Suasana pagi di kompleks Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jatim. Salah satu pesantren masyhur di Indonesia itu memunculkan banyak tokoh, antara lain Kiai Abdul Fattah. | DOK REP YASIN HABIBI

Khazanah

Ponpes Berpotensi Gerakkan Ekonomi Umat

Pemerintah perlu mendampingi pesantren mengembangkan bisnis. 

JAKARTA — Perekonomian memerlukan banyak unsur penggerak agar dapat tumbuh. Terkait hal ini, pesantren merupakan salah satu penggerak ekonomi umat guna meningkatkan perekonomian.

"Ekonomi untuk tumbuh memerlukan banyak unsur penggerak sehingga kita punya tanggung jawab untuk menggerakkan kembali pesantren sebagai salah satu tonggak ekonomi umat untuk menumbuhkan perekonomian," ujar Menteri BUMN Erick Thohir di Lampung Tengah, Selasa (10/5).

Ia mengatakan, untuk menumbuhkan perekonomian umat melalui keterlibatan pesantren dapat terbentuk dengan mempermudah akses pembiayaan. "Kita sudah buat holding Bank Himbara Syariah menjadi BSI. Melalui ini, nanti akan mempermudah pembiayaan untuk membentuk santripreneur, salah satunya di Kabupaten Lampung Tengah ini," katanya.

Untuk mendorong ekonomi umat, menurut dia, perlu pula menghidupkan kembali industri halal sebagai salah satu peluang dan potensi. "Indonesia ini memiliki konsumsi atas industri halal terbesar nomor empat. Namun, produksi makanan halal dan pakaian tidak masuk 10 besar. Seharusnya konsumsi seimbang dengan produksi. Ini yang akan terus kita dorong agar produksi produk halal bisa mencukupi konsumsi," ujarnya.

Dengan tidak seimbangnya antara produksi dan konsumsi, Erick melanjutkan, melalui kerja sama antara BUMN dan pesantren diharapkan dapat menumbuhkan ekonomi umat dan industri halal.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Erick Thohir (erickthohir)

 

Terkait hal ini, pengamat ekonomi syariah Yusuf Wibisono mengatakan, pesantren punya potensi ekonomi yang besar memang sudah sering disampaikan. Namun, sepertinya belum ada riset atau data statistik yang cukup komprehensif untuk menggambarkan kondisi dan potensi ekonomi dari pesantren-pesantren yang ada.

"Secara umum, pesantren adalah lembaga pendidikan itu betul, tapi dengan jumlahnya yang sangat signifikan tentu kalau dengan sejumlah strategi tertentu bisa juga diarahkan untuk meraih beberapa potensi ekonomi," kata Yusuf kepada Republika, Rabu (11/5).

Ia menerangkan, kalau jumlah pesantren puluhan ribu, misalnya, sekitar 30 ribu pesantren, dan di dalam satu pesantren mengasuh 100 santri, pasti ada perputaran dana besar di pesantren.

“Kalau seluruh pesantren di Indonesia dananya dikelola bank syariah, akan ada dana tambahan pihak ketiga yang bisa dikelola oleh bank syariah,” katanya.

Ia melanjutkan, kalau misalnya seluruh potensi dana zakat dari pesantren terhimpun dalam satu lembaga amil zakat yang formal, tentu ada tambahan dana zakat yang cukup besar. Selain itu, bisa dihitung besarnya jumlah produk halal yang dikonsumsi santri, mulai dari makanan, minuman, sabun, kosmetik, hingga obat-obatan.

"Saya pikir pasti besar potensi (ekonomi pesantren) karena jumlahnya signifikan. Jumlah pesantrennya banyak dan santrinya jutaan, pasti potensi ekonominya besar," ujar Yusuf.

photo
Santri berjualan makanan takjil pada bazar ramdhan santri di Pondok Pesantren Darussalam, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (13/4/2022). Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencanangkan 17 Program Pesantren Juara dalam upaya memperkuat dan memandirikan pesantren dalam lembaga pendidikan yang ramah zaman, kompatibel dengan perkembagan zaman, dan siap menjawab tantangan. - (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Sementara, pengamat ekonomi syariah dari Universitas Indonesia, Banu Muhammad, menyampaikan bahwa pemerintah perlu mendampingi pesantren yang sedang membangun bisnis. Dengan demikian, pesantren lebih bisa mendukung ekonomi umat.

Menurut dia, ketika bisnis yang dilakukan pesantren digerakkan lebih optimal, pasti dampaknya lebih signifikan. Dalam konteks keuangan, beberapa pesantren juga mendirikan badan usaha atau lembaga keuangan pesantren.

"Selain itu, potensi alumni pesantren yang tersebar di mana-mana. Mereka menggerakkan ekonomi dengan nilai-nilai yang mereka bawa dari pesantren. Pasti akan sangat signifikan gerakan ekonominya, terutama industri halal, ekonomi secara umum, sektor riil secara umum," ujarnya.

photo
Sejumlah santri mengikuti kegiatan belajar mengajar tanaman porang di Pondok Pesantren Daarul Maarif, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (16/2/2022). Pondok pesantren tersebut membuat program basis usaha di bidang pertanian atau agrobisnis modern berbasis korporasi untuk menciptakan kemandirian santri dan pesantren serta mendukung swasembada pangan. - (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Banu menyarankan agar pemerintah menemani atau mendampingi beberapa pesantren yang sedang membangun bisnis. Mereka didampingi serta diberi penguatan manajerial dan finansial supaya bisa lebih tumbuh bisnisnya.

"Kalau mereka (pesantren) punya lembaga keuangan mungkin bisa didukung oleh pemerintah, dinas koperasi setempat, OJK, dan BI mungkin bisa turut mendukung, memberikan dukungan-dukungan yang lebih kuat," kata Banu.

Ia melihat, beberapa BUMN juga telah memberikan beberapa CSR ke pesantren dan membantu beberapa UMKM yang ada di sekitar pesantren atau usaha rumahan di sekitar pesantren.

Menurut dia, keterbatasan pesantren adalah akses, yakni akses atas modal dan pasar. Kalau akses-akses itu bisa dibantu dicarikan jalannya, pesantren akan menjadi bagian besar yang bisa mendukung perekonomian umat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Penjabat Kepala Daerah Munculkan Kerumitan Hukum dan Etika

Potensi kerumitan penunjukan Penjabat Kepala Daerah bakal muncul di publik lantaran tidak ada aturan teknis.

SELENGKAPNYA

Jaga Thomas, Rebut Uber

Ginting menjadi satu-satunya pemain yang belum pernah menyumbangkan poin dalam dua pertandingan yang sudah dia mainkan.

SELENGKAPNYA

Di Ambang 'Paceklik' Global

Hampir 200 juta orang menghadapi kerawanan pangan akut pada 2021, hampir dua kali lipat angka tahun 2016.

SELENGKAPNYA