Pemain Chelsea menendang bola | AP/Richard Heathcote/Pool Getty

Olahraga

Mengintip Calon Pengganti Abramovich di Chelsea

Penjualan Chelsea FC kembali berlanjut. Pemerintah Inggris mengizinkan perubahan kepemilikan the Blues.

Sebelumnya, proses tersebut sempat terhenti. Itu karena pemilik London Biru, Roman Abramovich, terkena sanksi. Asetnya yang berada di negeri Ratu Elisabeth dibekukan karena Roman dinilai memiliki kedekatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. 

Inggris termasuk negara yang kontra terhadap keputusan Rusia melancarkan agresi militer ke Ukraina. Chelsea pun terkena imbasnya.

Klub tersebut adalah salah satu aset berharga Abramovich di dunia olahraga. Sang taipan kini menyerahkan proses penjualan the Blues kepada bank asal Amerika Serikat, Reina Bank. Ia memahami konsekuensinya.

Pemerintah Inggris tetap melakukan pengawasan. Hasil penjualannya tidak masuk kantong Abramovich sepeser pun. Ini semata-mata agar klub kembali beroperasi secara normal.

Pertanyaannya, siapa saja calon pembeli Chelsea? Sejumlah tokoh berkantong tebal menjadi kandidat. Dimulai dari pemilik New York Jets Woody Johnson, CEO Chicago Cubs Thomas Ricketts, dua pengusaha asal Swiss Hansjorg Wyss dan Todd Boehly, serta penguasaha properti asal Inggris Nick Candy.

Teranyar, Saudi Media Group masuk bursa calon orang nomor satu di the Blues. "Menurut CBS Sports, tawaran 2,7 miliar (Rp 50,4 triliun) poundsterling telah diajukan," demikian laporan yang dikutip dari Sportsmole, Rabu (16/3).

Petinggi perusahaan tersebut, Mohamed Alkhereiji, ingin memenangkan perlombaan ini. Ia mengaku sebagai penggemar London Biru. Mereka mengajukan penawaran tertinggi.

Setelahnya ada Nick Candy yang siap menggelontorkan dana 2,5 miliar pounds. Sama seperti Alkhereiji, Candy juga mengeklaim dirinya fan Chelsea. Ia merasa menggemari the Blues sejak usia empat tahun.

Kemudian konsorsium Wyss-Boehly mengajukan penawaran sebesar 2 miliar pounds. Tiga pihak tersebut berada di garis terdepan. Beberapa lainnya hanya sebatas rumor.

"Batas waktu untuk penawaran telah diperpanjang hingga Jumat (18/3) malam waktu setempat," tulis Sportsmole.

Abramovich sudah menghapus utang klub terhadap perusahaannya. Artinya, pemilik baru tidak perlu mengeluarkan dana tambahan untuk pembayaran utang tersebut. Aliran dana sang taipan di the Blues benar-benar ditutup dari segala arah.

Sejumlah aset lainnya juga dibekukan. Teranyar, sebuah pemberitaan semakin membuat nama tokoh 55 tahun itu tercemar. Melalui investigasi, BBC menemukan bukti baru mengenai kesepakatan korup yang memperkaya Abramovich.

"Ia menghasilkan miliaran dolar setelah membeli perusahaan minyak dari Pemerintah Rusia melalui kecurangan lelang pada 1995," demikian laporan yang dikutip dari laporan BBC.

Abramovich membeli perusahaan penghasil minyak bernama Sibneft seharga 250 juta dolar (Rp 3,5 triliun). Ia kemudian menjualnya kembali ke Pemerintah Rusia seharga 13 miliar dolar (Rp 186,1 triliun) pada 2005. Pengacara yang bersangkutan menegaskan, tuduhan terhadap kliennya yang disebut-sebut meraup keuntungan yang sangat besar melalui tindak kriminal adalah tidak berdasar.

Kembali ke perihal jual beli Chelsea. Para penggemar the Blues lebih berfokus pada hal itu daripada memikirkan sepak terjang Abramovich di ranah bisnis. Sebab, jika tak tercapai solusi terbaik, skuad polesan Thomas Tuchel berpotensi mengalami kemunduran.

Pasalnya, mereka telah dilarang melakukan aktivitas. Hingga kini, Chelsea tak boleh menjual tiket penonton, suvenir, atau merchandise dan tak boleh memperpanjang kontrak pemain. The Blues juga bakal menjadi penonton pada bursa transfer terdekat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Nestapa Si Setan Merah Manchester United

Manchester United sudah memasuki empat dekade tak bisa meraih trofi dalam satu musim.

SELENGKAPNYA

Cina Tebar Ancaman!

Di All England kali ini bukan mustahil Cina kembali akan menguasai partai final seperti di Jerman.

SELENGKAPNYA