Petugas medis melakukan tes usap PCR kepada seorang warga di Laboratorium Genomik Solidaritas Indonesia, Cilandak, Jakarta, Selasa (15/3/2022). | ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Nasional

Satgas: Testing Kontak Erat tak Boleh Kendur

Jumlah testing turun karena skrining perjalanan dalam negeri tidak dianjurkan bagi yang sudah vaksinasi lengkap

JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terjadi peningkatan 43 persen jumlah kematian akibat Covid-19 secara global, pekan lalu. Sementara jumlah kasus Covid-19, menurut WHO, terus menurun di seluruh dunia.

Dalam laporan epidemiologi mingguannya, WHO mengatakan, 45 ribu kematian terkait Covid-19 dilaporkan hingga pekan yang berakhir pada 27 Maret, naik dari pekan sebelumnya, yaitu 33 ribu. Lonjakan itu menyusul pekan sebelumnya ketika jumlah kematian turun 23 persen.

Kepala Subbid Dukungan Kesehatan Satgas Covid-19 Brigjen TNI Pur dr Alexander K Ginting S SpP(K) mengatakan, di Indonesia angka kematian justru menurun. Pada Rabu (30/3) angka kematian sebanyak 118 kasus, sementara pada Kamis (31/3) menurun menjadi 89 kasus kematian.

Meskipun terus terjadi tren penurunan, lanjut Alexander, Satgas terus melakukan berbagai upaya pencegahan Covid-19, mulai dari sosialisasi, edukasi, deteksi dini 3T, yakni testing, tracing, dan treatment.

"Untuk contact tracin sebagaimana dibunyikan di Inmendagri No 18 dan No 19 harus tetap dilaksanakan demikian pula active case finding di sekolah sekolah agar kasus bisa tetap dikendalikan," ujar Alexander, Jumat (1/4).

Saat ini, positivity rate mingguan nasional sebesar 5,20 persen, menurun dari pekan sebelumnya 8,81 persen. Bahkan, angka saat ini telah turun drastis jika dibandingkan puncak omikron yang mencapai 17 persen.

Namun, terjadi penurunan jumlah orang yang diperiksa, baik dengan PCR maupun antigen. Di pekan ini, totalnya 700 ribu, terdiri atas PCR 185 ribu dan antigen 517 ribu. Terbilang rendah jika dibandingkan pada puncak omikron lalu yang mencapai dua juta orang, terdiri atas 650 ribu PCR dan 1,4 juta antigen.

"Jumlah testing sekarang turun karena skrining perjalanan dalam negeri tidak dianjurkan bagi yang sudah vaksinasi lengkap. Tapi, testing pelacakan kontak 1:15 harus terus jalan," tegasnya.

Kepala BNPB sekaligus Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Suharyanto mengatakan, meskipun ada beberapa pelonggaran aturan perjalanan dalam negeri menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, kondisi Indonesia masih dalam masa pandemi. Suharyanto menekankan, perubahan dari pandemi Covid-19 menjadi endemi tidaklah mudah.

“Kami masih hati-hati betul memang banyak kalangan membahas kapan akan beralih dari pandemi ke endemi. Namun, Kita harus tetap hati-hati dan waspada banyak faktor tentu saja juga tidak bisa diputuskan oleh Satgas,” kata Suharyanto dalam konferensi pers secara daring, Kamis (31/3) malam.

Karena, bila berkaca selama dua tahun pandemi, usai perayaan Idul Fitri selalu diikuti dengan tren kenaikan kasus Covid-19. Bahkan, selalu ada kemungkinan adanya varian baru. 

Suharyanto menyampaikan, mobilitas masyarakat saat ini tercatat lebih tinggi dibandingkan sebelum terjadinya pandemi. Ia pun mengingatkan, biasanya peningkatan mobilitas masyarakat selama periode libur panjang selalu diikuti dengan kenaikan kasus positif dan menjadi salah satu kontribusi terjadinya gelombang kasus.

Namun, pemerintah tak akan melakukan pembatasan kegiatan masyarakat karena akan berdampak pada ekonomi. Untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus, Suharyanto pun meminta seluruh masyarakat agar menegakkan protokol kesehatan, utamanya memakai masker dan juga melakukan vaksinasi.

Dari 34 provinsi di Indonesia, Satgas mencatat cakupan vaksinasi tertinggi saat ini telah dicapai DKI Jakarta. Sedangkan provinsi dengan cakupan vaksinasi terendah yakni di Papua. Secara nasional, cakupan vaksinasi dosis satu untuk kelompok umum telah mencapai 94,37 persen per hari ini. Kemudian dosis kedua telah mencapai 76,50 persen dan dosis ketiga baru mencapai 10,67 persen.

Pada kelompok lansia, cakupan vaksinasi dosis satu baru mencapai 79,39 persen, dosis kedua mencapai 61,39 persen, dan dosis ketiga sebanyak 10,66 persen. “Adapun untuk kelompok anak usia 6-11 tahun, dosis pertama mencapai 76,26 persen, dosis kedua 58,93 persen, dan booster baru 0,01 persen,” ujar Suharyanto.

Ia menyampaikan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memperbolehkan masyarakat untuk melakukan mudik lebaran. Syaratnya, masyarakat harus mendapatkan vaksin dosis kedua dan satu kali booster, serta menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

“Menindaklanjuti arahan Presiden ini maka satgas sudah membuat konsep untuk segera dikeluarkan dalam bentuk Surat Edaran. Intinya adalah untuk mengatur pelaku perjalanan dalam negeri,” kata dia.

Bagi masyarakat yang akan mudik dan telah mendapatkan vaksin booster, maka tak perlu melakukan testing. Sedangkan bagi masyarakat yang baru mendapatkan dosis kedua harus melakukan testing antigen 1x24 jam atau PCR 3x24 jam. Dan bagi masyarakat yang baru mendapatkan vaksin dosis pertama, maka wajib menunjukan hasil PCR 3x24 jam.

Sementara bagi masyarakat dengan kondisi kesehatan khusus perlu melakukan tes PCR 3x24 jam dan melampirkan surat keterangan dari dokter umum atau dari dokter rumah sakit pemerintah.

“Anak di bawah usia 6 tahun tidak testing, namun didampingi pendamping perjalanan yang memenuhi syarat perjalanan. Artinya pendampingnya sudah vaksin dosis ketiga untuk syarat tidak testing. Anak usia 6-17 tahun ini tidak testing, namun harus menunjukan vaksinasi dosis kedua,” kata Suharyanto.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat