Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Pendidikan Spiritual Kelaparan

Puasa hadir mendidik spiritualitas manusia agar membiasakan diri menahan kelaparan.

Oleh PROF FAUZUL IMAN

OLEH PROF FAUZUL IMAN

Bulan Ramadhan hadir kembali menceritakan ketakjubannya lewat perilaku insan yang telah ikhlas menyambut kehadirannya. Cerita itu secara alami tumbuh dari pelaku puasa yang keceriaannya menepikan rutinitas liar menuju singgasana batin nan tenang.

Saat rasa lapar menimpa, ia meresponsnya tanpa beranjak sedikit pun pada syahwat yang mendambakan kelezatan-kelezatan yang menganeksasi aneka jenis konsumsi makanan.

Rutinitas liar oleh pelaku puasa dipasung untuk mengontrol dan menekan rasa lapar yang mengundang petaka keserakahan. Tidak sedikit di dunia ini malapetaka membentang akibat bertimpang rasa lapar seseorang yang tak tertahankan.

Lapar bisa membuat orang tercerabut jiwa kemanusiaannya dengan melakukan cara-cara tak beradab. Ia bisa merampas barang milik orang lain dengan cara menganiaya dan bahkan membunuh pemiliknya dengan sadis.

Lapar ternyata bukan hanya milik kaum awam dan dhaif. Lapar juga sangat digemari oleh sebagian kaum elite dengan cara amat naif dan konyol. Gaya kaum elite yang sejatinya sudah banyak dikenyangkan oleh sejumlah  kenikmatan tidak boleh goyah dari kelaparan sistematis.

Malah justru makin meliarkan kelaparannya dengan menganeksasi aset negara dengan segala bentuk keserakahannya. Korupsi besar-besaran oleh kaum elite yang hingga kini belum maksimal dan signifikan diatasi tidak lain merupakan bentuk kelaparan yang sangat naif dan konyol.

Puasa hadir sesungguhnya mendidik spiritualitas umat manusia agar membiasakan diri menahan kelaparan. Dengan begitu, manusia akan memiliki daya ketahanan mental dalam membentengi setiap arus kelezatan hidup yang mendorongnya ke jalan syahwat kepanikan dan kerusakan.

Dengan pendidikan spiritual kelaparan, melalui ibadah puasa, manusia mampu memasung rutinitas petaka menuju ke jalan empati kemanusiaan.

Dengan kata lain, pendidikan lapar mendorong manusia tidak hanya berempati merasakan derita/pesakitan kaum miskin, ia juga secara istiqamah dan kejernihan hati maupun pikiran memandang benda-benda konsumtif keduniaan akan kembali kepada Tuhan sebagai pemilik-Nya.

Meminjam pemikiran al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumi ad-Din, hati dan pikiran manusia menjadi jernih karena selalu mendapatkan kelaparan secara rohaniah.

Dalam konteks ini tepat sekali ajaran agama menyebutkan berbuka puasa dengan kata ifthar. Kata jadian lain dari ifthar adalah fitrah. Artinya, saat berbuka, kita disadarkan bahwa makanan yang kita nikmati perlu steril dari benda-benda kotor, syubhat, dan haram.

Oleh karena itu, manakala saat berbuka puasa kita sudah dikenyangkan oleh nikmatnya makanan, tidak perlu mengotori lagi dengan bentuk kelaparan baru, yaitu mencari aneka makanan dengan cara-cara korup dan serakah.

Wallahu a'lam. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Satgas Awasi Produksi Minyak Goreng Curah

Menperin menyebut ada produsen yang melanggar nilai kontrak produksi minyak goreng bersubsidi.

SELENGKAPNYA

Vonis Mati Herry Bisa Jadi Yurisprudensi

Kasus kekerasan seksual dalam dua pekan terakhir menunjukkan tren yang perlu diwaspadai.

SELENGKAPNYA