Sejumlah murid menunggu dimulainya kegiatan belajar di SDN Lenteng Agung 07, Jakarta, Kamis (12/5/2022). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mengkaji proses pembelajaran secara daring guna mengantisipasi penyebaran penyakit hepatitis akut dimana telah | ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Kabar Utama

Kematian Diduga Hepatitis Akut Bertambah

Kemenkes masih melakukan investigasi terkait penyebab penyakit hepatitis akut misterius.

JAKARTA -- Korban meninggal dunia akibat penyakit yang diduga merupakan hepatitis misterius kembali bertambah. Kementerian Kesehatan mengungkapkan, hingga Kamis (12/5) ada tujuh laporan kematian akibat terpapar penyakit tersebut yang semuanya merupakan anak-anak.

Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dari tujuh laporan kasus kematian anak tersebut, empat di antaranya terjadi di DKI Jakarta. Sisanya, di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur; Solok, Sumatra Barat, dan di Kalimantan Timur.

"Untuk kematian yang dilaporkan resmi secara nasional ada tujuh kasus. (Usia) dua bulan sampai 10 tahun. Sementara, kasus yang di Medan, Sumatra Utara masih diverifikasi," kata Nadia kepada Republika, Kamis (12/5).

Nadia menjelaskan, dari total tujuh kasus kematian, hasil laboratorium menunjukkan anak terinfeksi sejumlah virus, seperti Hepatitis A, Hepatitis B, Typoid, dan DBD. "Jadi masing-masing rata-rata satu penyakit," jelas Nadia.

photo
Sejumlah siswa mengikuti kegiatan belajar di SMPN 242 Jakarta, Kamis (12/5/2022). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mengkaji proses pembelajaran secara daring guna mengantisipasi penyebaran penyakit hepatitis akut di mana telah ditemukan 21 kasus dugaan hepatitis akut di Ibu Kota. - (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Kemenkes pada awal Mei mengumumkan ada tiga anak yang meninggal dengan dugaan hepatitis akut misterius dalam rentang dua pekan di akhir April 2022. Ketiganya meninggal saat mendapat perawatan di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Nyawa ketiga pasien anak tak tertolong karena sudah dalam keadaan kritis.

Secara keseluruhan, kata Nadia, dugaan hepatitis akut di Indonesia sudah mencapai 18 kasus. Sembilan kasus di antaranya masih pending classification dan tujuh di antaranya tidak masuk kriteria karena bukan hepatitis akut.

"Dan dua kasus masih dalam pemeriksaan. Itu semua data yang masuk secara nasional ya. Kita harus tetap hati-hati dalam melaporkan penyakit baru karena belum tentu penyakit itu sesuai kriteria yang ditetapkan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia)," ujar Nadia.

WHO menetapkan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya sebagai kejadian luar biasa (KLB) pada 15 April 2022. Hingga 10 Mei, telah muncul 348 kasus probabel hepatitis akut di 20 negara. Virus hepatitis akut hingga kini belum diketahui sumber penyebabnya dan diperkirakan penyebaran virus tersebut akan terus bertambah.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Hanifah Oswari menyebutkan, dugaan awal hepatitis akut misterius disebabkan oleh Adenovirus, SARS CoV-2, dan virus ABV. Virus tersebut utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernapasan.

Untuk mencegah risiko infeksi, Hanifah menyarankan orang tua meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan. Langkah awal yang bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, antara lain, mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi telah matang, dan tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain.

"Kemudian menghindari anak-anak kita untuk melakukan kontak dengan orang yang sakit," katanya.

Hanifah menyebutkan, gejala awal penyakit hepatitis akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, dan terkadang disertai demam ringan. Gejala akan semakin berat, seperti air kencing berwarna pekat menyerupai warna teh.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, proses investigasi dugaan kasus hepatitis misterius terus menunjukkan perkembangan informasi yang cukup baik. "Perkembangannya kita monitor terus dan sudah ada banyak informasi tambahan. Secara umum perkembangannya cukup baik," kata Budi dalam konferensi pers virtual, kemarin.

photo
Jurnalis mengambil gambar menggunakan gawai infografis Hepatitis akut di RSUP Dr Hasan Sadikin (RSHS), Pasteur, Kota Bandung, Senin (9/5/2022). Peninjauan tersebut untuk memantau serta memastikan kesiapan RSHS dalam melakukan penyaringan (screening) dan penanganan penyakit Hepatitis akut yang telah dinyatakan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai kasus luar biasa (KLB). - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Budi mengatakan, proses investigasi dilakukan melalui kerja sama Kemenkes RI dengan WHO. Amerika Serikat, dan Inggris, dalam upaya mencari penyebab hepatitis akut. Budi menyebut kemungkinan hepatitis akut karena Adenovirus strain 41, tapi dugaan itu masih harus didukung penelitian lebih lanjut.

Kemenkes masih melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui lebih lanjut penyebab dari penyakit ini. "Hepatitis memang isu yang lagi hot dan tidak semua informasi itu sampai ke masyarakat. Kita akan sampaikan dalam kesempatan yang lain," katanya.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, mekanisme penularan hepatitis akut memang tak seperti Covid-19 yang sangat cepat dan menular melalui udara. Namun, pencegahan tetap harus dilakukan karena dampaknya bisa menjadi sangat serius ketika 10 persen anak yang terpapar harus ditransplantasi.

Penyakit ini akan memberikan dampak jangka panjang. "Karena transplatasi, harus dibutuhkan donor, dibutuhkan keahlian dokter, dan berdampak panjang kepada anak di saat dewasa nanti, sehingga pencegahan jadi amat penting," tegas Dicky.

Dicky meyakini hepatitis akut misterius merupakan bentuk dari long Covid-19. Bukti data studi di Israel menjadi landasannya. "Dari studi yang dilakukan di Israel, 90 persen anak-anak yang terkonfirmasi hepatitis misterius ini, satu tahun terakhir terinfeksi," tuturnya.

Beberapa hasil studi lain juga memperkuat hipotesis tersebut bahwa prevalensi kasus hepatitis misterius tertinggi ada pada usia 2-3 tahun. "Mereka (usia 2-3 tahun) belum bisa menerima vaksin Covid-19. Sementara itu, kasus pada orang dewasa sangat jarang ditemukan," kata Dicky. 

Cegah Penularan 

Pemerintah pusat dan daerah diingatkan untuk mewaspadai risiko penularan hepatitis akut di lingkungan sekolah, seiring dimulainya pembelajaran tatap muka (PTM). Apalagi, penyakit yang belum diketahui penyebabnya itu lebih banyak menyerang anak-anak.

Wakil Ketua Komisi X DPR dari Fraksi Golkar Hetifah Sjaifudian memahami, PTM mendesak untuk segera dilakukan guna mengejar ketertinggalan learning loss selama pandemi Covid-19. Namun, untuk mengantisipasi penyebaran hepatitis akut yang terjadi saat ini, ia mendesak Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk melakukan langkah penanggulangan dengan mengeluarkan surat edaran.

"Kemenkes telah mengeluarkan surat edaran, tapi untuk khalayak umum. Oleh karena itu, saya mendesak Kemendikbudristek agar turut mengeluarkan surat edaran langkah pencegahan virus hepatitis, khususnya di lingkungan sekolah," kata Hetifah kepada Republika, Kamis (12/5).

Ia mengatakan, beberapa aturan yang bisa diterapkan untuk pencegahan adalah dengan tetap menutup kantin. Pelajar harus membawa bekal makanan. "Tentu protokol kesehatan, seperti mencuci tangan dan memakai masker juga harus tetap dilaksanakan di lingkungan sekolah," kata Hetifah kepada Republika, Kamis (12/5).

 
Beberapa aturan yang bisa diterapkan untuk pencegahan adalah dengan tetap menutup kantin.
 
 

Hetifah mengaku, memahami kekhawatiran orang tua ihwal pemberlakuan PTM di tengah ancaman hepatitis akut dan pandemi Covid-19 yang belum usai. Dia meminta orang tua untuk tidak panik dan meningkatkan aspek kehati-hatian.

Sejauh ini, menurut dia, penularan hepatitis secara umum terjadi melalui oral, bukan udara seperti Covid-19. Penularan hepatitis diduga melalui tangan, air, makanan, hingga alat makan. "Sehingga, PTM masih dapat dilaksanakan selama kebersihan makan dan minum anak terjaga," katanya.

Ia juga berharap, pemerintah dapat menggalakkan vaksinasi hepatitis. Walau vaksin hepatitis telah diwajibkan bagi bayi Indonesia, cakupannya belum maksimal. "Saya berharap pemerintah menggalakkan vaksin ini lebih masif agar tercipta kekebalan jangka panjang," ujarnya.

Hetifah berencana untuk segera melakukan pembahasan terkait hal ini di DPR. Masa sidang DPR akan dimulai pada 17 Mei 2022. "Kami akan segera membahas hal ini dengan Kemendikbudristek," kata dia.

Anggota DPRD DKI Jakarta Komisi E dari Fraksi PKS, Solikhah, menyoroti banyaknya laporan dugaan hepatitis akut di DKI Jakarta. Dia menyebut, perlu ada keseriusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melakukan pencegahan dan sosialisasi secara masif.

“Ini mengkhawatirkan dunia kesehatan sekaligus pendidikan, terlebih sudah diawali PTM di seluruh DKI,” kata Solikhah.

Dia menegaskan, DKI perlu tetap mengikuti SKB 4 Menteri terkait PTM mengenai Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.  Sehingga, lanjut dia, bisa mencegah penyebaran virus Covid-19 atau wabah menular lainnya. “Dan kita tidak akan kembali ke masa-masa kelam pandemi beberapa waktu lalu,” ujarnya.

Kemendikbudristek menyebut, prokes pencegahan penularan hepatitis akut selaras dengan prokes dalam penyelenggaraan PTM terbatas pada masa pandemi. Untuk itu, masyarakat diminta untuk tetap tenang dan melaksanakan anjuran pencegahan penularan hepatitis akut, dengan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

"Detail aturan dapat ditemukan dalam lampiran SKB Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19," kata Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, Anang Ristanto, kepada Republika, Rabu (12/5).

Dia kemudian memberikan beberapa contoh prokes yang diatur dalam SKB Empat Menteri tersebut. Salah satunya, menerapkan perilaku mencuci tangan pakai sabun secara rutin, memasak makanan hingga matang, menghindari kontak dengan orang sakit, dan tetap menerapkan etika batuk dan disiplin prokes Covid-19, seperti pakai masker serta jaga jarak. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Dua Dugaan Penyebab Hepatitis Akut Anak

Penyebab hepatitis akut diduga ada dua, yaitu lewat oral seperti saluran cerna dan droplet.

SELENGKAPNYA

15 Kasus Suspek Hepatitis Akut Teridentifikasi di Indonesia

Bayi berusia 1 bulan 29 hari meninggal yang gejalanya mirip penyakit hepatitis di Sumatra Barat.

SELENGKAPNYA

Daerah Waspadai Kasus Hepatitis Akut Anak

Untuk menghindari hepatitis akut, anak harus dijaga kebersihan makanannya.

SELENGKAPNYA