampaknya, aktivitas warga terhenti dan saat ini masih meninggalkan trauma. Ini yang menjadi pertimbangan LBH Ansor,” kata dia.

Sebab, dalam hasil rapat terkait rencana inventarisasi dan identifikasi lahan Desa Wadas tahap dua bersama tim kaji dan lingkup SKPD disebutkan, pengukuran, inventarisasi, dan identifikasi, tim akan didampingi pengamanan dari kepolisian berpakaian preman. “Setiap tim inventarisasi dan identifikasi akan didampingi tiga personel keamanan," tambah Taufik

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Lonjakan Harga Bebani Pedagang dan Konsumen

Pemerintah diminta memberikan perlakuan khusus terhadap cabai dan bawang merah. 

SELENGKAPNYA

Warga Wadas Cemaskan Pengukuran Tanah Tahap Dua

Warga Wadas juga cemas dengan potensi kekerasan dan penangkapan terhadap warga penolak

SELENGKAPNYA