Prof KH Nasaruddin Umar | Ilustrasi : Daan Yahya

Tausiyah

Entitas Lorong Menuju Tuhan

Lorong-lorong menuju Tuhan mempunyai beberapa nama jalan atau entitas.

Oleh Kontemplasi Ramadhan (21)

 

PROF KH NASARUDDIN UMAR, Imam Besar Masjid Istiqlal

Lorong-lorong menuju Tuhan mempunyai beberapa nama jalan atau entitas. Di dalam Alquran diperkenalkan sejumlah entitas nama-nama jalan (journeying in the Qur'an) itu, antara lain: sair, safar, suluk, siyah, subul, thuruq, masya, dzahab, mishr, firar, kadh, rihl, khuruj, hijrah, sa'y, qashd, tanzil, taraqqi, dan  mi'raj.  kan tetapi, istilah yang sering digunakan para salik adalah sebagai berikut.

Pertama sair, berasal dari akar kata sara-yasir-sair berarti menaiki, memanjat, meloncat, dan pergi. Kata sair paling sering digunakan di dalam Alquran, terulang tidak kurang dari 27 kali. Istilah sair banyak  digunakan di dalam  menggambarkan  perjalanan.

Insan Kamil, yang biasa juga disebut  madhhar al-Ijma’,  Nur Muhammad, Nufus al-Rahman, Jauhar dan istilah yang agak kurang pas ‘Aql al-Awwal. Contoh penggunaannya di dalam Alquran, misalnya: Maka, apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan  itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS al-Hajj/22:46).

 
Lorong-lorong menuju Tuhan mempunyai beberapa nama jalan atau entitas. 
 
 

Kedua safar, berasal dari bahasa Arab dari akar kata: safara-yusafir-safar,  berarti bepergian, menyapu, menulis, kemudian membentuk kata sifarah (perantaraan), safir (duta besar), musafir (pengembara), dan safarah (perantaraan). Safar di dalam buku-buku tasawuf sering  diartikan perjalanan spiritual dan nonspiritual yang tujuannya lebih berorientasi kepada perjalanan sosial yang kurang makan. Alquran memperkenalkan kata tersebut digunakan untuk mobilitas horizontal, misalnya perjalanan dari satu tempat ke dunia lain, seperti digunakan di dalam ayat: Maka, tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa  letih karena perjalanan kita ini.”  (QS al-Kahfi/18:62). 

Dalam ayat lain dikatakan: “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu". Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. (QS at-Taubah/9:42).

 
Kata suluk dalam dunia tasawuf memiliki makna sebagai sebuah  jalan-jalan khusus atau lorong-lorong  rahasia menuju Tuhan.
 
 

Ketiga suluk, berasal dari kata salaka-yasluku–suluk berarti memasuki, melalui jalan-jalan tertentu, mengurai, dan memintal.  Kata suluk dalam dunia tasawuf memiliki makna sebagai sebuah  jalan-jalan khusus atau lorong-lorong  rahasia menuju Tuhan. Orang–orang yang akan melewati jalan ini disarankan memiliki pembimbing atau mursyid, agar jika ada kerancuan pikiran dan suasana batin maka Sang Mursyid bisa menengahinya. Kata suluk digunakan beberapa kali di dalam Alquran antara lain:  Demikianlah, Kami mamasukkan (rasa ingkar dan memperolok-olokkan itu) ke dalam hati orang-orang yang berdosa (orang-orang kafir),  (QS al-Hijr/15:12). 

Ayat lain: Kemudian, makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). (QS al-Nahl/16:69).

Ketiga istilah tersebut paling sering digunakan Alquran di dalam menjelaskan perjalanan spiritual manusia, baik sebagai bagian dari Insan Kamil maupun sebagai anak-cucu Adam (Bani Adam).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat