Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Puasa dan Ketertiban Sosial

Secara filosofis, ibadah puasa yang kita laksanakan sebulan penuh bukan hanya mengurusi kesalehan personal.

Oleh SUKRON ABDILAH

OLEH SUKRON ABDILAH

Puasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan ialah modal utama untuk menciptakan ketertiban sosial. Tak hanya itu, dengan puasa, kita juga akan mampu mengelola amarah sehingga dengan mengendalikannya akan tercipta ketenteraman di lingkungan sekitar.

Seandainya ibadah puasa kita berdimensi sosial, maka perkataan keji, provokatif, dan berteriak mengajak bertengkar tidak akan muncul karena amarah kita ditundukkan oleh ketakwaan.  

Secara sosiologis, fungsi ibadah puasa ialah untuk membangun kesadaran sosial berupa perbuatan baik dan kepedulian sehingga mengantarkan kita pada derajat kemuliaan pribadi (akhlak) dan ketakwaan. Karena itu, kesalehan yang dihasilkan ibadah puasa lebih bersifat sosial.

Tak mengherankan apabila Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk menjauhi perbuatan yang dapat merusak relasi sosial pada bulan Ramadhan karena dapat membatalkan puasa. “Bukanlah puasa itu sebatas menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata kotor” (HR Ibnu Khuzaimah).

 
Tak mengherankan apabila Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk menjauhi perbuatan yang dapat merusak relasi sosial pada bulan Ramadhan karena dapat membatalkan puasa. 
 
 

Berdasarkan hadis tersebut, pelaksanaan ibadah puasa harus mampu menahan diri dari perbuatan dan perkataan yang dapat memicu permusuhan, pertengkaran, dan perkelahian. Sebab, dalam hadis yang diriwayatkan Imam Khuzaimah tersebut, puasa tak hanya sebatas menahan diri dari lapar dan haus saja; tapi juga kemampuan mencipta kedamaian dalam diri dengan menahan amarah hingga mampu melahirkan ketenteraman serta keamanan lingkungan sosial.

Bukankah ketika kita berpuasa, tapi tak mampu menahan amarah, tak bisa menjaga ketertiban sosial, dan tak dapat menciptakan kondusivitas di berbagai sektor kehidupan, segala amal puasa kita akan sia-sia? Karena itulah, sejatinya kita melakukan pengorbanan pada bulan Ramadhan ini dalam bentuk laku menumpulkan nafsu egoistik, menghapus perasaan benar sendiri, mengikis fanatisme buta, dan meleburkan sikap individualistik untuk kepentingan agama, bangsa, dan negara.

Secara filosofis, ibadah puasa yang kita laksanakan sebulan penuh bukan hanya mengurusi kesalehan personal. Lebih jauh dari itu, ibadah ini, sejatinya dapat mewujudkan kesalehan sosial, di mana jiwa kita menjadi tenang, tenteram, dan damai saat berhadapan dengan sesuatu yang dapat memicu bertebarannya keresahan dan kerusuhan sosial.

 
Secara filosofis, ibadah puasa yang kita laksanakan sebulan penuh bukan hanya mengurusi kesalehan personal.
 
 

Menahan amarah ialah salah satu wujud kesalehan yang bersifat personal dan sosial. Kekerasan yang timbul karena ketidakmampuan mengendalikan amarah, apabila dilakukan pada saat bulan Ramadhan akan mengotori pahala berpuasa sehingga kita hanya mendapatkan lapar dan haus saja.

Karena itua, dengan membiasakan diri menahan amarah di bulan Ramadhan dengan mengatakan “anaa shaaimun” (aku sedang berpuasa), hal ini akan berdampak pada terciptanya laku damai di bulan-bulan berikutnya.

Wallahu a'lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Alquran Kitab Terbuka

Dengan sikap keterbukaannya itu, justru hingga sekarang tidak ada satu pun yang berdaya menandingi Alquran.

SELENGKAPNYA

Edaran THR dari APBD Diterbitkan

Pemberian THR dan gaji ke-13 memperhatikan kemampuan keuangan daerah.

SELENGKAPNYA

Saudi Kecam 'Penyalahgunaan' Alquran

Setidaknya tiga orang terluka dalam aksi menentang pembakaran Alquran di Swedia.

SELENGKAPNYA