Pengusaha memproduksi minuman peras (miras) dari buah lemon lokal di Kedai Miras, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (7/3/2022). UMKM Kedai Miras tersebut menghabiskan sebanyak 200 kilogram lemon lokal per bulan yang diproduksi menjadi 400 hingg | ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.

Bodetabek

UMKM Dikenalkan Teknologi Pengalengan Makanan

UMKM kadang juga menghadapi kendala untuk membuat produk olahannya.

BOGOR — Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) memfasilitasi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk berkenalan dengan pabrik pengemasan teknologi pengalengan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Kegiatan itu dilakukan sebagai solusi atas keluhan para pelaku UMKM yang tidak bisa membuat produk agar bisa bertahan lama.

Pengurus BPP Hipmi Bidang Pemasaran dan Pelatihan UMKM Charlie Angel menuturkan, masalah produk UMKM tidak hanya sebatas permodalan dan pemasaran. UMKM kadang juga menghadapi kendala untuk membuat produk olahannya bisa dikemas agar bertahan dalam jangka waktu berbulan-bulan. Atas dasar itu, pihaknya mengajak pelaku UMKM mengunjungi pabrik PT Okwi Food Indonesia di Cibinong.

"Kami dari HIPMI membantu memfasilitasi dan memberi perantara bagi para UMKM se-Indonesia bekerja sama dengan Okwi, bagaimana kita sama-sama berkembang dalam teknologi pengemasan," kata Charlie saat ditemui di lokasi, Kamis (24/3).

Dia menjelaskan, dari pengalaman para pelaku usaha, jangka waktu sebuah produk olahan hanya mampu bertahan singkat selama satu hingga dua pekan. Ada pula UMKM yang bisa mengolah produk buatannya hingga bertahan satu sampai tiga bulan.

Charlie mengaku, Hipmi tergerak untuk bersama-sama memajukan UMKM agar memahami ketahanan produk menggunakan teknologi pengalengan terkini. Selain itu, pelaku usaha juga diajak untuk mengemas produk makanan dengan cara sederhana dan cepat saji.

"Karena kita selama ini kan masa pandemi kita sudah mempermudah dengan kemasan yang lebih singkat, yaitu dengan pengalengan atau produk yang simpel," ujarnya.

Charlie menjelaskan, pelaku usaha sebaiknya bisa maju dan berkembang dengan memperbaiki ranah pemasaran, permodalan, maupun pengemasan. Jika hal itu sudah bisa dipelajari, produk UMKM bisa lebih cepat diserap pasar, bahkan sampai diekspor. "Mudah-mudahan produk UMKM Indonesia lebih go international dan diterima masyarakat seluruh dunia," katanya.

Okwi Food adalah pabrik pengalengan produk makanan berbagai jenis. Saat ini makanan, seperti gudeg, krecek, tongseng, tengkleng, gulai, hingga ikan bisa dikemas dalam produk kaleng oleh Okwi Food sehingga bisa bertahan lama. Direktur Operasional Okwi Food Cahyo menuturkan, operasional perusahaan sebenarnya baru berjalan 1,5 bulan.

Namun, berkat publikasi dan antusiasme pelaku usaha membuat Okwi Food telah banyak menerima order pengemasan produk UMKM. "Produk kita bervariasi. Yang selama ini menjelang puasa hanya ada kornet dan sarden. Nanti di rumah bisa ada gudeg, krecek, tongseng, tengkleng, yang semuanya dalam bentuk kemasan kaleng tanpa MSG dan tahan hingga satu tahun. Ini menariknya di situ," kata Cahyo.

Dengan inovasi tersebut, kata dia, para pelaku UMKM bisa menyimpan produknya lebih lama tanpa khawatir sudah basi. Menurut Cahyo, produk yang dihasilkan pelaku usaha jika dikemas dalam kaleng di Okwi Food mampu bertahan hingga tiga tahun.

Meski begitu, perusahaan mengikuti rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar waktu penyimpanan makanan dalam kaleng maksimal bertahan setahun.

Menurut Cahyo, perusahaan juga sudah menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Belum lagi, Okwi Food didukung dokter dan profesor peneliti hingga bisa mengemas semua makanan secara aman.  

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat