Pengurus masjid menyiapkan bubur India sebagai tradisi sajian berbuka puasa di Masjid Jami Pekojan, Purwodinatan, Semarang, Jawa Tengah, Senin (4/4/2022). Penyajian bubur India selama bulan Ramadhan untuk warga setempat dan kaum dhuafa itu telah menjadi t | ANTARA FOTO/Aji Styawan/tom.

Khazanah

Asah Kepekaan Terhadap Dhuafa

Bulan Ramadhan jadi momentum untuk meningkatkan kepekaan sosial.

 

Berpuasa pada bulan Ramadhan berarti merasakan apa yang dialami kaum dhuafa, yaitu menahan lapar dan dahaga. Ini menjadi tanda bahwa seorang Muslim memiliki empati terhadap kelompok yang kurang mampu itu. Lebih dari itu, bulan Ramadhan mengajarkan untuk senantiasa mengasah kepedulian kepada mereka.

Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam'iyatul Washliyah KH Dr Masyhuril Khamis menjelaskan, merasakan apa yang dirasakan kaum dhuafa adalah salah satu di antara banyak hikmah puasa. Ini karena seseorang yang berpuasa dipaksa untuk mengekang syahwatnya, bahkan ketika syahwat itu aslinya diperbolehkan, seperti makan dan minum yang mubah.

"Syariat memaksa semua Muslim yang mampu untuk melakukan hal itu, termasuk orang-orang kaya. Ketika kaum dhuafa terpaksa menahan lapar dan dahaga karena keadaan ekonomi, yang kaya pun merasakanya karena tuntutan syariat pada siang hari bulan Ramadhan," ujar Kiai Masyhuril kepada Republika, belum lama ini.

Itulah cerminan ketakwaan bagi orang yang berpuasa karena ia mau meninggalkan makan dan minum demi syariat, bukan karena ketidakmampuan atas hal itu. Bulan Ramadhan juga menjadi momentum bagi setiap Muslim untuk meningkatkan kepekaan sosial.

"Salah satu cara menumbuhkan kepekaan sosial kita saat bulan Ramadhan, selain dengan merasakan sendiri bagaimana perjuangan menahan lapar dan dahaga, juga dengan mengikuti perintah-perintah Nabi Muhammad SAW," ujar dia.

Mengutip hadis riwayat Bukhari dari sahabat Ibnu Abbas, Kiai Masyhuril memaparkan, Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling dermawan dalam segala kebaikan. Adapun kedermawanan beliau yang paling puncak adalah pada bulan Ramadhan. Sehingga dikatakan bahwa kedermawanan beliau melebihi angin yang berembus.

"Seseorang bisa saja menjadi dermawan setelah ia diminta. Namun, angin tetap akan berembus meskipun tidak ada orang yang meminta. Seperti itulah kedermawanan beliau SAW yang bahkan lebih dari itu," ujar Kiai Masyhuril menjelaskan.

Dalam hadis lain, setiap Muslim juga dianjurkan untuk memberi makan orang yang ingin berbuka. Dalam sebuah hadis riwayat Tirmidzi, Rasulullah bersabda, "Siapa memberi makan orang yang berpuasa, baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun" (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Kiai Masyhuril menyampaikan, tentu yang lebih utama untuk diberi makan ketika berbuka adalah mereka yang kurang mampu untuk mengadakannya. Selain itu, juga ada banyak keutamaan memberi makan orang yang lapar.

"Maka sudah saatnya umat Islam meningkatkan kepeduliannya terhadap lingkungannya. Sebab kepekaan pada lingkungannya membuktikan ibadah kita benar-benar berimplikasi sosial, termasuk berbagi harta, ilmu, tenaga, termasuk mengingatkan saudara yang lain untuk tetap berbuat kebaikan," kata Kiai Masyhuril memaparkan.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir juga mengingatkan, sedekah pada bulan Ramadhan sungguh istimewa. Dalam hadis Bukhari dan Muslim disebutkan, Rasulullah SAW adalah orang yang paling murah hati dan beliau semakin murah hati pada bulan Ramadhan.

Dalam hadis riwayat Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW ditanya, "Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?" Rasulullah SAW menjawab, "Sedekah pada bulan Ramadhan." Haedar menjelaskan, dengan berpuasa, setiap Muslim akan memiliki perasaan dan sikap empati.

"Bisa dibayangkan kalau orang miskin atau tak punya sesuatu yang harus dimakan setiap harinya, laparnya bisa berkepanjangan," ujarnya.

Dari puasalah, Haedar melanjutkan, lahir sikap simpati dan peduli untuk membantu kaum dhuafa agar mereka tidak kelaparan dengan bersedekah. Bersedekah pada bulan Ramadhan sangat diutamakan dan buahnya setelah Ramadhan semakin giat bersedekah. Puasa Ramadhan melahirkan jiwa empati, simpati, dan peduli terhadap kaum lemah agar mereka tidak kelaparan dalam keseharian mereka.

Haedar juga mengemukakan, puasa Ramadhan menunjukkan betapa pentingnya mengapitalisasi praktik al-ma'un sehingga bukan hanya dalam kedermawanan atau karitatif memberi makan orang miskin. Lebih dari itu, puasa Ramadhan juga melahirkan gerakan filantropi untuk memberi kail dan cara membuat kail untuk pemberdayaan kaum dhuafa agar hidup mereka berubah menjadi lebih baik.

Muslim yang berhasil puasanya, jika dia aghniya (kaya), mampu menjalankan zakat infak dan sedekah (ZIS) dengan baik dan memberi lapangan kerja bagi kaum dhuafa. Bila mereka memiliki jabatan kekuasaan, akan mencintai rakyat kecil dengan jiwa yang luhur dan memanfaatkan kekuasaannya untuk menyejahterakan dan memakmurkan rakyat dhuafa. "Dan jika yang berpuasa itu berilmu, dia akan mencerdaskan kaum lemah dengan derma keilmuannya.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat