Pengunjung mengamati koleksi yang terdapat di Museum HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh VII No 29, Surabaya, Jawa Timur, Senin (28/1/2019). | ANTARA FOTO

Kisah Dalam Negeri

Merunut Sejarah Ide Nasionalisme Bung Karno

Sikap dan semangat juang tinggi Sukarno itu dilatarbelakangi oleh sosok Tjokroaminoto dan kota kelahirannya Surabaya.

Nasionalisme Presiden pertama RI Sukarno atau Bung Karno dinilai mulai tumbuh saat indekos di rumah HOS Tjokroaminoto Jalan Peneleh Gg VII No 29-31, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Purnawan Basundoro menuturkan, selama 1916-1921 adalah masa keemasan Sukarno.

“Karena pada saat itulah jiwa dan kepribadian Sukarno diasah di Kota Surabaya," kata Purnawan saat memperingati Juni Bulan Bakti Bung Karno di Surabaya, Rabu (15/6).

Menurut dia, kisah perjalanan Bung Karno itu bukan sekadar soal kegigihan perjuangan hidup dan romantisme saja. Akan tetapi ada pula kisah semangat nasionalisme yang tinggi di dalam jiwanya.

Purnawan menjelaskan secara rinci, bagaimana Sukarno melawan ketidakadilan yang terjadi di nusantara selama zaman pendudukan Belanda. Sikap dan semangat juang tinggi Sukarno itu dilatarbelakangi oleh sosok Tjokroaminoto dan kota kelahirannya Surabaya.

photo
Pengunjung mengamati koleksi yang terdapat di Museum HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh VII No 29, Surabaya, Jawa Timur, Senin (28/1/2019). Museum tersebut merupakan Rumah Raden Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto yang berisi koleksi benda milik HOS Tjokroaminoto yang diharapkan dapat memberikan pegetahuan mengenai sejarah perjuangan Indonesia. - (ANTARA FOTO)

"Di awal abad ke 20, selama Sukarno tinggal bersama di indekos di rumah Tjokroaminoto dan menganggap Kota Surabaya adalah sebagai dapur dari nasionalisme. Artinya, di Surabaya itulah, pemikiran mengenai nasionalisme Sukarno terbentuk, semangat juang melawan pendudukan Belanda di Surabaya," kata dia.

Purnawan mengatakan, di rumah Tjokroaminoto, insting politik Soekarno terbentuk, hal itu juga diungkap di dalam buku karya Cindy Adams. Di dalam buku yang sama, dituliskan Tjokroaminoto sendiri lah yang mengenalkan kepada Soekarno kepada para tokoh pergerakan yang hilir mudik masuk ke rumahnya saat itu.

Dengan demikian, pandangan Sukarno di usia remaja sangat banyak dan kaya ilmu pengetahuan dari berbagai segi ideologi. Purnawan melanjutkan, saat itu Sukarno juga menulis soal rumah Tjokroaminoto yang menjadi dapur nasionalismenya.

Bahkan, saat itu Soekarno juga sempat menuangkan ide dan gagasan yang ada di kepalanya melalui media cetak Oetoesan Hindia yang dimiliki oleh Tjokroaminoto. "Bung Karno mengakui, saat di Surabaya ia menulis tidak kurang dari 500 tulisan yang dimuat di surat kabar. Di rumah Tjokroaminoto itu pula Seokarno mengenal Alimin, Muso, Semaun dan SM Kartosuwiryo yang memiliki ideologi berbeda-beda," kata dia.

photo
Pengunjung mengamati koleksi yang terdapat di Museum HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh VII No 29, Surabaya, Jawa Timur, Senin (28/1/2019). - (ANTARA FOTO)

Di usianya yang ke 20 tahun, Sukarno sudah matang secara politik dan ideology. Sehingga pada saat itu Sukarno menemukan ideologinya sendiri yaitu Marhaenisme yang melambangkan kepribadian nasional.

Media massa Fikiran Rakjat tanggal 1 Juli 1932 Nomor 1 tertulis, lanjut dia, Marhaen merupakan ideologi yang meliputi kelompok miskin Indonesia, baik buruh atau bukan. Termasuk petani miskin yang tidak bekerja untuk siapapun melainkan hanya untuk sehari-harinya.

Pada 1 Juni 1945, Sukarno menyampaikan lima prinsip dasar negara, yakni Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau perikemanusiaan, Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan sosial dan Ketuhanan yang berkebudayaan.

"Di saat itu Bung Karno menggali nilai-niai Pancasila. Tujuannya adalah untuk menggalang negara baru merdeka untuk saling membantu negara yang masih terjajah," kata dia.

Sekolah kebangsaan

Sementara, Sekolah kebangsaan digelar bertahap hingga akhir Juni 2022. Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (DKKORP) Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan sekolah kebangsaan merupakan rangkaian agenda dalam memperingati Bulan Bakti Bung Karno.

photo
Pengunjung mengamati koleksi yang terdapat di Museum HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh VII No 29, Surabaya, Jawa Timur, Senin (28/1/2019). - (ANTARA FOTO)

"Sekolah kebangsaan ini diikuti oleh para pelajar jenjang SMP di Kota Surabaya," kata Wiwiek.

Menurut dia, hingga saat ini, sekolah kebangsaan telah digelar di Gedung Merah Putih, Balai Pemuda Surabaya pada Sabtu (11/6). Serta rumah kelahiran Sukarno Jalan Pandean IV No 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya pada Senin (13/6).

Selain Sekolah Kebangsaan, lanjut dia, di Bulan Bakti Bung Karno ini, pihaknya juga melakukan revitalisasi rumah kelahiran Presiden Pertama RI tersebut. Nantinya, kata dia, rumah itu akan dilengkapi dengan benda-benda atau dokumen yang berkaitan dengan Bung Karno. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Saudi Longgarkan Penggunaan Masker

Kebanyakan jamaah haji Indonesia terpantau masih patuh menggunakan masker.

SELENGKAPNYA

Merenungi Hijrah Nabi dari Bus Ber-AC

Nabi Muhammad SAW harus hijrah menempuh perjalanan hingga 450 kilometer dengan berkendara unta.

SELENGKAPNYA

Telkom Pastikan Investasi di GoTo Patuhi GCG 

Akhir pekan lalu, Telkom mencatatkan keuntungan investasi di GoTo senilai Rp 2,74 triliun.

SELENGKAPNYA