Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Khazanah

Jalan Kesabaran

Ibadah puasa adalah puncak kesabaran seorang hamba dalam menjalani ketaatan kepada-Nya.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Dalam surah az-Zumar ayat 10, Allah SWT berfirman: “Innamaa yuwaffash shaabiruun ajrahum bighairi hisaab,” (Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabar diberi balasan tanpa dihisab). Ibadah puasa adalah puncak kesabaran seorang hamba dalam menjalani ketaatan kepada-Nya.

Ada apa dalam ibadah puasa sehingga mendapatkan kekhususan di sisi Allah SWT? Allah SWT sendiri menegaskan dalam hadis qudsi bahwa puasa milik-Nya: “Illash shiyaam fainnahuu lii wa ana ajzii bihi”?

Dalam hadis ini jelas bahwa Allah SWT sendiri yang akan turun tangan memberikan balasan atas puasa sang hamba? Mengapa sedemikian agung ibadah puasa ini?

Apakah karena di dalamnya tecermin kesabaran menahan nafsu makan dan minum dari sejak fajar sampai terbenam matahari? Sehingga, dengannya seorang hamba benar-benar mempersempit jalur-jalur setan? Atau karena ibadah puasa itu tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT sehingga kemungkinan riya-nya sangat kecil?

Maka, seorang hamba yang berpuasa tidak bisa tidak harus melakukannya dengan penuh keikhlasan? Atau apakah karena ibadah puasa menyerupai perbuatan malaikat yang tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan hubungan suami istri, sehingga dengan ibadah puasa seorang hamba benar-benar naik tingkat ke level ibadah para malaikat?

Pertanyaan-pertanyaan itu terjawab ketika kita membaca kelanjutan hadis qudsi di atas: “Faidzaa kaana yaumu shaumi ahadikum falaa yarfuts yaumaidzin wa laa yaskhab, fain saabbahuu ahadun aw qaatalahu falyaqul inni imruun shaaim” (Bila sudah tiba saatnya berpuasa, maka tidaklah kamu pada hari itu mengucapkan kata-kata kotor dan berdusta, jika ada orang yang menghina atau mengajak bertengkar maka ucapkanlah kepadanya “aku sedang berpuasa”) (HR Bukhari-Muslim).

Artinya, puncak kesabaran dalam ibadah puasa bukan hanya seorang hamba menahan diri dari makan dan minum, melainkan juga menahan nafsu dari ucapan kotor, berdusta, dan maksiat lainnya. Bahkan, lebih dari itu, menahan dari sikap amarah pada saat dipancing dengan cercaan dan tantangan untuk bertengkar.

Dalam surah Ali Imran ayat 134, Allah SWT menyebutkan beberapa sifat manusia ihsan: “Wal kazhimiinal ghaidza wal ‘aafiina ‘aninnaasi.” (Mereka adalah orang-orang yang menahan amarah dan memberikan maaf kepada orang lain).

Kata “kazhim” mengandung makna seperti termos yang menyimpan air panas di dalamnya. Jadi, istilah “kazhmul ghaizh” artinya dia manahan gelegak amarah seperti termos menahan gelegak air panas sehingga panasnya tidak tumpah ke mana-mana. Betapa mulianya orang yang menahan amarah.

Dalam hadis Rasulullah SAW bersbada: “Laisasy syaddidu bish shur’ati innamasy syadiidul ladzi yamliku nafshu ‘indal ghdhabi.” (Bukanlah orang yang kuat itu adalah yang kuat bergulat, tetapi ia adalah orang yang kuat menahan hawa nafsunya ketika ia marah) (HR Bukhari-Muslim).

Inilah inti ibadah puasa yang selama ini diabaikan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Bukber, Akhirnya tidak Isya dan Tarawih Berjamaah

Tidak sedikit bukber mengakibatkan peserta tidak shalat Isya dan Tarawih berjamaah.

SELENGKAPNYA

Kecerdasan Mush’ab, Duta Pertama Islam

Sejak Mush'ab memilih Islam, ibunya tak lagi memberikan kemewahan kepadanya.

SELENGKAPNYA

Asah Kepekaan Terhadap Dhuafa

Bulan Ramadhan jadi momentum untuk meningkatkan kepekaan sosial.

SELENGKAPNYA