Sejumlah santri punk bertadarus Al Quran di Pondok Tasawuf Underground Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (6/4/2022). Selama bulan suci Ramadhan, sejumlah anak punk melaksanakan sejumlah kegiatan mulai dari mengaji, buka bersama, shalat Tarawih dan | ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.

Bodetabek

Transformasi Anak Jalanan di Pesantren Tasawuf Underground

Anak jalanan ingin menatap masa depan yang cerah.

OLEH EVA RIANTI

Tulisan Pesantren Tasawuf Underground berwarna merah terpampang di depan sebuah ruko di Jalan RE Martadinata, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel). Meski kecil dan kurang terlihat secara kasat mata dari arah jalanan, tempat itu menjadi sejarah tersendiri dalam perubahan mentalitas sejumlah anak punk dan jalanan di kota-kota besar.

Di lantai dua Pesantren Tasawuf Underground, para santri bertato tampak asyik melantunkan ayat suci Alquran, dinaungi lampu yang temaram. Di sekeliling mereka terlihat banyak hasil karya fotografi dengan beragam objek yang terpampang di hampir keseluruhan sisi dinding. Di bagian selatan dan utara tumpukan buku menghiasi isi bangunan seluas sekitar 200 meter persegi itu.

Di tempat tersebut puluhan santri, yang merupakan mantan anak jalanan (anjal) dan punk digembleng belajar agama, juga menjalankan usaha. Melalui sistem pendekatan tasawuf dan penggemblengan edukasi berkurikulum pesantren, mentalitas mereka secara perlahan berubah dari mentalitas anak jalanan yang luntang-lantung dan ketergantungan obat terlarang menjadi pribadi yang lebih memiliki tujuan hidup, baik secara spiritual maupun sosial.

photo
Dua santri punk bertadarus Al Quran di Pondok Tasawuf Underground Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (6/4/2022). Selama bulan suci Ramadhan, sejumlah anak punk melaksanakan sejumlah kegiatan mulai dari mengaji, buka bersama, shalat Tarawih dan kegiatan pendidikan lainnya. - (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.)

Pendiri Pesantren Tasawuf Underground Halim Ambiya mengatakan, pesantren yang dibangun di Jalan RE Martadinata sejak dua tahun yang lalu itu memiliki cerita yang cukup panjang. Kegiatan merangkul para anak jalanan dan punk untuk berhijrah telah dilakoninya sejak satu dekade yang lalu melalui media sosial.

Iktikad itu lahir dari pengalaman pribadinya yang cukup mencengangkan dalam kerusuhan yang terjadi di perbatasan Malaysia-Thailand. Pada saat itu, Halim adalah seorang turis yang tertangkap dan sempat dilucuti para perusuh. Lalu sejumlah anak punk membantunya terbebas dari aksi yang lebih brutal dalam kerusuhan itu.

Dari situ, dia mulai masuk ke dunia anak jalanan dan punk di wilayah Jakarta sejak 2012. Secara rutin dia mengisi pengajian mingguan di berbagai titik yang menjadi basecamp anak jalanan di Ibu Kota.

 

Lambat laun, Halim mengatakan, perlu membuat wadah dengan tujuan memberi pendampingan dan pemberdayaan lebih intensif untuk mereka. “Saya melihat kalau pengajian hanya mingguan tidak ada efek berarti. Saya rasa perlu dibikin tempat yang khusus dengan modul kurikulum program pesantren," ujar Halim saat ditemui di Pesantren Tasawuf Underground, beberapa waktu lalu.

Alhamdulillah, ada perubahan cukup berarti. Mereka belajar dalam program ‘peta jalan pulang’. "Jalan pulang kepada Allah berupa pendidikan rohani, juga jalan pulang kepada keluarga berupa pemberdayaan ekonomi dan sosial,” ujar Halim.

Halim menuturkan, banyak anak jalanan dan punk sebenarnya ingin melakukan perubahan dalam hidupnya. Fenomena anak jalanan dan punk terus menjadi masalah perkotaan di banyak negara sehingga peran pemerintah saja tidak cukup. Dia lantas mengambil peran lewat jalur yang berbeda.

“Pemerintah sebenarnya memperhatikan dengan perda yang ada. Namun, fenomena anak jalanan dan punk ini problem urban di semua negara. Meski pemerintah sudah mengatur, tetap ada seperti ini. Saya mengambil jalur yang tidak tersentuh,” katanya.

Sekitar 90-an anak jalanan sudah mendaftar masuk ke pesantren tersebut. Halim menargetkan, ke depan akan membangun pesantren yang lebih luas di kawasan Rumpin, Bogor, agar bisa menampung lebih banyak anak jalanan.

photo
Sejumlah santri punk bertadarus Al Quran di Pondok Tasawuf Underground Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (6/4/2022). Selama bulan suci Ramadhan, sejumlah anak punk melaksanakan sejumlah kegiatan mulai dari mengaji, buka bersama, shalat Tarawih dan kegiatan pendidikan lainnya. - (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.)

Doy (32), salah satu santri di Pesantren Tasawuf Underground, mengaku tertarik mondok di pesantren tersebut karena memiliki keinginan untuk purna dari dunia jalanan dan ingin menatap masa depan lebih cerah.

“Dari 2019 ikut Pak Ustaz (Halim Ambiya) istilahnya hijrah meninggalkan jalanan. Saya jadi anak punk bisa dibilang separuh umur saya semenjak berhenti sekolah,” ujarnya.

Sejak belajar bersama Halim Ambiya, Doy mengaku mengalami banyak perubahan dalam dirinya. Kehidupan sosialnya membaik, kegiatan usaha juga dia lakoni. Bahkan, dia melanjutkan mengenyam pendidikan sarjana di salah satu universitas swasta di Tangsel.

“Saya mengambil fakultas pendidikan, insya Allah mau jadi guru, tapi bukan guru SD, SMP, SMA. Karena basic-nya di jalan, ingin merangkul teman-teman di jalan, mengajarkan baca, tulis, hitung, dan agama buat bekal mereka,” kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Bulan Belajar Alquran

Ramadhan itu bulan pendidikan dan pelatihan. Termasuk di dalamnya untuk kembali belajar mendalami Alquran.

SELENGKAPNYA

Negara Arab Kecam Serangan Israel ke al-Aqsha

Kecaman juga datang dari negara-negara Arab yang melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel.

SELENGKAPNYA

Pemda Siapkan THR

Kemendagri meminta kepala daerah segera mengeluarkan peraturan terkait THR dan gaji ke-13.

SELENGKAPNYA