Agus (55), putra Betawi yang bertugas sebagai teknisi Masjid Nabawi, Madinah. | Ali Yusuf/Republika

Jurnal Haji

Agus, Anak Betawi Teknisi Masjid Nabawi 

Dia memulai perjanannya sebagai tenaga kerja di Saudi sejak sepuluh tahun silam.

OLEH ALI YUSUF

Agus (55) telah menyelesaikan pekerjaannya di Masjid Nabawi ketika Republika menemuinya pada Rabu (9/6). Pria Betawi ini menjadi teknisi alat berat di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. “Jam kerjanya mulai dari jam enam sampai jam dua,” kata Agus dengan logat Betawi kental.

Agus mengajak Republika berkeliling di area kerjanya. Dia menunjukkan alat-alat berat yang digunakan sebagai penunjang kerja. Alat-alat berat yang biasa dia gunakan disimpan di samping pintu 11 B AL AQEEQUE. Saban hari, Agus menggunakan alat-alat ini untuk mengganti lampu-lampu yang tak menyala. 

Pekerjaan Agus lebih ringan dibandingkan petugas lainnya. Dia hanya bekerja memperbaiki alat-alat berat yang rusak atau lampu mati di sekitaran masjid Nabawi.

Dia memulai perjanannya sebagai tenaga kerja di Saudi sejak sepuluh tahun silam. Tepatnya pada 23 Maret 2012, Agus menjadi teknisi yang memperbaiki mesin pompa-pompa air zamzam yang rusak. Pompa-pompa ini berfungsi untuk mengisi termos-termos yang tersebar di dalam Masjid Nabawi itu dengan air zamzam.

photo
Agus (55), putra Betawi yang bertugas sebagai teknisi Masjid Nabawi, Madinah. - (Ali Yusuf/Republika)

Pada tahun ketiga, Agus dipindahkan menjadi petugas untuk memperbaiki alat-alat berat seperti lift elektrik yang digunakan untuk membersihkan bagian atas masjid. “Alat ini digunakan petugas yang membersihkan langit-langit dan tiang-tiang yang ada kuningannya agar tetap mengkilap,” kata dia.

Ada tiga orang petugas teknisi alat berat di Masjid Nabawi. Dua orang lainnya dari Pakistan dan India. Namun saat ini, tinggal dua orang yakni Agus dan pria asal Pakistan.

Dia tidak tahu persis berapa jumlah petugas di Masjid Nabawi. Yang jelas, petugas di sana dibagi menjadi tiga sif yakni sif pagi, siang, dan malam. Untuk bagian teknisi, dibagi menjadi dua sif. “Saya bagian sif pagi sekarang,” ujarnya.

Petugas di Masjid Nabawi dibagi menjadi sembilan tim. Perbedaan ini mudah terlihat dari warna seragamnya. Ada warna biru dongker untuk petugas teknisi, baju hijau daun untuk petugas pengisian air zamzam, dan warna cokelat sebagai petugas bangunan.

Terdapat juga warna hijau telur asin sebagai petugas penata Alquran, warna biru laut sebagai petugas bersih-bersih, dan warna hijau tua membersihkan halaman masjid. Sementara itu, seragam warna merah berarti petugas penjaga kebersihan toilet dan warna baju abu-abu sebagai petugas di Maktab Masjid Nabawi.

 
Petugas di Masjid Nabawi dibagi menjadi sembilan tim. Perbedaan ini mudah terlihat dari warna seragamnya. 
 
 

Keahlian Agus menjadi teknisi bukan didapat dari sekolah kejuruan melainkan hasil belajar sendiri atau autodidak. Sebelumnya, Agus pernah bekerja sebagai teknisi di Kuwait pada 2009. Setelah slesai kontrak bekerja di Kuwait, Agus mengajukan lamaran kerja di Masjid Nabawi.

“Yang saya harapkan kerja di masjid Makkah dan Madinah ini bisa ibadah umrah maupun haji. Alhamdulillah sampai sekarang masih bekerja,” katanya.

Setiap bulannya, dia mendapat sekitar 2.000 riyal (Rp 7,9 juta). Uang itu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga di Indonesia dan membayar uang sewa rumah yang dia  tempati bersama teman Indonesia yang bekerja di sekitaran Masjid Nabawi.

Menurut Agus, sebenarnya perusahaan penjaminnya, Saudi Binladin Group, memfasilitasi tempat tinggal. Namun dia memilih menyewa rumah yang lebih dekat dengan masjid. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Dilema Moral Penyimpangan Seksual

Dalam konteks moral, ada dua argumen utama, yang dijadikan kelompok pro LGBT.

SELENGKAPNYA

Nafs Muthma’innah

Manusia memiliki struktur jiwa yang kompleks dan berlapis-lapis.

SELENGKAPNYA