Panen udang dengan menggunakan start up DELOS | Erdy Nasrul

Nasional

Delos Maksimalkan Diri Dampingi Petambak Udang Indonesia

Delos merupakan perusahaan start up akuakultur asli Indonesia yang mendapatkan suntikan dana hingga 8 juta dolar AS

Startup teknologi akuakultur asal Indonesia Delos, hari ini mengumumkan  tambahan pendanaan tahap awal (Seed Extension Round) senilai 8 Juta dolar AS (sekitar Rp 114 miliar rupiah).

Dana tersebut diperoleh dari Centauri Fund, sebuah perusahaan permodalan ventura kerjasama MDI Ventures dan KB Investment Co., Ltd. dan Alpha JWC Ventures, salah satu perusahaan modal ventura terkemuka di Asia Tenggara.

Pendanaan ini juga diikuti beberapa investor lain, seperti Number Capital, Arise, iSeed SEA, Irvan Kolonas, Alto Partners Multi-Family Office, Mahanusa Capital, Founder Kopi Kenangan James Prananto, dan sejumlah investor lainnya.

Delos adalah perusahaan rintisan (startup) yang didirikan pada 202 oleh Guntur Mallarangeng, Bobby Indra Gunawan, dan Alexander Farthing, dan Aristya Noerhadi.

Keempat pendiri Delos ini memiliki keahlian multidisiplin yang mencakup akuakultur, ilmu kelautan dan mikrobiologi, serta teknologi dan pengalaman kewirausahaan yang bekerja bersama untuk mempercepat pertumbuhan industri akuakultur Indonesia.

Dalam perjalanannya, Delos memperkenalkan misi “Revolusi Biru” yakni sebuah rencana untuk mengembangkan dan memodernisasikan teknologi akuakultur Indonesia untuk bersaing dengan pemain-pemain industri akuakultur di dunia.

Dengan suntikan pendanaan dari Seed Extension Round ini, Delos akan melanjutkan dan memperluas  pendampingan dan penanganan klien tambak udang serta melanjutkan pengembangan produknya, AquaHero, AquaLink, dan AquaBank, untuk memacu pertumbuhan industri akuakultur dan memulai “Revolusi Biru” di Indonesia.

Partner Alpha JWC Ventures, Eko Kurniadi mengatakan, Indonesia adalah eksportir udang terbesar ketiga di dunia.

Namun industri ini masih terfragmentasi, dan terus terhambat oleh sistem pengelolaan yang tidak optimal dan ketinggalan zaman sehingga kualitas hasil panen tambak udang Indonesia selalu berada di bawah standar global.

Delos mampu memberikan solusi berbasis data untuk masalah sehari-hari yang dihadapi petambak udang, dan sejauh ini Delos telah terbukti berhasil mengoptimalisasikan pengelolaan dan meningkatkan daya guna tambak.

"Dengan memanfaatkan keahlian dan jaringan para pendiri Delos, kami percaya perusahaan ini akan menjadi salah satu pemimpin Revolusi Biru di Indonesia," kata Eko Kurniadi, dalam keterangan persnya, Rabu (23/3/2022).

Sementara itu, Managing Partner Centauri Fund, Kenneth Li pun mempercayai hal tersebut.

Agrikultur merupakan salah satu industri akar rumput yang menyumbang paling banyak untuk GDP Indonesia, sekaligus menjadi kontributor terbesar dari industri perikanan.

"Ini dikarenakan harga jual udang yang tinggi di pasar luar negeri, walaupun biaya operasional dan risiko panen tinggi. Perubahan kecil dalam kualitas air atau pakan dapat berdampak besar pada hasil panen," katanya.

Delos, yang mampu menghasilkan produktivitas panen 2-3 kali rata-rata industri, dapat memberikan solusi kepada tantangan tersebut dengan mengimplementasikan sistem pengelolaan tambak modern dan solusi rantai pasokan untuk meningkatkan produktivitas.

Sejak mendapatkan pendanaan tahap awal (Seed funding) akhir tahun 2021 lalu, Delos telah membangun AquaHero, sebuah sistem pengelolaan tambak yang lengkap dan terpadu yang menggabungkan metode ilmiah, teknologi, dan sistem operasional untuk memacu produktivitas panen udang.

AquaHero menggunakan metode pengumpulan data modern dan model biologi mutakhir untuk memperkirakan dan meminimalisir resiko panen.

Sistem ini akan diimplementasikan di ribuan tambak udang dalam ekosistem Delos di Indonesia dan digabung dengan teknologi terbaru serta keahlian operasional tim Delos.

CEO Delos, Guntur Mallarangeng mengatakan bahwa, sambutan positif telah terasa sejak November 2021 lalu, dimana Delos on track untuk menjalankan pendampingan 100 hektare tambak udang intensif dan super-intensif dalam waktu dekat.

Saat ini, banyak permintaan dari berbagai wilayah agar kami membantu mereka. Lebih dari 600 hektar tambak yang masih menunggu sentuhan Delos.

"Kami memang ingin mendorong Indonesia untuk sadar bahwa lautan kita yang luas memiliki potensi besar untuk menjadi sumber penggerak ekonomi nasional yang besar dan berkelanjutan," ujarnya.

Ke depannya, Delos akan mengkonsolidasikan value chain dari hulu ke hilir, mulai dari pemrosesan, pemasaran, ekspor, dan penjualan langsung ke pasar luar negeri yang bernilai lebih tinggi seperti Jepang dan Amerika Serikat.

Selain produktivitas, rantai pasok (supply chain) yang terintegrasi ke pasar luar negeri dan akses keuangan masih menjadi masalah mendasar bagi industri akuakultur Indonesia.

Untuk menangani hal ini, Delos mengembangkan dan membesarkan AquaLink, sebuah produk integrasi supply chain, yang akan menghubungkan petambak udang dengan pemasok untuk memfasilitasi penjualan l hasil panen dengan harga dan sistem pembayaran yang terbaik.

Tantangan selanjutnya yang akan dijawab oleh Delos adalah akses finansial dan kesulitan permodalan yang dialami banyak petambak independen.

“Banyak petambak terpaksa menggunakan uang dari kantong mereka sendiri sebagai modal usaha. Ini merupakan hambatan besar karena banyak petambak yang tidak memiliki rencana cadangan jika tambak udang mereka tidak menghasilkan keuntungan.

Delos menghadirkan AquaBank dengan layanan pendanaan yang dilengkapi dengan penilaian resiko dan kebutuhan yang unik untuk setiap tambak dan pemiliknya. Kami berharap produk AquaBank dapat membantu mereka untuk meraih kesuksesan,” jelas Guntur.

Di samping bisnis, Delos juga menaruh perhatian besar bagi pengembangan sumber daya manusia dalam industri akuakultur.

Untuk itu, Delos akan mendirikan Delos Maritime Institute (DMI) di Yogyakarta yang akan berfungsi sebagai pusat pelatihan dengan kurikulum kelas dunia dan praktik lapangan, untuk menciptakan generasi baru siap kerja di bidang akuakultur sebagai manajer tambak, teknisi, asisten laboratorium, maupun petugas lapangan.

Selain itu, DMI juga akan menjadi pusat penelitian ilmiah dan teknologi di bidang akuakultur, di antaranya pendeteksian dini dan pencegahan penyakit hewan ternak serta  inovasi infrastruktur tambak.

photo
CEO DELOS Guntur Mallarangeng - (Erdy Nasrul)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat