Foto udara pembangunan konstruksi Jalan Tol Becakayu (Bekasi Cawang Kampung Melayu) Seksi 2A di Bekasi, Jawa Barat, Senin (13/6/2022). Pembangunan konstruksi Jalan Tol Becakayu Seksi 2A ditargetkan selesai pada Juni 2022. | ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/tom.

Jakarta

IQ Air Laporkan Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia

Kualitas udara tidak sehat di Jakarta bukan yang pertama kali.

JAKARTA — Lembaga pendata kualitas udara, IQ Air, menempatkan Jakarta di posisi pertama sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada Rabu (15/6) sekitar pukul 11.00 WIB. IQ Air melalui laman resmi di Jakarta mencatat indeks kualitas udara di Ibu Kota mencapai 188 atau masuk kategori tidak sehat.

Adapun kategori kualitas udara tidak sehat berada pada rentang indeks 151 hingga 200 berdasarkan IQ Air. Sedangkan, konsentrasi polutan partikulat matter (PM) 2,5 tercatat mencapai 25,4 kali di atas standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) sehingga membuat kualitas udara di Ibu Kota tergolong tidak sehat.

Dengan kualitas udara itu, IQ Air hingga pukul 12.00 WIB menempatkan Jakarta di posisi pertama kemudian disusul Dubai di Uni Emirat Arab dengan indeks mencapai 160, dan di posisi ketiga diisi Santiago di Chile mencapai indeks 158.

Kualitas udara tidak sehat di Jakarta bukan yang pertama kali. IQ Air mencatat data kualitas udara Jakarta pada 2017 mengalami peningkatan dengan rata-rata mencapai 29,7 mikrogram per meter kubik (m3).

Kemudian pada 2018 berlipat ganda menjadi rata-rata 45,3 mikrogram per meter kubik (m3). Pada 2019, kembali naik menjadi 49,4 mikrogram per m3. Kualitas udara di Jakarta rata-rata pada 2020 kemudian menurun menjadi 39,6 mikrogram per m3 seiring pembatasan kegiatan masyarakat karena pandemi Covid-19.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta (dinaslhdki)

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI merespons laporan IQ Air yang menyatakan kualitas udara di Jakarta terburuk. Humas DLH DKI Jakarta Yogi Ikhwan menjelaskan, suhu udara yang rendah dan tingkat kelembapan tinggi menyebabkan akumulasi polutan.

Kondisi itu menyebabkan kualitas udara di Jakarta dari pagi hingga siang hari membentuk kabut. Apalagi cuaca Jakarta sedang mendung. "Akibatnya polutan pencemar udara terakumulasi di lapisan troposfer," kata Yogi saat dikonfirmasi.

Faktor penyebab tersebut diketahui setelah melalui pengamatan sejak Rabu dini hari di stasiun pemantauan kualitas udara (SPKU) yang dikelola oleh DLH DKI pada Rabu. Meski demikian, Yogi tidak membeberkan tingkat suhu udara dan kelembapan yang tinggi itu.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat rata-rata suhu udara di Jakarta berada pada rentang minimum 23 derajat hingga 32 derajat Celsius. Sedangkan, tingkat kelembapan udara di kisaran 65 hingga 95 persen.

Sementara, Kepala DLH DKI Asep Kusnanto mengajak masyarakat ikut serta membantu menjaga kualitas udara agar lebih bersih dan sehat. Dia menyarankan, salah satu kontribusi masyarakat adalah dengan meminimalkan penggunaan kendaraan pribadi. "Kami juga terus berupaya memindahkan penggunaan sarana kendaraan pribadi ke transportasi publik," kata Asep, belum lama ini.

Adapun peran Pemprov DKI adalah menggencarkan membangun taman baru dan merevitalisasi ruang terbuka hijau (RTH). Asep mencontohkan Tebet Eco Park yang kehadirannya sampai membuat masyarakat berbondong-bondong datang. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat