Kendaraan meriam kaliber 150mm memasuki pantai tumpuan pendaratan saat Latihan Operasi Pendaratan Administrasi (Latopsratmin) 2021 Komando Lintas Laut Militer di Pantai Caligi, Kabupaten Pesawaran, Lampung, Rabu (22/12/2021). | ANTARA FOTO

Nasional

Defend ID Butuh Penguatan Riset

Pemerintah disarankan perhatikan kesiapan hulu industri pertahanan.

JAKARTA—Penyatuan industri pertahanan nasional melalui Defend ID disarankan bukan hanya menjadi ‘tukang rakit’ alat utama sistem persenjataan (alutsista). Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai, tantangan yang dihadapi industri pertahanan nasional adalah meningkatkan kemampuan riset dan penelitian.

Menurutnya, Defend ID harus mampu mengubah industri pertahanan nasional bukan hanya menjadi ‘tukang rakit’ tetapi produsen alutsista. "Tanpa riset ya kita akan sulit beranjak dari status 'tukang rakit' atau 'tukang jahit'," katanya dihubungi Republika, Jumat (22/4).

Ia menegaskan, penyatuan industri pertahanan patut disambut positif. Meskipun, pengembangan industri pertahanan dalam negeri bukan hanya dalam konteks militer, tetapi kebutuhan alutsista nasional dan peningkatan kapabilitas pertahanan negara. Khairul mengingatkan upaya penyelarasan dan akselerasi ini bukan sesuatu yang mudah dengan hasil yang dapat dilihat dalam waktu singkat.

Menurutnya, upaya ini bersifat marathon, bukan sprint. "Kita berharap target TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) 100 persen seperti disampaikan Presiden itu harus dimaknai sebagai motivasi, bukan beban. Faktanya, tidak ada negara produsen alutsista yang benar-benar mandiri 100 persen," ujarnya.

Di sisi lain, kemandirian alutsista dan pengembangan industri pertahanan dalam negeri juga bukan berarti menghilangkan impor sama sekali. Sebab menurutnya, hal ini masih bisa memberikan beragam manfaat bagi Indonesia, seperti alih teknologi dan kemitraan strategis.

Khairul menjelaskan, industri pertahanan adalah industri hilir. Oleh karena itu, ia menilai, jika pemerintah ingin serius memaksimalkan TKDN, maka tentu hulunya juga harus disiapkan. "Misalnya, industri logam dasar. Kita lemah di sini," tutur Khairul.

Pengamat Militer dan Intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati (Nuning) selain mengintegrasikan industri pertahanan dengan baik, harus ada pengembangan sumber daya manusia (SDM) seiring dengan kehadiran Defend ID. "Agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk sebaik mungkin mengerjakan berbagai produk alutsista dan pemasarannya serta manajemen yang handal," tutur Nuning.

Portofolio

Direktur Teknologi PT Len Industri Tazar Marta Kurniawan mengatakan portofolio induk holding Defend ID ini untuk pengembangan produk Combat System Kapal Perang, Tactical Data Link. Selain itu juga Litbangyasa (penelitian, pengembangan, rekayasa) Radar GCI buatan anak bangsa sebagai calon pengawal wilayah udara NKRI. "Kegiatan pengembangan Radar GCI dimulai sejak 2021 dan ditargetkan selesai pada 2024," ujar Tazar.

Radar GCI merupakan salah satu alutsista utama dalam mempertahankan wilayah kedirgantaraan NKRI. Ketika beroperasi, pengontrol radar GCI dapat memberikan pengarahan dan pengawalan terhadap pesawat tempur dalam melakukan pencegatan

Sementara, Direktur Teknologi dan Pengembangan Dahana Suhendra Yusuf menyampaikan, cita-cita membangun pabrik Elemented Detonator merupakan salah satu strategi mewujudkan kemandirian bahan peledak dalam negeri. Pembangunan pabrik ini untuk mengurangi ketergantungan impor, terutama pada sektor inititating device. "Sehingga mengurangi impor dan menghemat devisa negara sebesar 6 juta dolar AS per tahun atau setara Rp 87 miliar per tahun," ujar Suhendra, Jumat (22/4).

Ia menambahkan, Elemented Detonator merupakan salah satu bahan baku utama detonator yang terdiri dari high explosives sebagai isian utama serta mengandung delay element untuk mengatur waktu tunda detonator. Elemented detonator nantinya akan digunakan pada pembuatan electric dan non-electric detonator produksi Dahana yang saat ini telah melayani konsumen di bidang pertambangan, kuari, dan konstruksi.

Suhendra menyebut kehadiran pabrik ini menandai peningkatan penguasaan teknologi dan kemandirian bahan peledak detonator dari 35 persen menjadi 80 persen. Peningkatan nilai TKDN Detonator ini pun naik dari 14 persen menjadi 50 persen. N ed: agus raharjo

Kutipan kalau kurang: Pembangunan pabrik elemented detonator menghemat impor sektor initiating device setara Rp 87 miliar.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat