Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan paparan saat pertemuan Health Ministerial Meeting (HMM) G20 Indonesia di Sleman, DI Yogyakarta, Senin (20/6/2022). | ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Tajuk

Kembali Diingatkan WHO

Indonesia tentu jangan sampai salah arah soal Covid-19.

Tepat betul pidato Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO), Thedros Adhanom Ghebreyesus, kemarin. Pandemi, menurut dia, saat membuka pertemuan The 1st Healt Ministers Meeting G-20 di Yogyakarta, belum usai. Karena itu, dia menegaskan, “Pernyataan bahwa pandemi Covid-19 telah selesai adalah pernyataan yang salah arah!”

Kita diingatkan berkali-kali soal situasi pandemi ini. Covid-19 masih mengintai dan tentunya mengancam. Belum ada obat manjur dari penyakit yang gejalanya mirip betul dengan flu atau masuk angin ini. Namun sebagian dari kita, yang sudah lelah dua tahun didera pandemi, memilih tak peduli.

Protokol kesehatan faktanya mulai ditinggalkan. Masker pura-pura lupa dipasang. Cuci tangan dengan sabun ditinggalkan. Asyik berkumpul dengan banyak orang. Sengaja lupa atau mengakali aplikasi PeduliLindungi. Giliran terserang gejala Covid-19 tidak berani tes antigen, apalagi PCR. Alasannya, malas atau buang-buang uang.

Faktanya: Hanya butuh waktu sepekan kasus Covid-19 di Indonesia kembali melonjak. Dari tadinya hanya 200 kasus per hari. Lalu ke 300 per hari. Kemudian 500 kasus, tambah lagi 700 kasus. Kini sudah mau hampir tujuh hari, kasus harian Covid-19 tembus di atas 1.000 kasus per hari. Tingkat positivitas Indonesia dari yang tadinya di bawah dua persen kini sudah melesat ke lima persen.

 
Faktanya: Hanya butuh waktu sepekan kasus Covid-19 di Indonesia kembali melonjak. 
 
 

Kembali ke pidato Dirjen WHO di atas, Ghebreyesus mengatakan, “....ada kemajuan, tetapi persepsi bahwa pandemi telah berakhir, meskipun dapat dimengerti tetapi salah arah.” Dan kemudian terjadilah. Pelan-pelan, pasien mulai mengalir ke rumah sakit. Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran tiga pekan lalu sempat sepi. Kini ramai kembali oleh pasien. Sudah ada puluhan yang dirawat.

Indonesia tentu jangan sampai salah arah soal Covid-19. Tapi di satu sisi, kita memang harus menerima hidup berdampingan dengan Covid-19. Karena belum ada obat manjur dari penyakit ini maka ia akan selalu mengintai manusia. Paling mentok ikhtiar yang dilakukan adalah ikut vaksinasi lengkap dengan booster-nya dan menjaga kesehatan, daya tahan tubuh.

Beruntungnya rakyat Indonesia, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, hasil sero survei terkini memperlihatkan kekebalan tubuh orang Indonesia terhadap virus Covid-19 tetap tinggi, di atas 90 persen.

Ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, Presiden Joko Widodo bakal mengimbau untuk tetap mengenakan masker lagi, terutama di luar ruang dan di tempat umum. Ini kalau infeksi kasus harian tetap tak terkendali. Katakanlah per hari menembus 2.000 kasus dan makin banyak yang dirawat walaupun itu gejala ringan.

Salah satu indikator yang disoroti pemerintah adalah angka kematian. Sejauh ini, setelah puncak omikron pada Februari lalu, angka kematian pasien Covid-19 memang tetap rendah. Di bawah 10 orang per hari. Sejauh varian baru yang masuk sudah sejak Mei, dan menular lebih cepat sampai dengan pekan terakhir Juni ini, belum terlihat ada lonjakan. Bisalah kita berasumsi, varian baru yang kini mewabah, tidak semematikan varian delta tahun lalu.

 
Sejauh ini, setelah puncak omikron pada Februari lalu, angka kematian pasien Covid-19 memang tetap rendah. 
 
 

Karena kalau misal angka kematian ini melonjak dengan cepat, dari di bawah 10 kemudian menuju 100 dalam kurang dari sepekan, ada lampu kuning. Amat mungkin terjadi, kita kedatangan varian lain yang belum diketahui pengurutan genomnya, yang bisa lebih ganas terhadap lansia ataupun pengidap komorbid.

Apakah kita akan melihat pengetatan mobilitas ataupun aktivitas ekonomi? Kemungkinan besar tidak. Pemerintah Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Ma’ruf Amin tampak cukup percaya diri bahwa rakyatnya bisa berjibaku dengan Covid-19. Aktivitas ekonomi memang sedang mencari momentumnya untuk melonjak.

Kesibukan di pasar, mal semakin ramai, bioskop terus penuh, perdagangan via daring banjir promo, jual beli properti dan kendaraan meningkat, hotel dan lokasi wisata penuh. Semua tampak bergairah. Dan seolah memang baik-baik saja.

Bagaimana dengan vaksinasi dan obat? Ini tentu saja harus menjadi prioritas. Pemerintah tidak boleh lelah menyosialisasikan vaksinasi lengkap dan booster, terutama pada kelompok rentan. Percepat juga proses vaksin lokal sehingga kita tidak bergantung pada vaksin asing. Kemudian obat.

Sepertinya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) harus mulai memikirkan, apakah sudah saatnya melepas obat Covid-19 untuk dijual bebas. Ini bisa menjadi salah satu game changer melawan Covid-19. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat